Secara garis besar, kronologi geologis Bumi selama 2 miliar tahun terakhir adalah benua-benua yang bersatu kemudian pecah setiap 600 juta tahun atau lebih.
Penggabungan kembali para benua di masa depan juga dinilai tidak terhindarkan. Kendati begitu, para ahli geologi sejak lama telah berdebat dua kemungkinan, entah pantai barat Amerika bertemu dengan Benua Asia atau pantai timur Amerika bergabung lagi dengan Eropa dan Afrika.
Sebuah penelitian pada 2022 menyimpulkan bahwa ada perubahan mendasar yang terjadi jauh di dalam Bumi. Maka dari itu, yang paling memungkinkan adalah pantai barat Amerika akan menyatu dengan Benua Asia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggabungan benua membuat sebagian besar dunia menjadi berupa lautan luas dengan pulau tersisihkan. Selama masa Pangaea, si benua super universal terakhir, samudra luas ini dikenal sebagai Panthalassa.
Begitu benua-benua mulai pecah, Bumi akan memiliki dua atau lebih kumpulan air yang besar atau lautan.
Lautan dalam atau lautan internal akan dikelilingi oleh daratan yang menyebar. Sebaliknya, lautan eksternal atau lautan luar akan dimasuki oleh benua-benua.
Samudra Atlantik dan Hindia adalah sisa-sisa samudra internal yang sebelumnya, sedangkan Pasifik adalah yang menjadi Panthalassa yang disebabkan samudra eksternal.
Menurut Profesor Zheng-Xiang Li dari Curtin University seperti dikutip dari IFL Science, benua super baru dapat terbentuk dengan penutupan samudra internal atau eksternal.
Saat ini, Bumi telah mencapai titik di mana hanya lautan luar yang dapat menutup. Oleh sebab itu, Profesor Li dan rekan-rekannya melalui penelitian yang diterbitkan di jurnal National Science Review (2022) menyimpulkan, kehancuran Samudra Pasifik tidak terelakkan.
Atlantik Tumbuh-Pasifik Menyusut
Para ilmuwan mengatakan Samudra Atlantik tumbuh beberapa sentimeter per tahun, sedangkan Pasifik menyusut dengan kecepatan yang sama. Oleh sebab itu, mudah bagi para ilmuwan untuk mengekstrapolasi (memperluas data) penutupan cekungan samudra terbesar di dunia.
Para ilmuwan menamai penggabungan Benua Asia dan Amerika sebagai Amasia. Berdasarkan gambaran milik Curtin University, penyatuan ini terjadi kira-kira 280 juta tahun ke depan. Beberapa wilayah yang sebelumnya di bawah air juga akan terekspos karena permukaan laut yang jadi lebih rendah.
Jika merujuk dari sejarah sebelumnya, juga membutuhkan waktu 280 juta tahun sehingga potongan-potongan Benua Pangea menjadi seperti sekarang ini.
Pada masa lalu sebenarnya bisa saja terbalik, di mana benua-benua bersatu kembali menutup samudra bagian dalam. Meski begitu, penelitian Profesor Li menjelaskan hal ini sudah tidak mungkin.
Pemodelan yang mereka lakukan menunjukkan pergerakan benua sangat bergantung pada kekuatan kerak samudera di antaranya. Hanya ketika keraknya kuat, benua dapat berubah arah dan bersatu kembali melintasi samudra dalam/internal muda. Sebaliknya, saat mantel mendingin, kerak samudera yang terbentuk di atasnya menjadi lebih tipis dan karenanya lebih lemah.
Li dan rekan menemukan bahwa sekitar 540 juta tahun yang lalu, suhu Bumi cukup dingin sehingga kerak melemah sampai ke titik di mana pembalikan seperti itu tidak dapat terjadi lagi. Oleh karena itu, Amasia dan semua superbenua masa depan akan terbentuk melalui perjalanan melintasi samudra luar.
Australia dan Indonesia Disebut akan Tabrakan
Para ahli menyebut, bersamaan dengan pergerakan Benua Amerika dan Asia, Australia akan bergerak ke utara hingga bertabrakan dengan Indonesia serta terbawa ke tempat yang sekarang disebut Pasifik Selatan.
Selain itu, Antartika telah lama berlabuh di dasar dunia, tetapi Li mengatakan kepada IFLScience bahwa pergerakannya di masa depan sulit untuk dijelaskan. Namun demikian, dia menilai kemungkinan besar itu juga akan pindah ke Pasifik.
Beberapa prediksi sebelumnya mengatakan Amasia akan berkumpul di sekitar Kutub Utara, menciptakan lapisan es yang sangat besar dan mendinginkan planet ini. Namun, Li mengatakan garis lintang benua yang lebih besar tidak mungkin berubah. Pada saat itu juga bukan berarti Bumi akan tetap "ramah" layaknya selama evolusi manusia.
"Bumi akan sangat berbeda ketika Amasia terbentuk. Permukaan laut diperkirakan akan lebih rendah dan interior superbenua yang luas akan sangat gersang dengan kisaran suhu harian yang tinggi," kata Li, dikutip dari Curtin University.
(nah/nwy)