Sebuah studi dari Universitas Harvard di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa media sosial sama seperti zat adiktif yang bisa memicu bagian otak tertentu menyala. Bagian ini membawa pesan kimia yang memengaruhi keputusan dan sensasi pada manusia.
Penggunaan media sosial bisa merangsang otak untuk melepaskan dopamin dan membuat orang betah untuk tetap melakukannya. Sampai pada akhirnya, orang akan kecanduan dengan efek yang didapatkan dari bermain media sosial, dan akan melakukannya terus menerus.
Dalam kondisi ini, orang-orang tanpa sadar hanya fokus dengan media sosial sehingga mengabaikan hubungan dunia nyata, tanggung jawab pekerjaan atau sekolah, hingga kesehatan fisik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika seseorang secara otomatis ingin menggunakan media sosial sebagai penghilang mood yang buruk, maka tingkat ketergantungan psikologis pada media sosial meningkat," tulis peneliti, seperti dilansir dari Addiction Center.
Ciri-ciri Kecanduan Media Sosial
Tidak semua orang yang menggunakan media sosial itu kecanduan. Namun, untuk mengetahui apakah kamu termasuk kecanduan atau tidak, bisa cek pertanyaan berikut ini.
1. Apakah kamu menghabiskan banyak waktu memikirkan media sosial atau berencana menggunakan media sosial?
2. Apakah kamu merasa terdorong untuk semakin sering menggunakan media sosial?
3. Apakah kamu menggunakan media sosial untuk melupakan masalah pribadi?
4. Apakah kamu sering mencoba mengurangi penggunaan media sosial tapi tidak berhasil?
5. Apakah kamu menjadi gelisah atau kesusahan jika tidak bisa menggunakan media sosial?
6. Apakah kamu terlalu sering menggunakan media sosial sehingga berdampak negatif pada pekerjaan atau studi?
Apabila kamu menjawab "ya" lebih dari tiga pertanyaan di atas, maka itu menunjukkan adanya kecanduan media sosial.
Kecanduan media sosial merupakan perilaku yang ditandai dengan rasa khawatir yang berlebihan terhadap media sosial, terus menggunakan media sosial tanpa kendali, dan menghabiskan begitu banyak waktu dan tenaga di media sosial sehingga mengganggu bidang kehidupan penting lainnya.
Dampak Mengerikan Media Sosial
1. Memicu Perasaan Tidak Bahagia
Penelitian menunjukkan penggunaan media sosial berkaitan dengan kesehatan mental yang negatif dan harga diri yang rendah. Menggunakan media sosial terlalu sering, dikatakan dapat membuat orang merasa semakin tidak bahagia dan terisolasi.
Sebagai contoh, pengguna media sosial sering terlibat dalam "membandingkan diri dengan orang lain" dan "melihat kebahagiaan orang lain". Beberapa orang mungkin melihat teman yang dikenal mengunggah foto tentang liburan, hubungan yang romantis, pencapaian, hingga kebahagiaan.
Hal ini membuat orang yang melihat menjadi terinspirasi dan ingin mencapainya. Namun, kenyataannya, kondisi orang itu berbeda dengan yang dilihat. Pada akhirnya, ini akan membuat orang bisa cemas, merasa rendah diri, dan depresi.
Dalam studi lain, bahkan ditemukan bahwa pengguna media sosial sering percaya bahwa pengguna lain lebih bahagia dan lebih sukses daripada mereka, terutama ketika mereka tidak terlalu mengenal mereka dalam kehidupan nyata.
Peneliti mengatakan, membandingkan diri sendiri dengan orang lain secara terus-menerus dapat menimbulkan perasaan minder atau kebutuhan akan perfeksionisme dan ketertiban, yang sering kali menjadi gangguan kecemasan sosial.
2. Mengganggu Perkembangan Otak dan Mental Remaja
Penggunaan media sosial bisa menimbulkan ketakutan akan ketinggalan (FOMO), yaitu ketakutan ekstrem karena tidak diikutsertakan atau melewatkan acara sosial. Banyak orang merasa FOMO terhadap isu atau kabar viral sehingga mereka terus mengikutinya di media sosial.
Sebuah studi memperkirakan bahwa 27% anak-anak yang menghabiskan 3 jam atau lebih sehari di media sosial menunjukkan gejala kesehatan mental yang buruk. Penggunaan media sosial dan internet yang berlebihan bagi anak-anak dan remaja bisa mengganggu otak dan keterampilan sosial mereka yang masih berkembang.
Penelitian juga menunjukkan bahwa remaja yang terbiasa menggunakan media sosial sejak usia muda mengalami hambatan yang parah dalam keterampilan interaksi sosial.
Sementara itu, penelitian dari California State University menemukan bahwa individu yang mengunjungi situs media sosial setidaknya 58 kali per minggu memiliki kemungkinan 3 kali lebih besar untuk merasa terisolasi dan depresi secara sosial, dibandingkan dengan mereka yang menggunakan media sosial kurang dari 9 kali per minggu.
3. Persepsi Negatif terhadap Citra Tubuh
Media sosial juga memengaruhi bagaimana orang-orang harus memiliki standar sesuai dengan apa yang dikatakan "media sosial". Ternyata, persepsi pada media sosial ini dapat memengaruhi cara remaja memandang tubuh mereka sendiri.
Sebuah studi dari University of Pittsburgh mengungkapkan bahwa mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial memiliki risiko 2,2 kali lebih besar untuk melaporkan masalah makan dan citra tubuh jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial.
Peneliti menemukan bahwa segala sesuatu mulai dari penampilan fisik, keadaan hidup, hingga kesuksesan di media sosial ternyata mulai diikuti oleh pengguna.
4. Memicu Perundungan
Dalam kasus tertentu, kecanduan untuk mendapatkan "like" atau "comment" di media sosial juga dapat mengarah ke perilaku negatif yang berisiko. Bahkan persaingan untuk mendapatkan perhatian dan suka dapat menyebabkan perundungan online.
Misalnya, penghinaan, penyebaran rumor, dan pelecehan di kalangan remaja yang selalu terjadi. Dalam hal ini, remaja perempuan mempunyai risiko tinggi untuk mengalami cyberbullying melalui penggunaan media sosial.
Atas segala risiko bahaya ini, pakar menyarankan untuk mengurangi waktu pemakaian perangkat atau media sosial. Jika merasa sudah kecanduan, maka sangat penting untuk lebih memahami diri, mengontrolnya, dan meminta bantuan profesional.
(faz/nwy)