Kolombia mengambil langkah bersejarah dengan melarang adu banteng secara nasional. Diketahui, aturan ini mulai berlaku pada 2027 mendatang.
Hal ini menyusul kampanye bertahun-tahun yang dilakukan oleh Animal Defenders International (ADI) dan kelompok lain sebagai bagian dari koalisi Kolombia Sin Toreo (Kolombia Tanpa Adu Banteng).
"Sejak tahun 2017, kami telah mengajukan rancangan undang-undang abolisionis total yang melarang adu banteng, namun rancangan undang-undang tersebut tidak diajukan atau ditangguhkan karena sabotase yang dilakukan oleh lobi adu banteng. RUU terakhir ini mendapat banyak serangan. Meski begitu, para anggota kongres mengambil keputusan yang bijaksana berkat argumen etis, hukum, dan ilmiah yang disampaikan," kata Eduardo Pena, dari ADI Kolombia, dalam World Animal News.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Larangan adu banteng (RUU 219/23C), yang disusun oleh Senator Esmeralda HernΓ‘ndez, Perwakilan Juan Carlos Losada, dan lebih dari 40 anggota kongres dari berbagai partai, disahkan Senat pada bulan September dan melalui perdebatan kontroversial selama 5 hari sebelum disahkan dalam Dewan Perwakilan Kongres Kolombia pada 28 Mei lalu.
"Hari ini adalah hari di mana Kolombia membuat sejarah. Saat ini, penyiksaan hewan di arena adu banteng selama lebih dari 500 tahun telah berakhir dan membuka jalan bagi masyarakat yang lebih adil, bermartabat, dan berempati," kata Senator Esmeralda Hernandez.
Sebagai informasi, Kolombia termasuk dari delapan negara yang masih menyelenggarakan adu banteng. Tujuh negara lainnya adalah Prancis, Portugal, Meksiko, Ekuador, Peru, Spanyol, dan Venezuela. Olahraga kontroversial ini masih menarik banyak penonton, namun juga mendapat tantangan keras.
Selama pertarungan di arena, banteng akan diejek dengan tombak dan jubah warna-warni di dalam arena. Hewan ini kemudian dibunuh di depan para penonton.
Di Kolombia, para pendukungnya berpendapat bahwa ini adalah bentuk seni dan sumber pendapatan penting bagi para peternak banteng. Pedagang kaki lima juga mendapatkan penghasilan ketika berdagang di luar arena.
Namun, para aktivis hak-hak binatang telah lama mengutuk olahraga ini sebagai olahraga biadab, karena membuat hewan-hewan tersebut mengalami kematian yang lambat dan menyakitkan.
"Kami memprioritaskan kesejahteraan dan membela semua hewan," ujar anggota Kongres Alejandro Garcia, salah satu pendukung pelarangan tersebut, kepada Dewan Perwakilan Rakyat Kolombia tak lama setelah pemungutan suara dilakukan.
"Kepada seluruh dunia, kami mengatakan bahwa Kolombia sedang dalam proses transformasi budaya, di mana semua makhluk memiliki martabat," kata dia.
Setelah disahkan menjadi undang-undang, akan ada masa transisi selama tiga tahun untuk membantu keluarga yang bergantung pada olahraga ini untuk menemukan sumber pendapatan baru.
(nir/nwy)