Benarkah Orang Bertubuh Tinggi Lebih Berisiko Terkena Kanker? Ini Kata Studi

ADVERTISEMENT

Benarkah Orang Bertubuh Tinggi Lebih Berisiko Terkena Kanker? Ini Kata Studi

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 04 Sep 2024 16:30 WIB
Ilustrasi kanker pankreas
Ilustrasi Kanker Pankreas. (Foto: Shutterstock)
Jakarta -

Orang yang lebih tinggi ternyata memiliki risiko lebih besar terkena kanker. Sebuah studi menemukan adanya peningkatan risiko kanker pada orang dengan tubuh yang lebih tinggi.

World Cancer Research Fund melaporkan ada bukti kuat bahwa orang yang lebih tinggi memiliki peluang lebih tinggi terkena kanker pada: pankreas, usus besar, rahim (endometrium), ovarium, prostat, ginjal, kulit (melanoma), dan payudara (pra dan pascamenopause).

Lantas bagaimana peningkatan risiko kanker bisa terjadi pada orang bertubuh tinggi? Begini penjelasannya seperti dilansir dari Science Alert.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semakin Tinggi Badan Semakin Tinggi Risiko Kanker

Studi dari UK Million Women Study menemukan bahwa 15 dari 17 kanker yang mereka selidiki, semakin tinggi seseorang maka semakin besar kemungkinan terkena kanker. Ditemukan bahwa secara keseluruhan, setiap peningkatan tinggi badan 10 cm meningkatkan risiko terkena kanker sekitar 16%. Peningkatan serupa ditemukan pada laki-laki.

Jika sekitar 45 dari setiap 10.000 perempuan dengan tinggi rata-rata sekitar 165 cm mengidap kanker setiap tahun, maka sekitar 52 dari setiap 10.000 perempuan yang tingginya 175 sentimeter akan mengidap kanker.

ADVERTISEMENT

Jadi, ini sebenarnya peningkatan risiko yang cukup kecil.

Studi lain menemukan 22 dari 23 kanker lebih sering terjadi pada orang yang lebih tinggi daripada orang yang lebih pendek.

Mengapa Orang Tinggi Lebih Berisiko Terkena Kanker?

Hubungan antara tinggi badan dan risiko kanker terjadi di berbagai suku bangsa dan tingkat pendapatan, serta dalam studi yang telah mengamati gen yang memprediksi tinggi badan. Hasil ini menunjukkan ada alasan biologis untuk hubungan antara kanker dan tinggi badan. Meskipun tidak sepenuhnya jelas mengapa, ada beberapa teori yang kuat.

Teori pertama terkait dengan fakta bahwa orang yang lebih tinggi akan memiliki lebih banyak sel. Misalnya, orang yang tinggi mungkin memiliki usus besar yang lebih panjang dengan lebih banyak sel dan dengan demikian lebih banyak entri dalam lotere kanker usus besar daripada orang yang lebih pendek.

Para ilmuwan berpendapat bahwa kanker berkembang melalui akumulasi kerusakan gen yang dapat terjadi dalam sel saat membelah untuk menciptakan sel baru.

Semakin sering sel membelah, semakin besar kemungkinan kerusakan genetik akan terjadi dan diwariskan ke sel baru. Semakin banyak kerusakan yang terakumulasi, semakin besar kemungkinan kanker akan berkembang.

Seseorang dengan lebih banyak sel dalam tubuhnya akan memiliki lebih banyak pembelahan sel dan dengan demikian lebih besar kemungkinan kanker akan berkembang di salah satu selnya.

Beberapa penelitian mendukung gagasan bahwa memiliki lebih banyak sel adalah alasan orang tinggi lebih banyak mengembangkan kanker. Namun, tidak jelas apakah tinggi badan berhubungan dengan ukuran semua organ. Misalnya, apakah perempuan yang lebih tinggi memiliki payudara yang lebih besar atau ovarium yang lebih besar.

Satu penelitian mencoba menilai hal ini. Ditemukan bahwa sementara massa organ menjelaskan hubungan tinggi badan-kanker pada delapan dari 15 kanker yang dinilai, ada tujuh lainnya di mana massa organ tidak menjelaskan hubungan dengan tinggi badan. Perlu dicatat bahwa penelitian ini cukup terbatas oleh jumlah data yang mereka miliki tentang massa organ.

Teori lain adalah bahwa ada faktor umum yang membuat orang lebih tinggi serta meningkatkan risiko kanker mereka. Salah satu kemungkinan adalah hormon yang disebut faktor pertumbuhan mirip insulin 1 (IGF-1). Hormon ini membantu anak-anak tumbuh dan kemudian terus memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan sel dan pembelahan sel pada orang dewasa.

Ini adalah fungsi penting. Tubuh kita perlu menghasilkan sel-sel baru ketika sel-sel lama rusak atau menua. Sel-sel tersebut perlu diganti agar kulit kita tidak rusak.

Namun, kita bisa mendapatkan terlalu banyak hal yang baik. Beberapa penelitian telah menemukan orang yang memiliki kadar IGF-1 lebih tinggi dari rata-rata memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara atau prostat.

Meski begitu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk benar-benar memahami mengapa orang yang lebih tinggi terkena kanker dan apakah informasi ini dapat digunakan untuk mencegah atau bahkan mengobati kanker.




(nir/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads