Apa Itu Aurora dan Mengapa Warnanya Berbeda-beda? Ini Lho Jawabannya!

ADVERTISEMENT

Apa Itu Aurora dan Mengapa Warnanya Berbeda-beda? Ini Lho Jawabannya!

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 15 Mei 2024 20:30 WIB
Aurora Australis atau disebut juga Southern Lights (Cahaya Selatan)
Aurora. (Foto: via ABC.net)
Jakarta -

Aurora borealis terlihat di Belahan Bumi Utara pada Sabtu (12/5) lalu. Fenomena langit yang indah ini juga dikenal dengan warnanya yang berbeda-beda. Apa alasannya?

Sebelum itu, yuk pahami dulu apa itu aurora. Aurora merupakan fenomena yang terjadi pada akhir Agustus hingga April.

Menurut Space.com, aurora bukanlah peristiwa yang sulit ditemui. Langit berwarna ini bisa ditemukan hampir setiap hari pada bulan tertentu. Adapun tempat terbaik untuk melihat aurora adalah di Alaska, Kanada, dan Skandinavia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cara Aurora Terbentuk

Menurut NASA, aurora adalah pita cahaya cemerlang yang melintasi wilayah kutub utara atau selatan Bumi.

Kunci dari pertunjukan cahaya alami ini adalah badai magnet yang dipicu oleh aktivitas Matahari. Aktivitas Matahari seperti solar flare alias jilatan api Matahari/ledakan Matahari, bisa juga berupa Corona Mass Ejection (CME) alias lontaran massa koronal berupa gelembung gas yang dikeluarkan Matahari. Partikel bermuatan energi dari peristiwa ini dibawa dari Matahari oleh angin matahari (solar wind).

ADVERTISEMENT

Partikel-partikel apa yang dibawa angin matahari dari Matahari? Dari laman University of California, atmosfer Matahari ini terbuat dari hidrogen yang terpecah ke dalam partikel sub atom: proton dan elektron. Partikel-partikel ini terus mendidihkan Matahari, bisa menyembur keluar dengan kecepatan sangat tinggi bersama medan magnet Matahari yang disebut angin matahari.

Dari arsip detikEdu menurut penjelasan Dixon Thomas, lulusan fisika pendiri akun Physible, hembusan partikel dari Matahari itu gerakannya kencang banget, sekitar 1,4 juta km/jam. Kalau saja Bumi tidak memiliki atmosfer dan medan magnet, makhluk hidup di Bumi yang kena semburan angin matahari ini nggak akan selamat.

Atmosfer dan medan magnet Bumi berfungsi bak perisai ganda kala ada angin matahari yang melesat ke Bumi. Akhirnya, proton-elektron alias muatan listrik dari Matahari akan dibelokkan ketika masuk ke dalam medan magnet Bumi.

Dibelokkan oleh apa? Gaya lorentz! Hasilnya, gerakan angin matahari tersebut akan berbelok menjauhi Bumi.

Hanya saja walaupun sebagian besar angin matahari tersebut nggak masuk ke Bumi, masih ada bagian kecil angin matahari ini yang tetap lolos. Mereka masuk ke Bumi lewat Kutub Selatan dan Kutub Utara. Apakah membahayakan manusia di kutub Bumi? Nggak! Selain medan magnet, Bumi masih punya perlindungan kedua, atmosfernya! Nah angin matahari yang masuk ke Bumi ini nantinya bakalan diserap sama partikel-partikel udara di atmosfer.

Akibatnya, partikel-partikel udara ini jadi 'kekenyangan' energi. Dan karena kekenyangan, nantinya mereka bakal 'muntahin' energi berlebih itu dalam bentuk energi cahaya yang nggak berbahaya untuk manusia.

Mengapa Warna Aurora Berbeda-beda?

Dijelaskan fisikawan antariksa NASA Dr. Elizabeth MacDonald, atmosfer Bumi mengandung sekitar 78% nitrogen, 21% oksigen, 0,93% argon, dan 0,04% karbon dioksida. Atmosfer juga mengandung sejumlah kecil neon, helium, metana, kripton, ozon dan hidrogen, serta uap air. Komposisi atmosfer dan ketinggian tumbukan partikel matahari dengan gas-gas ini memainkan peran penting dalam menentukan warna aurora, demikian dilansir dari laman Space.

Hijau - Tumbukan dengan Oksigen di Ketinggian 100-300 Km dari Permukaan Bumi

Warna aurora yang paling umum adalah hijau. Aurora hijau biasanya dihasilkan ketika partikel Matahari bermuatan bertabrakan dengan molekul oksigen konsentrasi tinggi di atmosfer Bumi pada ketinggian sekitar 100 hingga 300 kilometer, menurut Badan Antariksa Kanada (CSA). Manusia juga melihat aurora hijau lebih baik dibandingkan warna lainnya, karena mata manusia paling sensitif terhadap spektrum warna hijau.

Merah - Tumbukan dengan Oksigen di Ketinggian 300-400 Km dari Permukaan Bumi

Aurora merah relatif lebih jarang terjadi dan biasanya dikaitkan dengan aktivitas matahari yang intens. Hal ini terjadi ketika partikel matahari bereaksi dengan oksigen atmosfer Bumi di ketinggian yang lebih tinggi, umumnya sekitar 300 hingga 400 km.

Pada ketinggian ini, oksigen menjadi kurang terkonsentrasi dan tereksitasi pada frekuensi atau panjang gelombang yang lebih tinggi, sehingga membuat warna merah terlihat. Aurora merah sering terlihat di bagian tepi atas pita cahaya aurora.

Biru dan Ungu - Tumbukan dengan Nitrogen di Ketinggian Kurang dari 100 Km dari Permukaan Bumi

Aurora biru dan ungu bahkan lebih jarang terjadi dan juga cenderung muncul selama periode aktivitas matahari tinggi.

Warna-warna ini dihasilkan ketika partikel matahari bertabrakan dengan nitrogen di atmosfer bumi pada ketinggian 100 km atau kurang. Aurora biru dan ungu cenderung terlihat di bagian bawah pita cahaya aurora.

Kuning dan Merah Muda

Aurora kuning dan merah muda jarang terjadi dan biasanya dikaitkan dengan aktivitas matahari yang tinggi. Warna-warna tersebut dihasilkan dari perpaduan aurora merah dengan aurora hijau atau biru.




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads