Ilmuwan Ungkap Jejak Gempa Megathrust di Zaman Kuno, Ini Buktinya

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Ungkap Jejak Gempa Megathrust di Zaman Kuno, Ini Buktinya

Cicin Yulianti - detikEdu
Sabtu, 31 Agu 2024 19:00 WIB
ilustrasi sesar, patahan, megathrust, Gempa Bumi
ilustrasi sesar, patahan, megathrust, Gempa Bumi. Foto: iStockphoto
Jakarta -

Akhir-akhir ini para peneliti asal Spanyol berhasil mengungkap jejak gempa megathrust pada zaman kuno. Buktinya terlihat lewat reruntuhan Kuil Ular Berbulu di Meksiko.

Gempa megathrust banyak disinggung oleh pakar geografi hingga badan penanggulangan bencana. Pasalnya, gempa ini berpotensi mempunyai kekuatan hingga magnitudo 9.

Peneliti yang mengungkap fenomena bencana kuno tersebut adalah RaΓΊl PΓ©rez-LΓ³pez dari Institut Geologi dan Pertambangan di Spanyol. Ia mengatakan gempa diprediksi terjadi antara 100 dan 600 M.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuil terletak di Kota Teotihuacan, sebuah kota yang di timur laut Meksiko modern yang dulunya punya populasi 100.000 penduduk. Masa kejayaan kuil diperkirakan berlangsung pada 150 SM dan 650 SM.

Runtuh Akibat Gempa Megathrust M 8,6

Saat ini, Kuil Ular Berbulu nampak dipenuhi reruntuhan bangunannya sendiri. Lopez dan kawan peneliti lainnya menduga kuil runtuh akibat gempa megathrust berkekuatan magnitudo 8,6.

ADVERTISEMENT

Dalam artikel hasil penelitiannya "Teotihuacan ancient culture affected by megathrust earthquakes during the early Epiclassic Period (Mexico)", Lopez menyebut gempa terjadi antara tahun 100 dan 600 M.

"Gempa bumi megathrust merupakan peristiwa seismik paling dahsyat yang pernah didokumentasikan," kata Lopez, dilansir dari Live Science.

Pada mulanya para peneliti membuat hipotesis berkurangnya populasi penduduk sekitar kuil lantaran perang dan kelaparan. Analisis terbaru mereka menemukan alasan lain lewat piramida di Kota Teotihuacan tersebut.

Mereka menganalisis tiga piramida termasuk Kuil Ular Berbulu sedangkan dua lainnya Piramida Matahari dan Piramida Bulan. Peneliti menelaah pola kerusakaan yang ada.

Dari ketiganya, Kuil Ular Berbulu terlihat paling sangat rapuh. Buktinya ada keretakan pada blok-blok batu andesit yang besar.

"Sudut-sudut yang terkelupas pada blok-blok tangga luar dan batu bata yang terlepas," katanya.

Hasil penelitian kuat mengarah pada guncangan dahsyat sebagai penyebabnya. Lopez menyebut gempa pada masa itu mengguncang kota dari barat daya hingga timur laut.

"Pelepasan energi yang sangat dahsyat selama gempa bumi megathrust dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi wilayah di sekitarnya, menggambarkan potensi kerusakan yang sangat besar dari peristiwa seismik ini," tutur Lopez.

Ketahanan Bangunan Masa Kuno Lebih Kuat

Selain mengungkap fenomena gempa, peneliti juga menemukan ketahanan bangunan kuil-kuil tersebut. Setelah kejadian gempa, masyarakat masa itu pun memilih menyembunyikan kerusakan yang mencolok.

"Pelepasan energi yang sangat dahsyat selama gempa bumi megathrust dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi wilayah di sekitarnya, menggambarkan potensi kerusakan yang sangat besar dari peristiwa seismik ini," kata Lopez.

"Selain itu, mereka menggunakan kembali dan menyingkirkan elemen-elemen lain yang rusak akibat aktivitas seismik. Menariknya, mereka memilih untuk menyembunyikan salah satu tanda kerusakan akibat gempa bumi yang paling mencolok," sambungnya.

Sebab gempa megathrust tersebut, masyarakat masa kuno melakukan antisipasi dengan membuat bangunan yang lebih kokoh contohnya Piramida Matahari.

"Tanggapan awal dari Teotihuacanos adalah memperkuat Piramida Matahari, bangunan terbesar di kota mereka, di sepanjang poros utara-selatannya dalam upaya untuk membentenginya dari gempa bumi di masa mendatang," katanya.

Walaupun kerusakan bangunan-bangunan pada masa itu tak sehancur masa kini, tapi dampak gempa yang besar mengakibatkan populasi penduduk di kota tersebut surut.

"Gangguan yang disebabkan oleh gempa bumi dahsyat tidak hanya mengguncang fondasi fisik masyarakat, tetapi juga menggoyahkan struktur sosial dan politiknya," kata Lopez.

"Kesalahan dalam mengelola ketidakpuasan masyarakat setelah bencana seperti itu dapat memicu pemberontakan internal, terutama jika tidak ada infrastruktur militer dan perkotaan yang efektif. Hal ini menciptakan lahan subur bagi kerusuhan, yang berpotensi memicu pemberontakan yang dipicu oleh kota-kota tetangga dan memperburuk ketegangan yang ada," tambahnya.




(cyu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads