Selamat Hari Hiu Paus Dunia! Ini Jejak keberadaan Si Raksasa Berhati Lembut di RI

Devita Savitri - detikEdu
Jumat, 30 Agu 2024 15:30 WIB
Hari Hiu Paus Internasional. Foto: Dok.Konservasi Indonesia/Abdy Hasan
Jakarta -

Setiap tanggal 30 Agustus dunia merayakan Hari Hiu Paus Internasional. Perayaan ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran manusia tentang hewan laut yang dikenal sebagai si raksasa berhati lembut ini.

Memiliki dua nama hewan yakni hiu dan paus, pada dasarnya hiu paus adalah hiu. Mereka adalah spesies hiu terbesar yang masih hidup di bumi.

Mengutip laman Days of The Year, perayaan Hari Hiu Paus Internasional sudah terjadi sejak tahun 2012. Raksasa yang bisa tumbuh dengan berat rata-rata 12 ton ini dirayakan karena hewan ini terus diburu hingga hampir punah demi sirip dan dagingnya.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah memasukkan hiu paus ke dalam daftar merah sebagai spesies terancam punah sejak tahun 2016. Diperkirakan secara global populasi spesies ini menurun lebih dari 50% dalam 75 tahun terakhir.

Terkenal sebagai hewan kosmopolitan, hiu paus berada di seluruh perairan tropis dan hangat. Termasuk laut Indonesia.

Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia (KI), Iqbal Herwata menjelaskan hiu paus di Indonesia tersebar dari laut Pulau Sumatra hingga Papua. Namun, persebaran hewan ini paling banyak ditemui di wilayah Timur Indonesia.

"Hiu Paus adalah spesies kosmopolitan, artinya hewan ini terdistribusi secara luas di perairan tropis dan perairan hangat. Kecuali Laut Mediterania," kata Iqbal dalam acara Perayaan Hari Hiu Paus Internasional dan Memperkenalkan Prilly Latuconsina sebagai Kawan Hiu Paus, Jumat (30/8/2024) di dia.lo.gue, Kemang, Jakarta Selatan.

"Jadi kita bisa melihat dimanapun sebetulnya Hiu Paus ini tetapi memang ada lokasi-lokasi tertentu yang bisa ditemukan sepanjang tahun. Salah satunya di Teluk Cendrawasih (Papua Barat) tempat kita bekerja," tambahnya.

Si Raksasa Spesies Karismatik

Diperkenalkan Iqbal, hiu paus adalah spesies ikan terbesar di dunia yang sudah hidup sejak 70 juta tahun lalu. Namun meski ukurannya besar, hewan ini hanya memakan plankton saja.

Dari sisi ekologis, hiu paus adalah pengontrol populasi plankton yang ada di lautan dunia. Karena kehadiran plankton di lautan bisa menjadi tanda baik dan tidak.

Di satu sisi, plankton adalah penanda kesuburan perairan tersebut. Sebaliknya, bila plankton terlalu banyak perairan bisa tercemar. Pencemaran ini disebut dengan plankton bloom.

"Itu bisa sangat berbahaya untuk organisme yang ada di laut dan hiu paus memiliki peran penting untuk stabilitas dan siklus nutrisi di laut," katanya.

Selanjutnya ada sisi unik lainnya dari hiu paus, di mana mereka memiliki "sidik jari" seperti manusia dan mempunyai pola unik totol yang berbeda setiap individu. Sehingga antara satu hiu paus dan lainnya memiliki keunikan sendiri di masing-masing individunya.

Ukuran tubuhnya yang besar menurut Iqbal menjadi salah satu faktor terkait proses evolusi hiu paus. Hewan ini memiliki umur yang panjang mencapai 80 tahun.

Setiap tahunya, hewan ini bisa bermigrasi sampai 15 ribu kilometer dan menyelam lebih dari 2 ribu kilometer di sepanjang lautan. Karena hal ini hiu paus juga dikenal sebagai spesies payung.

"Spesies payung berarti hiu paus berfungsi dalam hal ekologis. Ia melindungi ekosistem dan organisme di laut yang dilaluinya. Dengan kita melindungi habitat hiu paus kita juga bisa memastikan perlindungan organisme yang ada di habitat mereka," tambahnya.

Terakhir, hiu paus adalah spesies yang penuh karisma atau karismatik. Sehingga banyak orang ingin menyelam, snorkeling atau bahkan melihat hiu paus dari kapal.

Iqbal memahami sudah banyak industri pariwisata hiu paus di dunia termasuk Indoensia. Beberapa waktu lalu viral wisata hiu paus di wilayah Gorontalo.

Wiasata itu viral setelah artis Prilly Latuconsina merekam video di atas sampan transparan bersama hiu paus ramah bernama Sherly. Secara global nilai dari pariwisata hiu paus sangat besar yakni US$ 42 juta atau Rp 650 miliar/tahun (kurs Rp 15.480).

"Kehadiran konservasi hiu paus tidak hanya melindungi ekosistem, spesies (hiu) tapi juga bermanfaat untuk masyarakat lokal dan ekonomi daerah," jelas Iqbal.

Persebaran Hiu Paus di Indonesia

Meski hewan kosmopolitan, hiu paus secara rutin berkumpul di lokasi-lokasi penting di Indonesia. Seperti:

  • Probolinggo, Jawa Timur: tidak diketahui
  • Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat: 110 individu
  • Kaimana, Papua Barat: 76 individu
  • Teluk Cenderawasih, Papua Barat: 153 individu
  • Gorontalo: 53 individu
  • Berau-Talisayan, Kalimantan Timur: 80 Individu

Meskipun data yang ada hanya di wilayah timur Indonesia, Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany menyebutkan hiu paus bisa ditemukan di seluruh laut Indonesia, bahkan teluk Jakarta.

Namun, hingga kini data yang ada baru terpenuhi di wilayah Indonesia timur. Sedangkan di wilayah barat Indonesia belum terdata.

Sayangnya, hewan ini sudah terancam punah dan habitatnya juga memasuki peringatan kritis di Indonesia. Oleh karena itu, status hiu paus kini adalah hewan yang dilindungi.

Iqbal menjelaskan hiu paus terbagi dari dua subpopulasi yakni Atlantik dan Indo-Pasifik. Indonesia sendiri adalah bagian dari populasi Indo-Pasifik dengan jumlah individu hiu paus yang sudah menurun.

Untuk itu, diperlukan langkah perlindungan seperti yang dilakukan Konservasi Indonesia. Perlindungan ini dilakukan dengan memahami di mana, ke mana, dan seberapa lama mereka di suatu tempat.

Upaya untuk mengetahui di mana letak hiu paus dilakukan melalui program satellite telemetry. Mereka menggunakan alat pelacak yang dilengkapi dengan GPS.

"Alat ini kemudian dipasangkan di hiu paus seperti anting. Anting itu nanti akan memberikan posisi ke mana hiu paus bergerak. Sehingga kita bisa mengetahui bagaimana koridor pergerakan dari populasi hiu paus," tambahnya.

Jika seluruh upaya ini berhasil dilakukan, bukan tidak mungkin bila hiu paus akan terlestari hingga 100 tahun ke depan.

"Kalau kita melindungi area kritis ini, populasi di Indo-Pasifik bisa pulih. Diperkirakan 100 tahun ke depan, semua populasi bisa pulih," tutup Iqbal.



Simak Video "Video: Melihat Fenomena Kemunculan Hiu Tutul di Pasuruan "

(det/nah)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork