Peneliti di Laboratorium Teknologi Energi Nasional di Pennsylvania, Amerika Serikat, pada akhir tahun lalu menemukan adanya 'harta karun' berupa sumber tambang yang berharga. Ini ditemukan di sebuah endapan geologis kuno.
Untuk diketahui, Pennsylvania merupakan wilayah yang terletak di lapisan batuan sedimen, yang dikenal sebagai Marcellus Shale. Wilayah ini sangat kaya akan gas alam.
Fondasi geologisnya diendapkan hampir 400 juta tahun yang lalu oleh aktivitas gunung berapi dan mengandung litium dari abu vulkanik, demikian laporan yang dikutip dari ScienceAlert.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam kurun waktu yang lama, air tanah yang dalam telah melarutkan litium dalam batuan tersebut, sehingga pada dasarnya menambang di bawah permukaan," ucap Justin Mackey, seorang peneliti di Laboratorium Teknologi Energi Nasional di Pennsylvania.
Mackey dan rekan-rekannya kini menemukan bahwa ketika air limbah itu dikeruk dari dalam melalui aktivitas fracking, air tersebut mengandung litium dalam jumlah yang mencengangkan.
"Kami hanya tidak tahu berapa banyak yang ada di sana," imbuhnya.
Fracking sendiri adalah salah satu teknik yang dikembangkan untuk memperoleh sisa-sisa minyak bumi yang ada di sumur-sumur produksi.
Cara kerjanya dengan mengebor tanah berbentuk L, sehingga air dapat dipompa ke bawah. Cara ini dapat memaksa zat yang lebih dalam, termasuk gas, keluar ke tempat terbuka.
Sumber Litium yang Berharga bagi AS
Saat ini, Amerika Serikat (AS) sedang berada di ambang demam lithium. Permintaan material tersebut semakin meroket, mendorong ahli geologi untuk segera menemukan sumber lithium yang berharga ini.
Maka dari itu, penemuan sumber litium di air limbah dari industri fracking gas yang terbaru itu, menjadi sangat berharga bagi AS.
Lithium yang belum dieksploitasi ini, dapat memenuhi hampir setengah kebutuhan litium di AS. Meski begitu, AS masih harus mengimpor dari negara lain untuk memenuhi seluruh kebutuhan litium di negaranya.
Mengapa Litium Dibutuhkan Begitu Banyak di AS?
Litium merupakan elemen terpenting dalam transisi energi terbarukan di AS, salah satunya sebagai bahan pilihan untuk baterai kendaraan listrik.
Saat ini, AS masih mengimpor banyak litium dan ini membuat para pejabat di Departemen Energi AS ingin mengubahnya. Mereka ingin mewujudkan produksi seluruh litium cukup di negara sendiri pada tahun 2030 nanti.
Oleh karena itu, perluasan industri litium masih sangat kontroversial karena penambangannya sebenarnya dapat merusak lingkungan alam, melepaskan bahan kimia beracun, dan mengganggu tanah suci masyarakat adat.
Akan tetapi, pentingnya teknologi baterai lithium-ion bagi transisi dunia menuju energi terbarukan, tak terbantahkan. Terutama pada fungsi litium yang dapat menyimpan listrik yang dihasilkan oleh angin dan Matahari.
Pengambilan Litium Dianggap Merusak Alam
Satu hal yang disorot kini adalah penemuan sumber litium yang tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Namun, solusi tersebut begitu rumit melihat lokasi penemuan litium baru-baru ini di Pennsylvania.
Karena lokasinya, Pennsylvania juga menjadi negara bagian terdepan dalam aktivitas fracking yang kontroversial, yang telah memicu banyak masalah lingkungan dan kesehatan.
"Air limbah dari minyak dan gas merupakan masalah yang tengah berkembang. Kini, limbah tersebut hanya diolah dan diinjeksi ulang seminimal mungkin," ujar Mackey.
Menurut peneliti, masih ada cara lain untuk memanfaatkan limbah dengan baik. Praktik pengukuran cadangan litium dalam air limbah fracking masih berpotensi membuat litium yang berharga menjadi sia-sia.
Penelitian Mackey dan rekan-rekannya, sebenarnya hanya menunjukkan bahwa wilayah Marcellus Shale masih memiliki kapasitas untuk memberikan hasil litium yang signifikan pada masa mendatang.
Meskipun terdengar begitu menjanjikan, dampak lingkungan dari ekstraksi litium dari air limbah fracking belum diteliti dan air limbah ini hanya akan tersedia apabila aktivitas fracking terus dilakukan.
(faz/faz)