Palestina kembali diusulkan menjadi anggota penuh PBB melalui pengesahan resolusi yang dilakukan Majelis Umum PBB. Dalam pemungutan suara, sebanyak 143 negara anggota PBB mendukung Palestina dan 9 negara menolak.
Majelis Umum PBB mengesahkan resolusi guna mendorong Dewan Keamanan (DK) PBB untuk mempertimbangkan kembali status keanggotaan Palestina dalam organisasi. Resolusi ini juga akan memberikan hak dan keistimewaan baru bagi Palestina dalam PBB.
Dari sembilan negara yang menolak, beberapa negara di antaranya berasal dari Kepulauan Pasifik, yakni Papua Nugini, Mikronesia, Nauru, dan Palau. Sementara yang lainnya adalah Amerika, Israel, Argentina, Republik Ceko, dan Hungaria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan Negara-negara di Kepulauan Pasifik Menolak Palestina
1. Koalisi dengan Amerika Serikat
Nauru adalah sebuah negara kepulauan Pasifik yang terpencil dan miskin. Negara ini juga termasuk yang terkecil di dunia berdasarkan jumlah penduduk.
Ekonomi yang gagal membuat Nauru bergabung dengan Amerika Serikat, sebagai bagian dari koalisi kecil dalam organisasi internasional.
Pakar politik dan keamanan internasional dari Universitas Murdoch Australia, Ian Wilson, mengatakan bahwa negara-negara Kepulauan Pasifik berada di bawah pengaruh Amerika Serikat.
Ini berakibat pada keputusan yang diambil negara-negara kecil itu, yakni mengikuti keputusan apapun yang diambil AS.
"Ini termasuk memperluas hubungan ekonomi dan membantu negara Pasifik mendirikan kedutaan di Israel. Misalnya Papua Nugini, barusan mereka membuka kedutaan di Yerusalem dan bukan di Tel Aviv atas bantuan itu," kata Ian dalam CNN Indonesia, dikutip Rabu (15/5/2024).
Hal senada juga dikatakan pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI), Yon Machmudi. Menurutnya, posisi negara-negara di Kepulauan Pasifik terkait konflik Israel-Palestina sangat bergantung dengan Amerika Serikat.
Selain memiliki hubungan politik yang begitu lekat dengan AS, negara-negara tersebut juga memiliki hubungan ekonomi "secara khusus" dengan Israel.
"Sehingga otomatis mereka mendukung Israel dan menolak Palestina," ujar Yon kepada CNN Indonesia.
Faktanya, AS telah menentang segala upaya Palestina untuk membentuk negara yang melampaui. Ini artinya AS sendiri telah menumbangkan proses perdamaian Israel-Palestina yang dipimpin oleh mereka.
Bagi AS, mereka lebih suka melihat Israel dan Palestina mengerahkan seluruh upaya mereka melalui proses perdamaian diplomatik, sebagaimana dilansir dari Washington Post.
2. Faktor Agama
Ian juga menjelaskan bahwa pendapat negara-negara Kepulauan Pasifik soal keanggotaan Palestina juga mempertimbangkan status Israel.
Pasalnya, negara-negara tersebut kebanyakan mengikuti aliran agama Kristen evangelis yang menganggap orang Yahudi sebagai "manusia terpilih Tuhan". Selain itu, para pengikut aliran ini juga memandang negara Israel sebagai "tanah suci."
"Jadi mendukung Israel disamakan dengan melindungi tanah suci. Ini berpengaruh pada tingkat pemerintahan," tutur Ian.
Sebagai informasi, penolakan keanggotaan penuh Palestina oleh negara-negara kecil di Kepulauan Pasifik telah berlangsung sejak lama. Dalam laporan Washington Post tahun 2012, tercatat negara seperti Nauru hingga Papua Nugini sudah menolak keanggotaan Palestina.
Faktor utamanya adalah hubungan yang spesial dengan Israel terkait diplomasi ekonomi hingga bidang-bidang lain yang menguntungkan negara-negara Kepulauan Pasifik.
(faz/nwk)