Studi: Punya Teman Dekat sampai Tua Bisa Bikin Panjang Umur, Tapi...

ADVERTISEMENT

Studi: Punya Teman Dekat sampai Tua Bisa Bikin Panjang Umur, Tapi...

Fahri Zulfikar - detikEdu
Minggu, 01 Sep 2024 10:00 WIB
Ilustrasi Persahabatan (AdinaVoicu/Pixabay)
Foto: Pixabay.com/Ilustrasi pertemanan
Jakarta -

Studi menemukan bahwa persahabatan yang stabil dan sehat ternyata berkaitan dengan kesejahteraan dan umur yang lebih panjang. Hal ini karena memiliki teman dekat, akan menjauhkan seseorang dari hal-hal yang membahayakan nyawa.

Menurut penelitian psikologis yang terbit di The American Journal of Psychiatry, Vol. 177, No. 10, 2020, orang yang memiliki teman dan orang kepercayaan lebih merasa puas dengan kehidupannya dan kecil kemungkinannya menderita depresi.

"Di sisi lain, ketika seseorang memiliki koneksi sosial yang rendah, karena isolasi, kesepian, atau kualitas hubungan yang buruk, mereka menghadapi peningkatan risiko kematian dini," ucap Julianne Holt-Lunstad, PhD, seorang profesor psikologi dan ilmu saraf di Universitas Brigham Young, dikutip dari American Psychology Association (APA).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, dalam penelitian lain, ditemukan fakta unik, bahwa memiliki teman dekat ternyata juga bisa menularkan beberapa kebiasaan buruk.

Memiliki Teman Dekat sampai Tua Bisa Menyehatkan

Dalam studi yang terbit di jurnal Epidemiology and Psychiatric Sciences pada November 2023, peneliti menganalisis survei terhadap hampir 13.000 orang berusia di atas 50 tahun yang berpartisipasi dalam "Studi Kesehatan dan Pensiun".

ADVERTISEMENT

Hasilnya, ditemukan bahwa persahabatan pada orang lanjut usia dikaitkan dengan beberapa contoh kesehatan fisik dan perilaku kesehatan yang lebih baik, serta kesehatan mental yang lebih baik secara keseluruhan.

Tim peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki persahabatan berkualitas tinggi, memiliki hidup yang lebih lama. Selain itu, memiliki teman baik juga dikaitkan dengan banyak perilaku dan manfaat kesehatan yang positif, seperti peningkatan kemungkinan berolahraga sebesar 9%, penurunan risiko depresi sebesar 17%, dan kemungkinan terkena stroke sebesar 19% lebih rendah, di antara temuan lainnya.

"Persahabatan seringkali merupakan hubungan pilihan pertama yang kita miliki dalam hidup kita," kata rekan penulis penelitian William Chopik, seorang profesor psikologi di Michigan State University, dikutip dari NPR.

Peneliti menggarisbawahi bahwa pertemanan bisa menjauhkan seseorang dari kesepian. Seperti yang diketahui, bahaya kesepian menjadi semakin nyata dalam beberapa tahun terakhir karena satu dari empat orang lanjut usia kini mengalami isolasi sosial di seluruh dunia.

Akibatnya, bisa membawa risiko lebih tinggi terkena stroke, kecemasan, demensia, depresi, bunuh diri, dan masih banyak lagi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

"Kita membutuhkan kepuasan emosional karena merasa dekat dengan orang lain, dan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok, dan menjadi memiliki harga diri yang baik, serta berbagi minat dengan orang lain," kata Rosemary Blieszner, profesor emerita perkembangan manusia dan ilmu keluarga di Virginia Tech yang tidak terlibat dalam studi.

Sisi Lain Persahabatan: Bisa Menularkan Kebiasaan Buruk

Dalam studi ini, peneliti juga menemukan fakta menarik. Orang-orang dalam penelitian yang memiliki persahabatan terbaik ternyata lebih cenderung merokok dan minum banyak alkohol.

"Ketika Anda melihat orang-orang lanjut usia, mereka agak melunak dalam hal seberapa banyak mereka minum dan seberapa banyak mereka merokok. Jadi perbedaannya sangat kecil, tapi kami menemukannya," ungkap Chopik.

Meski begitu, menurut Chopik, dengan mempertimbangkan kebiasaan buruk soal kesehatan, kelompok tersebut masih hidup lebih lama dan lebih bahagia dibandingkan mereka yang persahabatannya tidak begitu kuat.

"Bisa jadi mereka meminumnya sedikit, tapi kemudian mereka mendapatkan hal-hal positif yang bisa melawan hal tersebut dan akhirnya mereka hidup lebih lama," imbuhnya.

Blieszner menambahkan, bahwa temuan studi ini setidaknya menegaskan pentingnya peran persahabatan dalam kesehatan.

Dalam hal ini, dia juga mengatakan bahwa kita tidak boleh menganggap remeh dampak dari perilaku tertentu, seperti merokok dan minum alkohol.

"Perilaku kesehatan yang negatif sering kali terjadi di komunitas tertentu, secara geografis, yang berarti bahwa teman dan hubungan sosial lainnya tentu dapat memengaruhi perilaku negatif dan positif," katanya.

Chopik dan rekan penulis studi berharap bahwa penelitian mereka pada masa depan bisa digali lebih dalam rincian tentang persahabatan, khususnya cara terbaik untuk menjalin dan membina teman di berbagai titik dalam kehidupan kita.

"Secara historis, terdapat apresiasi yang rendah terhadap persahabatan, tidak hanya dalam literatur penelitian. Tetapi juga di masyarakat umum," tuturnya.




(faz/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads