Cuaca Ekstrem Masih Hantui Wilayah RI Meski Sudah Kemarau, Akibat La Nina?

ADVERTISEMENT

Cuaca Ekstrem Masih Hantui Wilayah RI Meski Sudah Kemarau, Akibat La Nina?

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 12 Jun 2024 13:00 WIB
Ilustrasi Cuaca Ekstrem
Cuaca ekstrem masih hantui wilayah RI hingga November 2024. Ini penjelasannya. Foto: detikcom
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ungkap beberapa wilayah di Indonesia masih dihantui cuaca ekstrem meski sudah memasuki awal musim kemarau. Cuaca ekstrem ini menyebabkan hadirnya hujan dengan intensitas sedang atau lebat disertai kilat atau petir.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan hal ini disebabkan karena beberapa wilayah Indonesia masih berada di masa peralihan musim. Akibatnya kandungan uap air di atmosfer masih tinggi hingga akhirnya awan hujan tumbuh signifikan.

"Meskipun di sebagian wilayah Indonesia telah memasuki awal musim kemarau, sebagian wilayah lainnya masih berada di masa peralihan musim di mana kandungan uap air dan labilitas atmosfer masih tinggi yang dapat memicu pertumbuhan awan-awan hujan yang signifikan," ujarnya dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu (12/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

La Nina Ikut Berperan?

Tidak hanya masa peralihan musim ada faktor lain yang menyebabkan wilayah RI masih dilanda cuaca ekstrem. Sebelumnya BMKG sempat menyebutkan peralihan fase fenomena El Nino ke La Nina.

La Nina adalah anomali pendinginan laut di Samudera Pasifik bagian timur dan tengah sehingga bisa meningkatkan curah hujan. BMKG sendiri memperkirakan La Nina akan muncul mulai Juli 2024.

ADVERTISEMENT

Namun, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Climate Amerika Serikat menyatakan bila ada kemungkinan La Nina tiba lebih awal sekitar bulan Mei-Juli mendatang. Mungkinkah hal ini menjadi penyebabnya?

Mengenai hal tersebut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengonfirmasi bila La Nina kali ini datang dengan intensitas yang diprediksi cenderung lemah tidak seperti 2010 silam yang cukup kuat. Sehingga tak akan memiliki dampak berarti pada musim kemarau yang akan melanda Indonesia maupun perubahan cuaca ekstrem pada masa-masa saat ini.

Dibanding La Nina, Guswanto mengungkap cuaca ekstrem belakangan waktu ini aktif karena gelombang ekuator Rossby dan Kelvin di Jawa bagian barat. Akibatnya, ada pola pertemuan dan perlambatan kecepatan angin dan suhu muka laut di perairan sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa yang menimbulkan labilitas atmosfer tinggi dan adveksi dingin di selatan Jawa.

Atmosfer yang labil inilah penyebab potensi hujan disertai kilat serta angin kencang yang terjadi selama beberapa hari kemarin hingga 9 Juni 2024.

"Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang yang dapat berlangsung di sebagian wilayah Indonesia hingga 9 Juni 2024", imbuhnya.

Cuaca ekstrem ini tidak bisa dianggap sepele, karena masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana hidrometeorologi tetap terancam. Meskipun beberapa wilayah tersebut sudah masuk musim kemarau.

"Dampak yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem dapat meliputi banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang," tutur Andri Ramdhan, Kepala Pusat Meteorologi Publik.

Prediksi Wilayah Berpotensi Dilanda Hujan Lebat

Berdasarkan prediksi BMKG, bulan Juni umumnya curah hujan berada pada kriteria rendah hingga menengah. Hal ini akan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.

Namun, beberapa wilayah masih memiliki curah hujan tinggi hingga intensitas lebih dari 300 mm/bulan. Berbagai wilayah itu yakni: sebagian Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, sebagian Maluku, Maluku Utara, sebagian Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

Tidak hanya bulan Juni, BMKG juga berprediksi bila wilayah Indonesia masih berpotensi dilanda hujan dengan intensitas cukup tinggi hingga November 2024. Berikut daftarnya:

  • Juni: sebagian Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, sebagian Maluku, Maluku Utara, sebagian Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
  • Juli: sebagian Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
  • Agustus: sebagian kecil Aceh, Sumatera Utara, kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Tengah.
  • September: sebagian Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Tengah.
  • Oktober: sebagian Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Jawa Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Selatan.
  • November: sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Bangka belitung, Jawa Barat, Jawa tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Papua Barat Daya, Papua Barat dan Papua Selatan.



(det/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads