Pembangunan teleskop ini disebut sebagai yang pertama di Indonesia. Untuk mewujudkannya, ITB menggandeng Shanghai Astronomical Observatory-Chinese Academy of Sciences (SHAO-CAS).
Melansir dari laman ITB, VGOS dapat berguna untuk riset astronomi, geodesi, sains data, rekayasa perangkat lunak, telekomunikasi dan masih banyak lagi. Selain itu, VGOS berpotensi menciptakan riset baru yang luas baik dalam skala nasional maupun internasional.
Disampaikan oleh Kepala Biro Kemitraan ITB, Taufiq Hidayat, teleskop nantinya bekerja di dalam jaringan yang tergabung dengan banyak teleskop radio di dunia. Adapun VLBI saat ini pusatnya masih ada di bumi bagian utara.
Di daerah ekuator dan negara sekitarnya, VLBI ini masih banyak dalam tahap pembangunan. VLBI sekitar Indonesia hanya dapat ditemui di Brazil.
Fungsi Teleskop VGOS
VGOS adalah teleskop yang berfungsi mengamati sumber radio kosmik dengan presisi yang tinggi. Cara kerja VGOS adalah dengan menggabungkan data dari banyak teleskop yang ada di seluruh dunia.
Dari sana, kemudian akan muncul pengukuran yang presisi terkait jarak dari satu titik teleskop dengan teleskop lainnya. Lewat VGOS juga, pergerakan dunia bisa dipantau.
VGOS dapat melihat perubahan jarak dari benua atau pergerakan dalam jangka waktu tertentu. Dengan pembangunan VGOS oleh Bosscha ITB, maka Indonesia akan menjadi jembatan baseline belahan bumi utara dan selatan.
Ke depannya, Indonesia bisa berkontribusi lebih jauh dalam jejaring teleskop radio internasional. Kesempatan bagus lainnya, Indonesia bisa menjalin kolaborasi dengan lebih banyak mitra.
"Dengan demikian, kita dapat menentukan apakah sebuah wilayah memiliki potensi yang berbahaya atau tidak," kata Taufiq.
Kaitannya dengan lingkungan, VGOS digadang juga bisa memantau potensi perubahan iklim. VGOS akan mengukur pergerakan titik-titik di permukaan bumi sehingga dapat dijadikan parameter yang sangat akurat.
Menurut Taufiq, VGOS ke depannya akan menjadi investasi penting dan jangka panjang bagi Indonesia. Ia berharap teleskop tersebut bisa memperkuat penelitian dan posisi Indonesia dalam dunia astronomi.
Cara Kerja Teleskop Radio
Mengutip laman National Radio Astronomy Observatory, teleskop radio merupakan optik yang dibuat untuk mempelajari cahaya radio alami dari bintang, galaksi, lubang hitam, dan objek astronomi lainnya.
Cara kerja teleskop ini mengumpulkan cahaya tampak lalu mengarahkannya ke fokus. Kemudian, cahaya akan dianalisis lewat berbagai instrumen.
Teleskop radio dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran berdasarkan jenis gelombang radio yang ditangkapnya. Namun, jika dibandingkan dengan teleskop lainnya, teleskop radio mempunyai ukuran yang lebih besar.
Jangkauan teleskop radio bisa mengamati panjang gelombang cahaya mulai dari 1 milimeter hingga lebih dari 10 meter. Setiap teleskop radio memiliki antena pada dudukannya dan setidaknya satu peralatan penerima untuk mendeteksi sinyal.
Teleskop Radio di Negara Lain
Teleskop radio lainnya bisa ditemui di Guizhou, China. Nama teleskop tersebut bernama Five-hundred-meter Aperture Spherical Telescope (FAST).
Mengutip situs Space, besar optik bukaan dari teleskop FAST mencapai 500 meter. Didirikan pada 2020, FAST disebut juga sebagai teleskop paling besar di dunia.
Selanjutnya, ada juga teleskop radio SKA yang terletak di Australia dan Afrika Selatan. Teleskop ini mempunyai besar 512 x 15 meter.
Meskipun ukuran masing-masing teleskop ini tidak sebesar beberapa teleskop sebelumnya, skala konstruksi yang diantisipasi jauh lebih besar. Teleskop tersebut sudah memiliki sebanyak 512 stasiun di Australia dan 200 di Afrika Selatan.
Negara Chili pun menjadi lokasi keberadaan teleskop radio lainnya yang bernama ALMA. Teleskop ini berdiameter 39,4 kaki atau 12 meter.
Salah satu penemuan penting yang dilakukan ALMA adalah oksigen terjauh di luar angkasa. Ini adalah rekor yang telah dipecahkan oleh teleskop lebih dari satu kali.
(cyu/faz)