Memasuki pertengahan tahun 2024, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memintak masyarakat Indonesia perlu mempersiapkan diri dengan berakhirnya masa pancaroba. Artinya, musim kemarau sudah ada di depan mata.
BMKG memperkirakan musim kemarau akan meluas ke berbagai wilayah Indonesia pada bulan Juni ini. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kemarau 2024 tidak diiringi fenomena El Nino karena indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) sudah berada di fase Netral.
Meski begitu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan ada ancaman lain yang akan terjadi, yakni potensi kemarau berkepanjangan yang berdampak pada kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Karena beberapa titik panas sudah mulai terpantau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa titik panas awal pada daerah-daerah rawan karhutla telah muncul. Untuk itu perlu diwaspadai risiko menengah dan tinggi yang akan terjadi di daerah tersebut," kata Dwikorita, sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (3/6/2024).
Untuk itu, Dwikorita sudah melaporkannya kepada Presiden Joko Widodo agar pemerintah memberikan atensi khusus terkait hal ini. Sehingga dampak yang timbul bisa diantisipasi secepat mungkin.
"Laporan kepada Presiden perihal kondisi iklim dan kesiapsiagaan kekeringan 2024 sudah kami sampaikan agar mendapat atensi khusus pemerintah sehingga risiko dan dampak yang ditimbulkan dapat diantisipasi dan diminimalisir sekecil mungkin," tambahnya.
La Nina Tidak Terlalu Membantu
Melemahnya indeks El Nino, Indonesia memiliki potensi peningkatan curah hujan karena pengaruh La Nina. Sebagai informasi, La Nina adalah anomali pendinginan laut di Samudra Pasifik bagian timur dan tengah sehingga bisa meningkatkan curah hujan.
Hadirnya La Nina seharusnya bisa mengatasi potensi kemarau berkepanjangan yang akan terjadi. Tetapi tidak terjadi semudah itu.
Fase La Nina yang akan terjadi setelah bulan September hingga akhir tahun 2024 diperkirakan lemah. Sehingga tak akan memiliki dampak berarti pada musim kemarau yang akan melanda Indonesia.
Berdasarkan analisis curah dan sifat hujan, kondisi kering sudah mulai melanda beberapa wilayah Indonesia, khususnya di bagian Selatan Khatulistiwa.
Dalam laporan berjudul "Prediksi Musim Kemarau Tahun 2024 di Indonesia", BMKG menyebutkan pada bulan Juni, ada 167 zona musim (ZOM) yang memasuki musim kemarau. Jumlah ini setara dengan 23,89% dari total wilayah RI.
Kondisi kekeringan musim kemarau ini akan terus berlangsung hingga akhir bulan September 2024 mendatang. Berikut keadaan musim kemarau dirunut berdasarkan bulan kejadian:
- Juni: Musim kemarau mulai menyebar ke seluruh wilayah Indonesia
- Juli dan Agustus: Puncak Musim Kemarau 2024
- Agustus: Curah hujan sangat rendah di wilayah Lampung, Jawa, Bali NTB, NTT, sebagian Sulawesi Selatan dan Tenggara
- September: Curah hujan sangat rendah masih berpeluang terjadi di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur
- Oktober: Curah hujan sangat rendah di sebagian Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Timur.
"Dimulai dari Juni hingga Oktober. Ini perlu disiapsiagakan, perlu mitigasi khusus dampak kekeringan," kata Dwikorita.
Antisipasi yang Dilakukan BMKG
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan beberapa daerah memang perlu mendapat perhatian khusus untuk mitigasi dan antisipasi dampak kekeringan.
Beberapa daerah tersebut yakni sebagai besar Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Pulau Sulawesi dan sebagian Maluku serta Papua.
Untuk di Pulau Jawa sendiri, BMKG melalui Deputi Modifikasi Cuaca menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan TNI Angkatan Udara untuk melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) secara serempak di Pulau Jawa.
OMC dinilai sebagai upaya mitigasi untuk mengoptimalkan pertumbuhan awan hujan pada periode transisi sebelum memasuki puncak kemarau seperti saat ini. Kali ini, 35 waduk di Pulau Jawa menjadi target operasi guna mengamankan pasokan air.
Nantinya, pasokan air ini bisa dipergunakan untuk jaringan irigasi pertanian dan dapat mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau. Bekerja sama dengan PUPR, langkah ini juga dinilai untuk mendukung program ketahanan pangan dari pemerintah.
Kegiatan OMC untuk mengisi 35 waduk di Pulau Jawa akan mulai dilakukan per hari ini, 30 Mei hingga 10 Juni 2024. Seluruh waduk dibagi ke dalam empat area posko yang berlokasi di Jakarta, Bandung, Solo dan Surabaya.
Seluruh proses operasi akan didukung 4 pesawat jenis CASA 212 milik TNI AU dari Lanud Abd. Rahman Saleh Malang. Pesawat ini melakukan penaburan benih penyemaian yang biasanya garam untuk mempercepat pergerakan terjadinya hujan.
(det/faz)