Golongan Muda Peristiwa Rengasdengklok: Tokoh hingga Alasan 'Culik' Sukarno-Hatta

ADVERTISEMENT

Golongan Muda Peristiwa Rengasdengklok: Tokoh hingga Alasan 'Culik' Sukarno-Hatta

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Kamis, 15 Agu 2024 19:30 WIB
Rumah Djiauw Kie Siong yang menjadi saksi bisu Peristiwa Rengasdengklok
Foto: Istimewa (dok. Buku Peristiwa Rengasdengklok karya Her Suganda)
Jakarta -

Peristiwa Rengasdengklok terjadi tepat seharu sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, 16 Agustus 1945. Golongan muda saat itu 'menculik' Sukarno-Moh Hatta. Siapa saja golongan muda dalam peristiwa Rengasdengklok itu?

Golongan Muda pada Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok begitu identik dengan golongan muda pada saat itu. Golongan muda menuntut agar proklamasi kemerdekaan disegerakan. Para golongan muda saat itu adalah Soekarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, Wikana, Sayuti Melik, Darwis, Subadio, BM Diah, dan Sudiro.

Alasannya karena berita kekalahan Jepang telah tersebar di kalangan pemuda, sehingga mendorong Chaerul Saleh untuk mempengaruhi golongan tua sesegera mungkin dalam memproklamasikan kemerdekaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tuntutan sesegera mungkin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ini disampaikan Chaerul Saleh cs kepada golongan tua yang terdiri atas Dr Radjiman Wedyodiningrat, Ir Sukarno dan Drs Moh Hatta setiba golongan tua tiba dari Dalat, Vietnam, pada 12 Agustus 1945. Saat di Dalat itu Sukarno-Hatta-Dr Radjiman baru saja bertemu dengan Jenderal Hisaichi Terauchi, panglima perang Jepang yang bertanggung jawab di wilayah Asia Tenggara selama Perang Dunia II.

Dalam pertemuan itu, Terauchi mengatakan Tokyo memutuskan memberikan kemerdekaan kepada seluruh wilayah Hindia Belanda, tapi tidak termasuk Malaya dan bekas wilayah jajahan Inggris di Kalimantan. Sesudah itu, Terauchi memberikan selamat kepada Sukarno, Hatta, dan Radjiman, yang kemudian diikuti seluruh staf di markas besar pasukan Jepang ikut menyalami mereka.

ADVERTISEMENT

Saat itu Sukarno bertanya kepada Terauchi, kapan keputusan Tokyo tentang Indonesia merdeka dapat diumumkan kepada rakyatnya. Terauchi menjawab, "Terserah kepada tuan-tuan panitia persiapan, kapan saja dapat. Itu sudah menjadi urusan tuan-tuan," jawabnya seperti tertulis dalam Atlas Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015) dilansir dari detikX.

Alasan Golongan Muda 'Menculik' Sukarno-Hatta

Golongan tua yang terdiri atas Dr Radjiman, Ir Soekarno dan Drs Moh Hatta dengan golongan muda Chaerul Saleh dkk mengalami perbedaan pendapat. Golongan muda meminta agar proklamasi kemerdekaan segera dilakukan.

Namun golongan tua menganggap keinginan para golongan muda masih akan dibicarakan lagi dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945, demikian dilansir dari buku Sejarah untuk SMP Kelas VIII yang ditulis drs Anwar Kunia, dkk.

Para golongan muda tidak sepakat, karena menganggap proses itu terlalu lama. Lalu, mereka bergerak 'menculik' Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus dini hari agar Sukarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan dan tidak terpengaruh oleh Jepang, demikian dilansir dari Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik Sampai Kontemporer oleh Adi Sudirman.

Detik-detik Peristiwa Rengasdengklok

Berikut detik-detik peristiwa Rengasdengklok dari buku Atlas Sejarah Indonesia Berita Proklamasi Kemerdekaan yang diterbitkan Kemendikbudristek dan buku Sejarah untuk SMP Kelas VIII yang ditulis drs Anwar Kunia, dkk.

12 Agustus 1945

Pemerintah pendudukan Jepang, melalui Marsekal Terauchi Hisaichi menyatakan dengan resmi menyetujui pendirian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai.

13 Agustus 1945

Setelah mendengar Hiroshima dan Nagasaki dibom atom, Pembela Tanah Air (PETA) diperintahkan untuk menyerahkan senjata dengan alasan akan diganti.

14 Agustus 1945

Bung Karno dan Bung Hatta serta dr Radjiman Mendarat di Jakarta, kembali dari Dalat.

15 Agustus 1945

Di Jepang

Kaisar Hirohito menyampaikan pidato Gyokuon-hōsō (Siaran Suara Kaisar) melalui Radio, yang berisi Perintah Kekaisaran tentang kapitulasi, sekaligus mengumumkan kepada rakyat bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

Golongan Tua

Sukarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo pergi ke Gunseikanbu tetapi tidak ada seorang pun pejabat di sana, sehingga mereka pergi mencari informasi kepada Laksamana Maeda. Setelah itu, mereka bertiga pulang ke rumah masing-masing. Sebelum pulang, Hatta mengusulkan kepada Soekarno supaya pada tanggal 16 Agustus 1945, anggota PPKI yang seluruhnya masih menginap di Hotel Des Indes untuk mengadakan rapat pada jam 10.00 di kantor Dewan Sanyo Kaigi di Pejambon.

Golongan Muda

Pukul 20.00 WIB

Para pemuda dipimpin Chaerul Saleh melakukan pertemuan di Lembaga Bakteriologi (bekas LBM Eijkman sekarang), Jl Pegangsaan Timur 17 Jakarta menghasulkan keputusan:

a. Mendesak Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada hari itu juga.
b. Menunjuk Wikana, Darwis dan Subadio menemui Sukarno-Hatta dan menyampai keputusan rapat dengan catatan kemerdekaan tidak diproklamasikan melalui PPKI.
c. Para mahasiswa-pelajar-pemuda seluruh Jakarta diminta merebut kekuasaan dari Jepang.

Pukul 22.00 WIB

Wikana dkk menemui Sukarno di kediamannya, Jl Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Wikana dkk menyampaikan keputusan rapat ke Sukarno: kemerdekaan harus diproklamasikan 16 Agustus 1945, jika tak diwujudkan, kemungkinan akan ada pertumpahan darah. Sukarno marah.

"Inilah leherku! Saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak dapat melepaskan tanggung jawab saya sebagai Ketua PPKI. Karena itu, saya akan tanyakan kepada wakil PPKI besok," amuk Sukarno.

Pukul 24.00 WIB

Para golongan muda rapat kembali di Asrama Baperpi, Jl Cikini no 71. Keputusannya: membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok!

Tujuannya: menjauhkan kedua tokoh pejuang dari tekanan-pengaruh Jepang.

16 Agustus 1945

Pukul 04.00 WIB

Sukarno-Hatta dibawa golongan muda ke Rengasdengklok, dipimpin Shodanco Singgih.

Paginya, penculikan ini terdengar oleh Achmad Soebardjo. Soebardjo segera menemui golongan muda, Wikana untuk bernegosiasi. Pada pertemuan tersebut disepakati proklamasi kemerdekaan harus segera dilaksanakan di Jakarta.

Berdasarkan keputusan tersebut, Achmad Soebardjo beserta sekretaris pribadinya Sudiro diantar Jusuf Kunto pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput Sukarno dan Hatta, demikian dikutip dari artikel 'Memperkenalkan Sejarah Achmad Soebardjo' yang ditulis Nadhirotul Hadiah dan Anis Fuadah Z dalam Jurnal AsSibyan Volume 3 Nomor 1 2020.

Pukul 17.30 WIB

Rombongan Achmad Soebardjo tiba di Rengasdengklok. Saat negosiasi dengan golongan muda, Soebardjo menjaminkan nyawanya bila Sukarno-Hatta tak segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Dengan jaminan Soebardjo, akhirnya golongan muda bersedia melepaskan Sukarno-Hatta ke Jakarta.

Akhirnya, setelah serangkaian proses yang sudah tercatat sejarah, teks proklamasi langsung disusun 16 Agustus malam hingga 17 Agustus 1945 dini hari. Proklamasi kemerdekaan pun dibacakan 17 Agustus 1945 WIB pukul 10.00 WIB di kediaman Sukarno, Jl Pegangsaan Timur 56 Jakarta.




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads