Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 10 juta gen-Z, yang sekarang memasuki usia produktif, masih menganggur. Lebih jelasnya, ada 22,25% dari total 44,47 juta anak muda usia 15-24 tahun yang belum bekerja.
Data ini menuai beragam tanggapan. Salah satunya datang dari Dosen Kajian Budaya dan Media UM Surabaya, Radius Setiyawan.
"Tingginya angka pengangguran gen-Z tentu mengejutkan kita semua, pasalnya dalam wacana publik gen-Z kerap dicitrakan sebagai generasi yang kreatif, adaptif, melek teknologi dan label-label fantastis," ujar Radius dalam laman UM Surabaya dikutip Jumat (24/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan Citra Gen Z dengan Realita
Menurutnya, banyak citra gen-Z yang berbeda dengan realitas sebenarnya. Dalam konteks Indonesia, masih banyak ditemukan gen-Z yang kurang beruntung dalam hal pekerjaan dan kesuksesan.
"Banyak sekali gen-Z yang tidak mempunyai privilege dan harus berjuang mati-matian dengan segala keterbatasan untuk bisa bertahan hidup dan mendapatkan pekerjaan. Perbedaan antara citra gen-Z di ruang publik digital dan realitas jelas menimbulkan persoalan. Anak muda hidup dalam gelembung citra yang jelas mengkhawatirkan," tuturnya.
Tunjukkan Bias Kelas
Menurut Radius, narasi pemerintah dan pemberitaan kepada gen-Z justru menunjukkan bias kelas. Wacana gen-Z yang muncul di media masih didominasi oleh mereka yang memiliki privilege atau golongan menengah ke atas.
Faktanya, tak sedikit gen-Z kelas bawah yang kurang mendapat perhatian. Mereka juga tak mempunyai privilege untuk mendapatkan akses khusus atau fasilitas.
Menurutnya, dalam banyak ruang kampanye politik, gen-Z sering kali hanya menjadi bahan untuk mendulang suara. Fenomena tingginya angka pengangguran merupakan bukti bahwa narasi anak muda hanya sebagai objek yang dieksploitasi.
"Artinya gen-Z yang tidak memiliki privilege ini tidak hanya dijadikan komoditas politik dan dibicarakan jelang kontestasi politik saja, namun dalam prakteknya juga harus mendapatkan perhatian serius dan dilibatkan dalam kebijakan. Kalau hal tersebut dilakukan akan mampu menekan jumlah pengangguran dan menyelesaikan beragam persoalan yang ada," pungkasnya.
(nir/nah)