Beberapa pakar hingga badan bencana mulai saat ini tengah memberikan edukasi seputar gempa megathrust. Baik informasi geologis gempa hingga mitigasi yang perlu diterapkan.
Dari luar negeri, seorang ilmuwan geofisika dari Universitas Alaska Fairbanks, Amerika Serikat, TΓ‘rsilo Girona baru saja melaporkan hasil penelitiannya seputar metode peringatan gempa. Penelitian tersebut dipublikasikan di Jurnal Nature Communications, 29 Agustus 2024 lalu.
Setelah melakukan penelitian, Girona memperoleh metode deteksi atau peringatan gempa besar. Ia mengklaim metodenya dapat memberi peringatan datangnya gempa berhari-hari bahkan berbulan-bulan sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metode ini dilakukan lewat identifikasi kerusuhan tektonik tingkat rendah sebelumnya di wilayah yang luas. Selama riset, Girona dan tim mengamati aktivitas gempa bumi dan letusan gunung berapi.
"Makalah kami menunjukkan bahwa teknik statistik tingkat lanjut, khususnya pembelajaran mesin, berpotensi mengidentifikasi prekursor gempa bumi berkekuatan besar dengan menganalisis kumpulan data yang berasal dari katalog gempa bumi," kata Girona dikutip dari laman Universitas Alaska Fairbanks.
Metode Deteksi Lewat Algoritma Komputer
Deteksi dini yang dicetuskan Girona bisa dipelajari lewat algoritma komputer. Lewat pemrograman komputer, mereka menginterpretasikan data, mempelajarinya hingga membuat prediksi.
"Jaringan seismik modern menghasilkan kumpulan data yang sangat banyak, yang jika dianalisis dengan tepat, dapat memberikan wawasan berharga mengenai prekursor peristiwa seismik," katanya.
Sebelumnya, Girona dan tim mencari aktivitas seismik yang tidak normal. Ada dua gempa yang tim fokus amati yakni gempa Anchorage berkekuatan 7,1 skala Richter (2018) dan gempa Ridgecrest, California, (2019) berkekuatan 6,4 - 7,1 skala Richter.
Dari data yang ada, Girona menemukan beberapa gempa berkekuatan di bawah magnitudo 1,5 terjadi beberapa bulan sebelum kedua gempa besar tersebut. Frekuensinya sekitar 15% - 25% di wilayah Alaska Tengah dan California Selatan.
Dari gempa Anchorage, Girona mendapati prediksi bisa dilakukan dari beberapa hari hingga tiga bulan sebelumnya. Sementara pada gempa Ridgecrest, tim memperkirakan deteksi bisa dimulai sekitar 40 hari sebelumnya.
Adanya Tekanan Fluida Pori dalam Patahan
Para peneliti juga menemukan penyebab aktivitas geologis berskala rendah ini terjadi akibat peningkatan signifikan tekanan fluida pori dalam suatu patahan. Fluida pori ini mengacu pada tekanan fluida dalam batuan.
"Peningkatan tekanan fluida pori pada patahan yang menyebabkan gempa bumi besar mengubah sifat mekanis patahan, yang pada gilirannya menyebabkan variasi yang tidak merata pada medan tegangan regional," kata peneliti lainnya, Drymoni.
Hasil penelitian Girona dan tim akan diuji dalam situasi mendekati waktu nyata. Temuan ini mereka harap bisa mengatasi potensi dan prakiraan gempa.
Peneliti menegaskan bahwa metode ini tak bisa sembarang digunakan di wilayah baru. Perlu ada algoritma yang dilatih terlebih dahulu berdasarkan sejarah kegempaan di wilayah yang akan diamati.
"Peramalan yang akurat berpotensi menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian ekonomi dengan memberikan peringatan dini yang memungkinkan evakuasi dan persiapan yang tepat waktu," kata Girona.
Di sisi lain, Girona mengingatkan bahwa metode ini juga bisa berdampak sebaliknya. Jika prediksi yang dibuat meleset, maka dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
"Alarm palsu dapat menyebabkan kepanikan yang tidak perlu, gangguan ekonomi, dan hilangnya kepercayaan publik, sementara prediksi yang meleset dapat mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan," katanya.
(cyu/pal)