Informasi seputar gempa megathrust saat ini tengah mencuat. Pasalnya, wilayah Indonesia memiliki sebanyak 15 segmen megathrust.
Hal tersebut menjadi perhatian bagi sejumlah pakar mengingat dampak yang ditimbulkan bisa berskala besar. Salah satunya adalah Prof Tavio ST MT PhD, Profesor Bidang Ilmu Struktur Beton, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Menurutnya, masyarakat perlu tahu soal standar nasional bangunan tahan gempa. Akan tetapi, hingga kini masih banyak dari mereka yang tak paham pentingnya standar tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain itu, jumlah sosialisasi pada bangunan rumah tinggal masih sedikit dibandingkan pada gedung-gedung bertingkat," katanya, dilansir dari laman ITS, Jumat (6/9/2024).
Standar Bangunan Tahan Gempa
Lebih lanjut, Tavio menuturkan konsep bangunan tahan gempa ditandai adanya peredam dasar bangunan yang berbahan karet lokal. Bahan tersebut dapat meningkatkan fleksibilitas guncangan saat gempa terjadi.
Ia berharap pembangunan rumah warga bisa mulai menggunakan bahan tersebut. Terlebih Indonesia adalah penghasil karet alam terbesar ke-2 di dunia.
Pakar ITS lainnya yakni Ahmad Basshofi menambahkan bahwa fondasi bangunan akan lebih kuat jika dicampur dengan kerikil. Campuran antara karet dan kerikil bisa mengurangi dampak kerusakan yang timbul.
Untuk memperkokoh dinding, Ahmad menyarankan penggunaan kulit bambu. Bahan tersebut bisa dirakit dan dikaitkan dengan kawat ke dinding bangunan.
"Cara itu dapat meningkatkan kekuatan bangunan hingga dua kali lipat dari sebelumnya," tuturnya.
Alternatif Bangunan Tahan Gempa Biaya Minim
Ahmad tak memungkiri bahwa bahan-bahan yang disebutnya tadi membutuhkan biaya yang mahal. Ia kemudian menyarankan penggunaan kawat anyam, paku payung, dan plesteran agar biaya lebih terjangkau.
Meski tak sekuat bangunan yang fondasinya dilapisi karet dan kerikil, tetapi penggunaan bahan tersebut setidaknya bisa membuat bangunan punya daya tahan yang lebih lama.
"Sehingga resiko adanya korban jiwa akibat tertimpa puing-puing bangunan akan lebih kecil," katanya.
Rektor ITS Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD mengatakan pihaknya telah berupaya melakukan penelitian terhadap solusi mitigasi gempa megathrust ini. Ia berharap para periset, pemerintah, dan masyarakat bisa saling bekerja sama dalam mencegah ancaman yang besar saat terjadinya gempa tersebut.
"ITS telah melakukan berbagai penelitian terhadap solusi penguatan bangunan yang tahan gempa. Semoga seminar dan penelitian ITS nantinya dapat membantu proses mitigasi gempa Megathrust agar Indonesia tidak terkena dampak negatif yang besar," kata Bambang.
(cyu/nwk)