Tahukah detikers wilayah mana di dunia yang paling berbahaya bagi anak-anak? Wilayah tersebut menjadi saksi lebih dari 15 ribu anak meregang nyawa.
Wilayah yang dimaksud adalah Jalur Gaza, bagian dari wilayah Negara Palestina. Ini adalah sebuah kawasan yang terletak di pantai timur Laut Tengah dan berbatasan dengan Mesir di sebelah barat daya.
"Jalur Gaza adalah tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak. Dan hari demi hari, kebrutalan yang nyata itu semakin ganas," ujar James Elder, Juru Bicara United Nations Children's Fund (UNICEF) atau Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang dikutip dari situs resmi UNICEF.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Jalur Gaza, anak-anak terbunuh akibat serangan dari Israel sejak Oktober 2023. Kondisi ini membuat semua tempat di wilayah tersebut tidak aman bagi anak-anak.
"Lalu ke mana anak-anak dan keluarga mereka pergi? Mereka tidak aman di rumah sakit. Mereka tidak aman di tempat penampungan. Dan mereka tentu saja tidak aman jika berada di zona yang disebut sebagai zona 'aman'," imbuh Elder.
Lebih dari 15.000 Anak Terbunuh
Menurut perkiraan Kementerian Kesehatan Palestina, anak-anak yang terbunuh akibat serangan di Jalur Gaza mencapai lebih dari 14.000, sedangkan ribuan lainnya terluka.
Di sisi lain, semua anak-anak Gaza telah mengalami pengalaman traumatis akibat perang, yang dampaknya akan berlangsung seumur hidup.
"Anak-anak Gaza telah mengalami kengerian yang tak terbayangkan, mereka berhak mendapatkan gencatan senjata segera dan kesempatan untuk masa depan yang damai," tulis UNICEF.
Kondisi ini diperparah dengan tidak ada tempat yang aman bagi mereka. Sekolah dan rumah mereka hancur, serta keluarga mereka terpecah belah. Banyak anak-anak yang terpaksa mengungsi beberapa kali dan kehilangan orang tua.
Kondisi Pengungsian yang Memprihatinkan
Menurut data, separuh dari jumlah pengungsi penduduk Gaza adalah anak-anak. Mirisnya, kondisi di pengungsian juga memprihatinkan.
Anak-anak di pengungsian tidak memiliki cukup akses terhadap air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
"Zona-zona (pengungsian) ini berupa petak-petak kecil tanah tandus, atau sudut jalan, atau bangunan setengah jadi, tanpa air, tanpa fasilitas, tanpa perlindungan dari dingin dan hujan. Dan sangat tidak ada sanitasi," papar Elder.
"Jadi tanpa air dan sanitasi, atau tempat berlindung, apa yang disebut zona aman ini akan menjadi zona penyakit," tambahnya.
Diketahui, bahwa kasus diare pada anak di atas 100.000. Selain itu, kasus penyakit pernapasan akut pada warga sipil berada di atas 150.000. Dengan meningkatnya gizi buruk di kalangan anak-anak Gaza, penyakit diare juga menjadi semakin mematikan.
Data menunjukkan, lebih dari 130.000 anak-anak paling rentan di Gaza (mereka yang berusia 0 hingga 23 bulan) tidak menerima ASI yang dapat menyelamatkan nyawa mereka. Di sisi lain, praktik pemberian makanan pendamping ASI yang sesuai dengan usia mereka, termasuk suplementasi mikronutrien.
"Dengan skenario seperti ini dan tanpa adanya air bersih, makanan dan sanitasi yang memadai, kematian anak-anak akibat penyakit dapat melampaui kematian anak-anak akibat pemboman," ungkap Elder.
Menurutnya, saat ini, pengiriman bantuan adalah masalah hidup atau mati bagi anak-anak di Gaza. Kemudian, gencatan senjata kemanusiaan yang segera dan berjangka panjang adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri pembunuhan dan cederanya anak-anak.
(faz/nwk)