Kata Studi: Kita Sering Tidak Fokus Bukan karena Kurang Pintar, Tapi..

ADVERTISEMENT

Kata Studi: Kita Sering Tidak Fokus Bukan karena Kurang Pintar, Tapi..

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 30 Jun 2024 19:00 WIB
Medical illustration of a brain with stroke symptoms
Ilustrasi otak. Foto: Getty Images/iStockphoto/peterschreiber.media
Jakarta -

Detikers coba bayangkan sebuah restoran yang sibuk dengan piring-piring bergemerincing, musik diputar, orang-orang berbicara keras satu sama lain. Sungguh mengherankan jika siapa pun dalam lingkungan seperti itu dapat cukup fokus untuk melakukan percakapan.

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di Carney Institute for Brain Science di Brown University memberikan beberapa wawasan paling rinci tentang mekanisme otak yang membantu orang bisa tetap fokus di kondisi seperti itu, serta apa yang terjadi ketika mereka tidak dapat fokus.

Dalam studi psikologi sebelumnya, para peneliti menemukan orang dapat secara terpisah mengontrol seberapa banyak mereka fokus (dengan meningkatkan informasi yang relevan) dan seberapa banyak mereka menyaring (dengan menghilangkan gangguan). Penelitian baru tim, yang diterbitkan dalam Nature Human Behavior, mengungkap proses di mana otak mengoordinasikan dua fungsi penting ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penulis utama dan ahli saraf Harrison Ritz menyamakan proses tersebut dengan bagaimana manusia mengoordinasikan aktivitas otot untuk melakukan tugas fisik yang kompleks.

"Dengan cara yang sama kita menyatukan lebih dari 50 otot untuk melakukan tugas fisik seperti menggunakan sumpit, penelitian kami menemukan bahwa kita dapat mengoordinasikan berbagai bentuk perhatian untuk melakukan kegiatan ketangkasan mental," kata Ritz, yang melakukan penelitian tersebut, dikutip dari Science Daily.

ADVERTISEMENT

Menurut rekan penulis Amitai Shenhav, seorang profesor di Departemen Ilmu Kognitif, Linguistik dan Psikologi Brown University, temuan ini memberikan wawasan tentang bagaimana orang menggunakan kekuatan perhatian mereka serta apa yang membuat perhatian gagal.

"Temuan ini dapat membantu kita memahami bagaimana kita sebagai manusia mampu menunjukkan fleksibilitas kognitif yang luar biasa, untuk memberikan perhatian pada apa yang kita inginkan, kapan pun kita mau," kata Shenhav.

"Temuan ini juga dapat membantu kita lebih memahami keterbatasan fleksibilitas tersebut, dan bagaimana keterbatasan tersebut dapat terwujud dalam gangguan perhatian tertentu seperti ADHD," lanjutnya.

Kita Tidak Fokus karena Otak Kita Rumit

Untuk melakukan penelitian, Ritz memberikan tugas kognitif kepada peserta sambil mengukur aktivitas otak mereka di mesin fMRI. Peserta melihat kumpulan titik-titik hijau dan ungu yang berputar-putar bergerak ke kiri dan ke kanan, seperti segerombolan kunang-kunang.

Tugas-tugas tersebut, yang tingkat kesulitannya bervariasi, melibatkan pembedaan antara gerakan dan warna titik-titik. Misalnya, peserta dalam satu latihan diinstruksikan untuk memilih warna mana yang paling banyak untuk titik-titik yang bergerak cepat ketika rasio ungu dan hijau hampir 50/50.

Ritz dan Shenhav kemudian menganalisis aktivitas otak peserta dalam menanggapi tugas tersebut.

Ritz, yang kini menjadi peneliti pascadoktoral di Princeton Neuroscience Institute, menjelaskan bagaimana kedua wilayah otak bekerja sama selama melakukan tugas-tugas semacam ini.

"Temuan ini mendukung perspektif berbeda tentang mengapa kita tidak fokus sepanjang waktu. Bukan karena otak kita terlalu sederhana, tapi justru karena otak kita sangat rumit, dan koordinasilah yang sulit."




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads