Saat membicarakan soal cuaca yang semakin tak menentu, istilah "perubahan iklim" sering dilontarkan. Dibandingkan dengan perubahan iklim, kita jarang mendengar istilah "variabilitas iklim".
Sebelum membahas soal variabilitas dan perubahan iklim, perlu diingat bahwa iklim dan cuaca adalah 2 istilah yang berbeda. Mengutip Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu saat di waktu tertentu.
Cuaca bisa berubah-ubah setiap harinya. Bahkan dalam sehari pun, cuaca bisa berubah dari cerah menjadi hujan.
Di sisi lain, iklim adalah rata-rata cuaca yang diukur dalam skala waktu lebih lama, misalnya bertahun-tahun atau bahkan beberapa dekade. Jadi, iklim tidak berubah-ubah semudah cuaca.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, iklim tetap bisa berubah dan bersifat tidak tetap. Oleh karena itulah ada istilah perubahan dan variabilitas iklim.
Variabilitas Iklim
Mengutip Verisk, variabilitas iklim adalah fenomena di mana rata-rata temperatur dalam skala pendek berfluktuasi tanpa mengubah rata-rata jangka panjangnya.
Jika membicarakan variabilitas iklim, peneliti umumnya merujuk pada periode waktu beberapa bulan sampai 30 tahun. Umumnya juga variabilitas iklim merujuk pada proses-proses alami tanpa campur tangan manusia.
Sistem Monsunal
Di Indonesia, variabilitas iklim tahunan digambarkan oleh siklus musiman yang dipengaruhi oleh sistem monsunal. Hal ini memengaruhi musim hujan dan musim kemarau yang kita kenal di Indonesia.
Pada bulan Oktober hingga Maret, angin monsun bertiup dari Asia ke Australia dan membawa banyak uap air yang kemudian turun di Indonesia. Ini mengakibatkan musim hujan.
Sementara di bulan April hingga November, angin monsun bertiup dari Australia ke ke Asia dan membawa sedikit uap air. Ini menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia, sehingga dikenal sebagai musim kemarau.
Contoh lain fenomena alami akibat variabilitas iklim adalah El-Nino dan La-Nina. Kedua fenomena ini memengaruhi distribusi air hujan di daerah tropis, termasuk Indonesia.
El-Nino
Berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena El-Nino adalah pemanasan permukaan laut di Samudera Pasifik tropis tengah dan timur. Curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia menurun dan berpindah ke arah timur, yaitu Samudera Pasifik tropis tengah dan timur.
Secara umum, semakin hangat anomali suhu laut, semakin kuat El-Nino, dan begitu pula sebaliknya.
La-Nina
La-Nina dikenal sebagai pendinginan permukaan laut di Samudera Pasifik tropis tengah dan timur. Kondisi ini mengakibatkan curah hujan di Samudera Pasifik tropis tengah dan timur berkurang karena curah hujan berpindah ke barat.
Akibatnya, curah hujan di Indonesia meningkat. Semakin dingin anomali suhu laut, semakin kuat La-Nina, dan sebaliknya.
Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah perubahan pada atmosfer bumi dalam jangka waktu yang lama, seperti beberapa dekade hingga beberapa milenia. Perubahan iklim bisa disebabkan oleh proses alami, seperti aktivitas solar dan vulkanik, pergerakan lempeng tektonik, dan perubahan pada orbit bumi.
Tetapi pada umumnya kita membahas perubahan iklim sebagai akibat dari perbuatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Efek Rumah Kaca
Pemicu utama perubahan iklim adalah efek rumah kaca. Mengutip European Commission, beberapa jenis gas di atmosfer bekerja seperti kaca yang memerangkap panas matahari sehingga tidak terlepas ke luar angkasa. Akibatnya, panas matahari terperangkap di atmosfer bumi dan membuat bumi bertambah panas.
Beberapa jenis gas rumah kaca muncul secara alami. Tetapi ada juga yang bertambah banyak akibat aktivitas manusia, seperti:
- Karbon dioksida (CO2)
- Metana (CH4)
- Nitrogen oksida (N2O)
- Hidroflorokarbon (HFC)
- Sulfur heksaflorida (SF6)
- Nitrogen triflorida (NF3)
- Perflorokarbon (PFC)
Gas rumah kaca tersebut terlepas ke atmosfer akibat perbuatan manusia. Berikut beberapa faktor penyebab efek rumah kaca:
- Bahan bakar minyak, gas, dan batu bara menghasilkan karbon dioksida dan nitrogen oksida.
- Menebang pohon (deforestasi) melepas karbon ke atmosfer.
- Memelihara ternak seperti sapi dan domba yang menghasilkan metana saat mencerna makanan.
- Pupuk yang mengandung nitrogen menghasilkan nitrogen oksida.
- Penggunaan barang elektronik yang menghasilkan gas fluorinasi (HFC, SF6, NF3, PFC, dan lain-lain).
Kesimpulannya, variabilitas dan perubahan iklim berbeda. Variabilitas iklim memiliki skala waktu yang lebih singkat dibandingkan perubahan iklim.
Variabilitas iklim umumnya disebabkan oleh proses alami, sementara perubahan iklim dipengaruhi oleh perbuatan manusia. Semoga bermanfaat!
(khq/khq)