Siapa Pengibar Bendera Merah Putih pada 17 Agustus 1945?

ADVERTISEMENT

Siapa Pengibar Bendera Merah Putih pada 17 Agustus 1945?

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 16 Agu 2024 15:30 WIB
Paskibraka pertama di tahun 1945
Inilah tiga pengibar bendera merah putih pada 17 Agustus 1945. Yuk, kenali sosok dan kisahnya! Foto: (Dok Perpusnas via Wikipedia)
Jakarta -

Upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Pengibaran bendera menjadi salah satu kegiatan dalam upacara bersejarah tersebut, di samping pembacaan proklamasi dan sambutan oleh Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.

Latief Hendraningrat, S Suhud, dan SK Trimurti menjadi pengibar bendera merah putih pada 17 Agustus 1945. Pada saat itulah, bendera pusaka untuk pertama kalinya dikibarkan oleh para pemuda.

Kendati upacara berlangsung khidmat, persiapan proklamasi dan pengibaran bendera merah putih berlangsung dalam suasana tegang. Sebab pihak Jepang dapat sewaktu-waktu datang. Ketegangan ini menular pada pemuda pengibar bendera. Berikut sosoknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengibar Bendera Merah Putih 1945

Raden Mas Abdoel Latief Hendraningrat

Dikenal juga sebagai Latief Hedraningrat dalam sejumlah buku sejarah, pengibar bendera saat proklamasi kemerdekaan Indonesia ini adalah seorang guru di masa penjajahan Belanda, dikutip dari Konflik Bersejarah-Ensiklopedia Pendudukan Jepang di Indonesia.

Latief Hendraningrat mengajar di perguruan rakyat, Muhammadiyah dan Perguruan Taman Siswa. Kemahirannya berbahasa asing seperti bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman turut membuka peluang untuk menjadi pendidik, dikutip dari Ensiklopedia Sejarah Indonesia (ESI) Kemdikbud.

ADVERTISEMENT

Kelahiran Jakarta, 15 Februari 1911 ini kemudian aktif dalam Pusat Latihan Pemuda (Seinen Kunrenshoo) pada masa pendudukan Jepang. Latief Hendraningrat kemudian bergabung dengan Pembela Tanah Air (Peta) dengan titel Chudanco.

Pada 17 Agustus 1945, Latief Hendraningrat ditunjuk Kepala Keamanan Sukarno dr. Moewardi untuk menjadi penanggung jawab keamanan upacara. Anggotanya diminat berjaga-jaga di sekitar rumah Sukarno untuk memastikan peserta upacara aman jika ada serangan Jepang.

Latief Hendraningrat juga bertugas menjamin kelancaran proklamasi. Untuk itu, ia mengawal Sukarno-Hatta menuju teras depan rumah yang menjadi lokasi pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Berpakaian rapi, ia pun ditugaskan sebagai pengibar bendera merah putih.

Setelah Sukarno membacakan teks proklamasi didampingi Hatta, Latief Hendraningrat mengambil bendera. Ia dan Suhud lalu mengibarkan bendera merah putih.

Setelah kemerdekaan, Latief Hendraningrat aktif dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan bidang pendidikan di Indonesia.

S Suhud

S Suhud atau Suhud Sastro Kusumo merupakan anggota Barisan Pelopor yang menjadi Komandan Pengawal Rumah Soekarno, seperti dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6: Zaman Jepang & Zaman Republik oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto.

Pagi hari pada 17 Agustus 1945, anggota Barisan Pelopor termasuk dirinya mendapat tugas menyiapkan tiang bendera oleh Sudiro, yang merangkap sebagai sekretaris Sukarno.

Di depan rumah sebetulnya terdapat dua tiang besi yang tidak terpakai. Salah satunya juga dapat dipindahkan. Namun karena suasana sangat tegang dan area rumah Sukarno sudah ramai orang sejak pagi, Suhud tidak ingat akan keberadaan tiang tersebut.

Suhud pun berjalan ke arah belakang rumah Sukarno dan membuat tiang bendera dari sebatang bambu. Batang bambu tersebut dibersihkan dan diberi tali, kemudian di tanah beberapa langkah dari teras.

Suhud lalu mendapat bendera merah putih yang dijahit Fatmawati. Besarnya 200 cm x 300 cm.

Memasuki upacara proklamasi kemerdekaan, Suhud yang bercelana pendek bertugas membantu Latief Hendraningrat mengibarkan bendera merah putih tersebut. Ia mengambil Sang Saka Merah Putih dari baki, lalu mengikatkan bendera tersebut ke tali pada tiang bambu, seperti dikutip dari Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI oleh Dr Abdurakhman SS MHum dan Arif Pradono SS MIKom.

Latief Hendraningrat lalu mengerek bendera merah putih lambat-lambat sampai ke puncak tiang dengan iringan hadirin yang menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa dipimpin.

S Suhud meninggal pada 1986 di usia 66 tahun.

Surastri Karma Trimurti

SK Trimurti, begitu nama ia dikenal, merupakan satu-satunya pengibar bendera putri pada upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia semua ditunjuk sebagai pengerek bendera, tetapi ia menolak.

Ia berpendapat, orang yang cocok bertugas mengerek bendera merah putih adalah seorang prajurit seperti Latief Hendraningrat. Karena itu, ia pun bertugas membawa bendera dan mendampingi Fatmawati pada upacara. Sang Saka Merah Putih pun dibentangkan oleh Suhud, sementara Latief Hendraningrat mengerek bendera.

Kelahiran 11 Mei 1912 ini semula aktif dalam gerakan kemerdekaan Indonesia sejak 1930 sambil menjadi guru sekolah dasar. Namun, SK Trimurti ditangkap Belanda pada 1936 karena membagikan selebaran antikolonial.

Setelah dipenjara selama 9 bulan, SK Trimurti berpindah profesi menjadi wartawan.

Usai kemerdekaan, SK Trimurti aktif menyuarakan hak-hak pekerja. Ia pun sempat menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja pertama di Indonesia pada 1947-1948.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads