Bukan Sembarangan, Ini Alasan Soekarno Pilih 17 Agustus 1945 Jadi Hari Kemerdekaan RI

ADVERTISEMENT

Bukan Sembarangan, Ini Alasan Soekarno Pilih 17 Agustus 1945 Jadi Hari Kemerdekaan RI

Devita Savitri - detikEdu
Minggu, 04 Agu 2024 14:00 WIB
Pengunjung melihat-lihat Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang berada di jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Jumat (16/08/2013). Naskah Proklamasi dirumuskan oleh Bung Karno, Bung Hatta dan Ahmad Subardjo. Menjelang hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus, museum ini ramai dikunjungi pengunjung. File/detikFoto.
Naskah teks proklamasi Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) bermula dari kekalahan Jepang dalam perang dunia kedua. Terutama usai bom atom dijatuhkan di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki tiga hari setelahnya.

Dengan kerugian yang luar biasa, Kaisar Jepang Hirohito akhirnya menyerah kepada Amerika Serikat dan negara sekutunya pada 15 Agustus 1945. Mendengar kabar ini, golongan muda mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Namun, bukan sesegera mungkin Soekarno memilih tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan RI. Mengapa? Begini sejarahnya dikutip dari Kementerian Sekretariat Negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan Soekarno Memilih Tanggal 17 Agustus 1945

15 Agustus 1945

Pasca pengumuman menyerahnya Jepang kepada sekutu, pada 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 di rumah Soekarno yakni Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta berlangsung perdebatan serius. Perdebatan ini dipicu oleh golongan muda yang memaksa Bung Karno untuk Proklamasi Kemerdekaan RI.

Di sana ada Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, dan ribuan pasukan bersenjata yang sudah siap mengusir tentara Jepang. Seruan tidak dihiraukan Bung Karno yang membuat Wikana berani mengancamnya.

ADVERTISEMENT

"Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari," kata Wikana.

Mendengar hal tersebut, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata keras.

"Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari," Jawab Soekarno.

Drs Mohammad Hatta akhirnya ikut menjawab Wikana dengan mengingatkan setelah Jepang, Belanda masih mengintai untuk merebut Indonesia. Ia juga menantang bila golongan muda mampu memproklamasikan kemerdekaan mengapa harus menunggu Soekarno.

Namun, para pemuda terus mendesak hingga akhirnya berakhir dengan penculikan Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.

16 Agustus 1945

Pukul 04.00 dini hari tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta dibawa oleh golongan muda ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Akis penculikan ini sangat mengecewakan Bung Karno karena para pemuda tidak mau mendengarkan pertimbangannya.

Sehari penuh, Soekarno-Hatta berada di Rengasdengklok. Upaya para pemuda menekan keduanya untuk segera melaksanakan kemerdekaan tidak berhasil.

Meski diculik, Soekarno-Hatta tidak mau didesak begitu saja. Keduanya tetap berpegang teguh dengan rencana mereka dan tidak ragu untuk berdebat panas dengan golongan muda.

"Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung. Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini lalu....," kata pemuda.

"Lalu apa?" teriak Bung karno dengan kemarahan yang menyala-nyala dan membuat semua orang di sana tidak bergerak atau berbicara.

Ketika kembali tenang, Soekarno menjelaskan rencananya dan menyebut proklamasi akan dilaksanakan pada tanggal 17. Hal ini telah dipikirkannya kala berada di Saigon, Vietnam ketika dipanggil oleh Radjiman Wedyodiningrat untuk membahas perihal kemerdekaan Indonesia.

"Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja atau tanggal 16?," tanya Sukarni.

Menjawabnya, Soekarno menyatakan dirinya adalah seseorang yang percaya pada mistik. Sehingga ia tidak bisa menjelaskan secara logis mengapa 17 menjadi tanggal baik baginya.

"Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci," jelasnya.

Soekarno memberikan berbagai pertimbangan mengapa ia memilih tanggal 17, seperti:

Kemerdekaan berada di bulan suci Ramadhan, waktu berpuasa berarti saat yang paling suci bagi umat Islam.

Tanggal 17 adalah hari Jumat legi yang berarti Jumat yang berbahagia dan Jumat Suci.

Al-Qur'an diturunkan juga pada tanggal 17.

Umat Islam menjalankan ibadah sebanyak 17 rakaat.

"Oleh karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," katanya.

17 Agustus 1945

Setelah penjelasan itu terjadi kesepakatan antara golongan muda dan golongan tua. Ahmad Soebardjo dari golongan tua dan Wikana dari golongan muda sepakat bila kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta.

Masih di tanggal yang sama sekitar pukul 17.00, Soekarno-Hatta dijemput untuk kembali ke Jakarta. Ahmad Soebardjo memberikan jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00.

Usai kembali, seluruh proses penyusunan naskah Proklamasi berjalan. Rumusan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diperkirakan selesai pada 17 Agustus 1945 pukul 04.00.

Hingga akhirnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan pada pukul 10.00 di rumah Soekarno. Upacara berlangsung sederhana, tanpa protokol apapun.

Latief Hendraningrat, salah seorang anggota Pembela Tanah Air (Peta) menjadi sosok yang memberi aba-aba kepada rakyat dan Bung Karno-Bung Hatta untuk membacakan Proklamasi. Acara kemudian dilanjutkan dengan pengibaran Bendera Merah Putih dengan diiringi lagu Indonesia Raya.

Setelahnya Wali Kota Soewirjo dan dr Muwardi memberikan sambutan. Walaupun sangat sederhana, gema kemerdekaan bangsa Indonesia terdengar ke seluruh pelosok Nusantara bahkan dunia.




(det/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads