Nama lengkapnya Alfred Lothar Wegener. Lahir di Berlin, Jerman, pada 1 November 1880. Dia pencetus teori pemindahan benua. Hingga Wegener meninggal dunia dalam ekspedisi, tak ada yang percaya teori tersebut meski kelak akhirnya terbukti.
Ironi sains ini diceritakan Simon Winchester dalam Krakatoa, Ketika Dunia Meledak (2010). Winchester mencuplik kisah Wegener karena ada hubungan antara erupsi Krakatoa (Krakatau) yang menggemparkan dunia dengan hipotesis 'pemindahan benua'. Sama-sama mengiris kajian geologis.
"... teori yang dia (Wegener) kemukakan pada sebuah buku yang dipublikasikannya tahun 1915 memastikan dia menjadi orang yang terkenal, namun fitnah yang beredar membuatnya dianggap sebagai penganut bid'ah sehingga hadiah akademis yang patut didapatkannya menjadi tidak bisa diraihnya. Saat dia meninggal pada umur 50 tahun, dia adalah tokoh yang masyhur sebagai bahan tertawaan" demikian tulis Winchester di halaman 94.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wegener merupakan dosen meteorologi, astronomi terapan dan fisika kosmik di Universitas Marburg, Jerman. Proposal pertama teori Pemindahan Benua disampaikan pada 1912 di Museum Senckenberg, Frankfurt, lalu beberapa tahun kemudian dilengkapi dalam publikasi berjudul Die Entstehung der Kontinente und Ozeane atau The Origin of the Continents and Oceans. Di situ dia memakai frasa berbahasa Jerman, die Verschiebung der Kontinente yang artinya pemindahan benua. Ketika disadur dalam bahasa Inggris pada 1926, maknanya menjadi 'pergeseren benua' seperti dikenal sekarang.
![]() |
Wegener mulanya berpikir sederhana. Setelah melihat peta dunia, dia merasa garis pesisir Afrika dan Amerika Selatan, cembungan Brasil sebelah timur mirip cekungan antara NIgeria dan Angola. Dia menulis cepat-cepat analisis itu ke tunangannya, menduga ada satu masa kedua benua, Amerika dan Afrika, bergabung. Mungkinkah dulu pernah terhubung lalu terpisah, bergeser menjauh?
Untuk membuktikan hal tersebut, Wegener melakukan serangkaian ekspedisi ke Greenland, Denmark. Dia meneliti bebatuan hingga fosil. Tampaknya memang cocok dengan teorinya. Tapi semua 'bukti' itu tak diterima di circle ilmuwan. Kala itu, ilmu geologi dan antropologi serta teknologi pendukung belum secanggih sekarang.
Reaksi ilmuwan terkesan berlebihan. "Hipotesis Wegener secara umum adalah tipe footloose (longgar), ... diikat oleh fakta-fakta yang aneh dan jelek," kata Dr. Rollin T. Chamberlin dari Universitas Chicago, dalam sebuah publikasi berjudul Alfred Wegener (1880-1930) di laman University of California Museum of Paleontology.
Sebagian besar ilmuwan menganggap benua tak mungkin bisa bergerak atau bergeser. Sungguh tak masuk akal. Asumsinya, menurut mereka, pergerakan benua akan membuat bumi kacau atau berhenti berputar.
"Dia (Wagener) membuat prediksi yang salah dan aneh," kata Dr Rollin T Chamberlin.
Harold Jeffreys, salah satu pelopor ilmu geofisika, mencela Wegener. Menurut dia, bagaimanapun kuatnya daya yang mungkin terdapat di bawah kerak bumi, tak ada yang cukup kuat untuk menggerakkan atau menggeser benua.
"Semua bukti mengenai klaster Zaman Es masa Permo Carboniferous dengan rapi tersusun di sekitar Kutub Selatan Gondwanaland, mungkin cuma itu bukti terkuat yang dimiliki Alfred Wegener? Tapi itu hanyalah "puisi geologi" belaka, hanya lebih baik dari dari fantasi biasa," demikian dikutip dari buku Winchester halaman 102.
Wegener mati muda. Tubuhnya membeku di Greenland dalam ekspedisi keempat untuk mencari bukti-bukti atas teorinya. Pergi usai ulang tahun ke-50, Wegener tak terlihat lagi setelahnya. Lalu pada Mei 1931, jasadnya ditemukan berpakaian utuh. Diperkirakan mengembuskan nafas terakhir pada 2 November. Sementara seorang teman ekspedisinya tak pernah ditemukan.
Hingga akhir hayatnya, Wegener meyakini dirinya benar meski sebagian besar ilmuwan dunia saat itu skeptis. Bahkan menolak pandangannya.
Di kemudian hari, bukti sains menunjukkan teori Wegener benar. Bumi yang kita tempati, memiliki energi dahsyat di bawahnya (kerak bumi). Lempeng bumi bergerak karena energi itu. Imbasnya bisa mengubah posisi daratan. Naik turun, mendekat atau menjauh. Persis seperti dibayangkan Alfred Lothar Wegener muda saat itu.
(trw/nwk)