Ini Amfipoda Pertama yang Dikenal & Dideskripsikan Ilmuwan, Mirip Udang Kecil

ADVERTISEMENT

Belajar dari Pakar

Ini Amfipoda Pertama yang Dikenal & Dideskripsikan Ilmuwan, Mirip Udang Kecil

Rena Tri Hernawati, Pipit Pitriana, Tri Arfianti - detikEdu
Rabu, 11 Sep 2024 20:30 WIB
Amfipoda Pertama yang Dikenal & Dideskripsikan Ilmuwan
Foto: (Dokumentasi Tri Arfianti/BRIN)
Jakarta -

Amfipoda adalah krustasea kecil mirip udang yang hidup di perairan. Sampai saat ini peneliti telah menemukan lebih dari 10.000 jenis amfipoda dari seluruh dunia yang mencakup amfipoda laut, air tawar, air payau, dan darat.

Ampifoda yang paling pertama dikenal dan dideskripsikan secara ilmiah adalah ampifoda dari keluarga Leucothoidae. Kelompok Ampifoda ini merupakan salah satu keluarga krustasea peracarid Amphipoda yang umum dijumpai di semua ekosistem laut. Saat ini Leucothoidae terdiri atas lima genera dan 203 spesies yaitu:

  • Anamixis yang terdiri dari 24 spesies
  • Nepanamixis dengan 4 spesies
  • Paraleucothoe dengan 2 spesies
  • Paranamixis dengan 16 spesies
  • Leucothoe mendominasi dengan 157 spesies

Amphipoda leucothoid sangat menarik untuk dipelajari karena mempunyai habitat dan fungsi ekologi yang unik. Selain itu, leucothoid juga berasosiasi secara komensal (hubungan antara individu dari dua spesies di mana satu spesies memperoleh manfaat dari yang lain tanpa merugikan atau menguntungkan yang kedua) dengan inang invertebrata (hewan yang tidak memiliki tulang belakang) sesil (tetap berada di tempatnya) seperti spons, squirt laut, ascidian, atau moluska bivalvia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inang invertebrata sesil ini menyediakan Amphipoda leucothoid habitat yang stabil, akses kepada sumber makanan, dan perlindungan dari predator. Selain berasosiasi, mereka dapat pula dijumpai pada sampel pecahan karang. Sebagai spesies komensal obligat, leucothoid telah mengembangkan morfologi dan strategi untuk mendapatkan makanan yang unik dan khas sesuai dengan cara hidup mereka.

Beberapa penelitian telah melaporkan temuan bahwa krustasea Amphipoda leucothoids seperti pada genus Anamixis, mempunyai struktur eusosial yang biasanya dijumpai pada rayap, semut, lebah, dan tawon. Struktur eusosial yaitu struktur yang ditandai dengan adanya pembagian kerja menjadi kelompok yang reproduktif dan non-reproduktif yang dikenal juga dengan istilah kasta. Salah satu kasta biasanya kehilangan kemampuan untuk melakukan perilaku yang merupakan karakteristik individu dari kasta lain dan dikenal pula dengan istilah superorganisme.

ADVERTISEMENT

Pada koloni dengan eusosialitas biasanya ditandai dengan adanya perbedaan kasta di mana ratu dan pejantan reproduktif berperan sebagai satu-satunya yang berperan dalam reproduksi, sedangkan anggota koloni yang lain berperan sebagai tentara atau pekerja yang bekerja sama untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi koloninya. Di dalam struktur eusosial, pejantan reproduktif menghasilkan banyak feromon tujuannya adalah untuk mempertahankan kondisi eusosial di koloninya.

Selain struktur eusosial, leucothoid juga mempunyai keunikan atau ciri khas pada morfologinya yang sangat membantu dan memudahkan dalam proses identifikasi. Krustasea Amphipoda leucothoid kedua gnathopodanya berbentuk karpokelat, seperti terlihat pada gambar. Keunikan lain dari krustasea Amphipoda leucothoid yaitu dalam fase hidupnya beberapa genera leucothoid seperti Anamixis, Nepanamixis, dan Paranamixis mempunyai dua macam morfologi (bentuk tubuh). Ketiga genera tersebut diketahui mempunyai bentuk "anamorph" yaitu istilah untuk bentuk morfologi leucothoid jantan yang telah dewasa, dan bentuk tubuh yang disebut "leucomorph" untuk leucothoid jantan dan betina yang belum dewasa (juvenile).

Leucothoid jantan mengalami transformasi yang signifikan saat mencapai kematangan seksual, yaitu dari keadaan leucomorph ke anamorph (jantan dewasa). Kedua bentuk morfologi tersebut mempunyai perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat mengakibatkan kesalahan penamaan spesies karena dianggap sebagai dua spesies yang berbeda. Kesalahan identifikasi kedua bentuk morfologi sebagai dua spesies yang berbeda dapat dihindari dengan cara mengkoleksi kedua macam bentuk anamorph dan leucomorph secara bersamaan dari inang yang sama dan dilengkapi dengan identifikasi secara molekuler.

Leucothoe merupakan salah satu genus Leucothoidae dengan jumlah spesies tertinggi di antara genera lainnya. Genus ini mempunyai range kedalaman habitat yang sangat tinggi, bisa ditemukan di kedalaman 0 m hingga lebih dari 3.500 m. Hanya sekitar 15 spesies yang dilaporkan dari laut dalam di kedalaman β‰₯ 2.000 m. Anggota dari genus ini menunjukkan dimorfisme seksual yang minim. Beberapa spesies diketahui tidak mempunyai mata, mereka biasanya merupakan penghuni dasar laut yang sangat dalam (zona bathyal) di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Leucothoid dari zona bathyal ini memiliki kemampuan berenang yang kurang baik dan biasanya bersifat epibentik. Spesies Amphipoda leucothoid bathyal diindikasikan merupakan spesies yang hidup bebas dan bukan merupakan spesies yang berasosiasi dengan inang seperti halnya spesies dari zona dangkal.

Spesies Leucothoid Pertama yang Dideskripsikan di Indonesia

Salah satu spesies dari genus Leucothoe, yaitu L. eltoni merupakan spesies yang dideskripsikan pertama kali dari perairan Indonesia. Spesies tersebut pertama kali ditemukan di terumbu karang, berasosiasi dengan tunikata di perairan Raja Ampat Indonesia pada tahun 2015. Di kepulauan Hawaii, spesies ini merupakan spesies invasive. Spesies invasive tersebut diperkirakan sampai di perairan Indonesia melalui kapal laut.

Di negara dengan empat musim, leucothoid mempunyai variasi jumlah musiman di mana jumlah mereka akan lebih melimpah pada musim gugur dan musim dingin. Hal tersebut berarti pula bahwa leucothoid lebih aktif bereproduksi saat musim tersebut, meskipun mereka dapat bereproduksi sepanjang tahun. Karena tidak mempunyai tahap larva yang menyebar dalam siklus hidupnya dan berasosiasi dengan inang invertebrata yang sesil, leucothoid sering digunakan dalam studi evolusi keanekaragaman. Meskipun tidak mempunyai fase larva yang menyebar, beberapa amphipod dapat terdistribusi secara luas sebagai drifter pada rumput laut dan alga, menempel pada puing-puing yang mengambang, sebagai bagian dari komunitas fouling dan melalui air pemberat pada kapal laut.

Dengan meningkatnya kekhawatiran tentang perubahan iklim global dan hilangnya keanekaragaman hayati laut, amphipoda leucothoid banyak digunakan dalam penelitian perubahan ekosistem laut karena merupakan salah satu organisme model yang sangat sensitif dan rentan terhadap berbagai racun dan polutan. Leucothoids, dengan distribusinya yang terbatas dan riwayat hidup komensal, merupakan indikator yang valid untuk mendeteksi perubahan lingkungan dan sejarah evolusi berdasarkan garis keturunan.

*) Tri Arfianti, Pipit Pitriana, Rena Tri Hernawati

Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cibinong, Jawa Barat




(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads