Jika menyebut orang terkaya di dunia saat ini maka akan terlintas Elon Musk atau Jeff Bezos. Namun, sejarah mencatat bahwa orang terkaya sepanjang masa adalah seorang raja dari Afrika. Seberapa kaya?
Menurut laporan Forbes, Jeff Bezos dan Elon Musk adalah orang terkaya dalam sejarah peradaban modern. Selaku pendiri Amazon, Jeff Bezos tercatat memiliki kekayaan US$200 miliar (Rp 3.256 triliun).
Sementara Elon Musk, yang memiliki media sosial X (dulu twitter) dan Tesla, memiliki kekayaan sekitar US$198 miliar (Rp 3.226 triliun), menurut laporan CNBC Indonesia Juni 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski keduanya sangat kaya, tapi belum bisa mengalahkan orang terkaya yang pernah tercatat oleh sejarah. Siapa dia dan berapa kekayaannya?
Baca juga: 7 Kerajaan Besar di Afrika Kuno Selain Mesir |
Orang Terkaya Sepanjang Sejarah: Raja dari Afrika
Orang terkaya sepanjang sejarah adalah Mansa Musa, seorang raja atau penguasa Afrika Barat abad ke-14. Saking kayanya, sumbangan Mansa Musa yang besar bisa menghancurkan perekonomian seluruh negara.
"Catatan kontemporer tentang kekayaan Musa sangat menakjubkan sehingga hampir mustahil untuk mengetahui betapa kaya dan berkuasanya dia sebenarnya," kata Rudolph Butch Ware, profesor sejarah di Universitas California, dalam BBC, dikutip Senin (8/7/2024).
Mansa Musa atau Mūsā I dari Mali merupakan mansa (raja) kekaisaran Mali di Afrika Barat dari tahun 1307 (atau 1312).
Pada 2012, situs AS Celebrity Net Worth memperkirakan kekayaan Mansa Musa mencapai $400 miliar atau sekitar dua kali lipat kekayaan orang terkaya di dunia saat ini yakni Jeff Bezos.
Namun sejarawan ekonomi sepakat bahwa perkiraan kekayaan itu tidak mungkin ditentukan secara pasti. Ini artinya, Mansa Musa bisa jadi lebih kaya dari itu.
Bagaimana Mansa Musa Bisa Jadi Orang Terkaya?
Mansa Musa lahir pada 1280 dari keluarga penguasa. Saudaranya, Mansa Abu-Bakr, memerintah kekaisaran hingga tahun 1312, ketika ia turun tahta untuk melakukan ekspedisi.
Di bawah pemerintahannya, kerajaan Mali berkembang secara signifikan. Dia mencaplok 24 kota, termasuk Timbuktu. Kerajaan ini terbentang sekitar 3.218 km, dari Samudera Atlantik sampai ke Niger modern, meliputi wilayah yang sekarang disebut Senegal, Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Gambia, Guinea-Bissau, Guinea dan Pantai Gading.
Luas daratan itu memiliki sumber daya yang besar seperti emas dan garam. Menurut British Museum, pada masa pemerintahan Mansa Musa, kekaisaran Mali menyumbang hampir setengah dari emas dunia pada masa dulu dan semua emas itu adalah milik raja.
"Sebagai penguasa, Mansa Musa memiliki akses hampir tak terbatas ke sumber kekayaan paling berharga di dunia abad pertengahan," ucap Kathleen Bickford Berzock, pakar seni Afrika di Block Museum of Art di Northwestern University.
"Pusat perdagangan besar yang memperdagangkan emas dan barang lainnya juga berada di wilayahnya, dan dia memperoleh kekayaan dari perdagangan ini," tambahnya.
Perjalanan ke Mekkah Jadi Saksi Kekayaan Mansa Musa
Kekayaan Mansa Musa kala itu juga disaksikan langsung oleh penduduk sekitar Mekkah. Sebab, pada tahun ke-17 masa pemerintahannya (1324), ia memulai perjalanan ziarahnya yang terkenal ke Mekah.
Ia melakukan perjalanan dari ibu kotanya Niani di hulu Sungai Niger ke Walata (Oualâta, Mauritania) dan ke Tuat (sekarang di Aljazair) sebelum menuju Kairo, Mansa Mūsā ditemani oleh karavan mengesankan yang terdiri dari 60.000 orang termasuk rombongan pribadi.
Dari 12.000 orang yang diperbudak, semuanya mengenakan brokat dan sutra Persia. Raja Musa sendiri menunggang kuda dan didahului langsung oleh 500 orang budak, masing-masing membawa tongkat berhiaskan emas.
Selain itu, Mansa Mūsā memiliki kereta bagasi yang terdiri dari 80 ekor unta, masing-masing membawa 300 pon emas, sebagaimana dikutip Britannica.
Dalam perjalanannya, Mansa Musa sangat boros membagikan emas di Kairo selama tiga bulan menyebabkan harga emas anjlok di wilayah tersebut hingga 10 tahun lamanya, sehingga menghancurkan perekonomian.
Pakar memperkirakan bahwa akibat depresiasi emas di Kairo, perjalanan Mansa Musa menyebabkan kerugian ekonomi sekitar $1,5 miliar (£1,1 miliar) di seluruh Timur Tengah.
Tak berhenti sampai di situ, dalam perjalanan pulang, Mansa Musa melewati Mesir lagi, dan menurut beberapa orang, mencoba membantu perekonomian negara dengan mengeluarkan sebagian emas dari peredaran.
Selain sangat dermawan, Mansa Musa juga dikenal sebagai tokoh yang mendorong seni dan arsitektur. Bahkan ia juga mendanai sastra dan membangun sekolah, perpustakaan, dan masjid.
Peninggalannya adalah Timbuktu, yang menjadi pusat pendidikan dan orang-orang melakukan perjalanan dari seluruh dunia untuk belajar di Universitas Sankore.
(faz/nwk)