Latief Hendraningrat adalah tokoh pejuang dan militer yang terlibat dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sosok yang dikenal sebagai pengerek bendera Merah Putih ini memiliki nama lengkap Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat.
Dikutip dari buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI yang ditulis oleh Abdurakhman dan Arif Pradono, Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat lahir di Jakarta pada 15 Februari 1911. Latief Hendraningrat merupakan seorang prajurit Pembela Tanah Air (PETA).
Pada masa pendudukan Jepang, beliau aktif dalam pelatihan militer yang diadakan oleh Jepang. Ketika Jepang mendirikan Peta, beliau ikut bergabung menjadi anggotanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jabatan Latief Hendraningrat di Pembela Tanah Air (PETA) adalah komandan kompi dengan pangkat cudanco. Pangkat ini berada di bawah pangkat tertinggi pribumi, yaitu daidanco atau komandan batalion. Latief juga termasuk golongan pemuda yang aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ia menjadi anggota PETA yang bertanggung jawab dalam peristiwa Rengasdengklok. Sosok ini mengemban tugas yang cukup berat. Selain bertanggung jawab atas keamanan lokasi, beliau juga bertugas menjamin kelancaran proklamasi dan keselamatan para peserta.
Usai pembacaan teks proklamasi, beliau menjadi pengibar Sang Saka Merah Putih. Latief Hendraningrat menjadi pengibar bersama S. Suhud. Saat mengibarkan bendera, ia memakai seragam tentara Jepang karena beliau merupakan prajurit PETA.
Pengibar Bendera Merah Putih Indonesia
Para tokoh bangsa berdatangan ke kediaman Ir Soekarno menjelang pukul 10.30. Proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (sekarang Jalan Proklamasi), Jakarta, pada pukul 10.00 WIB. Acara ini dihadiri oleh Wali Kota Soewirjo dan dr Muwardi.
Sebelum acara dimulai, Drs Moh Hatta datang mengenakan pakaian putih-putih. Setelah semuanya siap, Latief Hendraningrat memberikan aba-aba kepada seluruh barisan pemuda, dan mereka pun kemudian berdiri tegak dengan sikap sempurna. Selanjutnya, Latief mempersilakan Soekarno dan Hatta.
Bung Karno memberikan pidato pendahuluan singkat. Soekarno dengan suara lantang memberikan sambutan singkat lalu membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Acara ini dilanjutkan dengan pengibaran Sang Merah Putih. S. Soehoed mengambil bendera dari baki yang telah disiapkan dan mengikatkannya pada tali dengan bantuan dari Shodanco Latief Hendraningrat. Kemudian, Bendera Merah Putih dinaikkan secara perlahan.
Hadirin yang hadir saat itu secara spontan langsung menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah pengibaran bendera selesai, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Wali Kota Jakarta Soewirjo dan Wakil Wali Kota Jakarta Dr. Moewardi.
Acara proklamasi kemerdekaan berlangsung kurang lebih satu jam dengan penuh khidmat dan sederhana dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia VI/ Edisi ke-4 karya Poesponegoro, Marwati Djoened, dan Nugroho Notosusanto.
Usai kemerdekaan, Latief tetap berada di militer. Ia ditugaskan sebagai Atase Militer di sejumlah negara dan kemudian menjadi Direktur Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) di Bandung pada 1958.
Ia pensiun dari dinas ketentaraan dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal pada 1 Januari 1967.
(pal/pal)