Selat merupakan lautan kecil yang menghubungkan dua laut atau perairan besar lainnya. Tapi tahukah kamu, terdapat sebuah selat yang memisahkan Benua Afrika-Eropa dan menghubungkan Samudra Atlantik dan Laut Mediterania yang dikenal sebagai Selat Gibraltar? Selat ini membentang sepanjang 13 kilometer dengan membelah Eropa dan Afrika. Apa yang terjadi bila selat ini hilang?
Dilansir dari laman Science ABC, Laut Mediterania berperan sebagai mesin penting dalam sirkulasi air di seluruh dunia. Adanya penguapan yang sangat tinggi di Mediterania menyebabkan bertambahnya garam ke perairan. Perairan ini mengalir ke Samudra Atlantik dan mempengaruhi aliran seluruh dunia dapat berdampak pada suhu, pola cuaca, dan sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa yang Terjadi Jika Selat Gibraltar Hilang?
Namun Selat Gibraltar bisa hilang karena desakan pergerakan lempeng tektonik dari Benua Eropa atau Benua Afrika. Yang akan terjadi jika selat ini menutup akan mudah diprediksi karena telah terjadi 5,9 juta tahun yang lalu dikenal sebagai krisis salinitas Messinian. Adanya pergerakan tektonik yang mampu memotong hubungan penting antara Laut Mediterania dan Samudra Atlantik.
Jika Selat Gibraltar hilang dan menyatukan daratan Eropa dan Afrika, maka air asin dari Samudra Atlantik akan berhenti masuk. Hal ini membuat Laut Mediterania akan berubah menjadi danau yang dalam dan asin, lalu menjadi rawa tertutup garam, dan akhirnya akan menjadi gurun.
Ketika Selat Gibraltar menutup, hanya dalam beberapa ribu tahun, air mengalir ke tiga cekungan dangkal di bagian timur, barat, dan tengah Laut Mediteranie. Mineral gypsum evaporit (CaSO42H2O) diendapkan terlebih dahulu pada masing-masing cekungan, disertai dengan garam halit (NaCl). Senyawa ini ditemukan di tempat-tempat di mana air asin menguap.
Pengeboran kapal penelitian ilmiah menemukan bahwa endapan garam evaporit berikutnya berada hingga kedalaman 3 km di titik-titik tertentu. Ini terlalu banyak untuk satu siklus penguapan; data pengeboran menyiratkan bahwa cekungan dibanjiri air asin berkali-kali sebelum mengering dan menguap.
Apa yang Terjadi dengan Laut Mediterania?
Para peneliti bertanya-tanya mengapa cekungan Mediterania terus terisi air dan kemudian terputus. Sebagai kemungkinan, gerakan tektonik skala rendah dapat menghasilkan kenaikan dan penurunan berturut-turut di permukaan tanah regional, menyebabkan naik turunnya penghalang tanah di Selat Gibraltar.
Teori yang paling masuk akal adalah bahwa permukaan laut berfluktuasi akibat fluktuasi lapisan es Antartika yang masif, yang mulai terbentuk sekitar 14 juta tahun yang lalu. Laut Mediterania terakhir diisi ulang 5,33 juta tahun yang lalu, di perbatasan antara zaman Miosen dan Pliosen.
Banjir besar akhirnya memecahkan penghalang sehingga Samudera Atlantik dan Laut Mediterania bergabung kembali. Aliran air yang datang melalui selat sempit itu mungkin telah berlangsung selama beberapa abad dan akan lebih besar dari Air Terjun Victoria, Niagara, dan Iguazu yang digabungkan.
Akankah Laut Mediterania Mengering?
Afrika dan Eropa keduanya aktif secara tektonik. Selama jutaan tahun, lempeng Afrika, yang memegang sebagian dasar laut Mediterania, bergerak ke utara menuju batas Lempeng Eurasia dengan kecepatan kira-kira satu inci atau 2,54 cm setiap 2,5 tahun.
Menurut para ilmuwan, kemungkinan besar Selat Gibraltar akan terblokir lagi dalam waktu dekat secara geologis.
Jika Laut Mediterania terisolasi, penguapan akan membuat permukaan lautnya turun beberapa meter setiap tahun. Imbasnya akan muncul daratan yang luasnya lebih dari seratus ribu kilometer persegi. Namun tanah ini tidak cocok untuk pertanian, karena endapan garam yang diendapkan dari laut yang asin.
Selain itu, terisolasinya Laut Mediterania juga menyebabkan kenaikan permukaan laut global karena air yang menguap dari Laut Mediterania akan tersebar ke seluruh lautan di dunia.
(nwk/nwk)