Ahli Deteksi Lautan Raksasa Lebih dari 660 Km di Bawah Bumi, Bagaimana Menemukannya?

ADVERTISEMENT

Ahli Deteksi Lautan Raksasa Lebih dari 660 Km di Bawah Bumi, Bagaimana Menemukannya?

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Selasa, 14 Mei 2024 20:00 WIB
IN SPACE - In this handout provided by the National Aeronautics and Space Administration, Earth as seen from a distance of one million miles by a NASA scientific camera aboard the Deep Space Climate Observatory spacecraft on July 6, 2015. (Photo by NASA via Getty Images)
Ilustrasi planet Bumi. Foto: NASA via Getty Images
Jakarta -

Bayangkan sebuah samudra yang begitu luas sehingga volume keseluruhan dari semua samudra di Bumi menjadi tiga kali lipat lebih besar, tetapi tak terlihat dari tepi pantai, bahkan satelit.

Samudra ini ada, tetapi bersembunyi jauh di mantel bumi sekitar 660 kilometer. Penemuan ilmiah ini nyata dan mengungkap masih banyak rahasia hidrologi di Bumi.

Dengan kedalaman tersebut, menunjukkan adanya reservoir hidrogen yang mampu memicu pencairan dehidrasi pada aliran material mantel ke bawah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Republic World, para peneliti dari Northwestern University melakukan eksperimen laboratorium bertekanan tinggi, pemodelan numerik, dan analisis konversi P-to-S seismik, mengeksplorasi implikasi pergerakan ke bawah dari zona transisi ke mantel bawah.

Melalui penelitian inovatifnya, mereka hanya dapat menggambarkan hasilnya sebagai hidden gem akuatik yang terkubur jauh di dalam Bumi. Penemuan ini mungkin apabila mempelajari mineral ringwoodite, sejenis batuan biru yang ada di mantel bumi dan berkemampuan unik untuk merangkap air di dalam strukturnya.

ADVERTISEMENT

Perombakan ini menantang keyakinan tentang asal muasal air di Bumi dan menyatakan bahwa laut memiliki sumber air yang lebih dekat dengan Bumi.

Bagaimana Lautan Raksasa Ini Ditemukan?

Peneliti utama di Northwestern University, Steven Jacobsen, menjelaskan bahwa lautan tanah yang sangat besar ini terdeteksi menggunakan jaringan 2000 seismograf yang tersebar di seluruh Amerika Serikat.

Alat tersebut menangkap gelombang seismik yang dihasilkan oleh lebih dari 500 gempa bumi. Ketika gelombang ini merambat melalui Bumi, pergerakannya melalui batuan basah berbeda dengan batuan kering.

Perbedaan kecepatan tersebutlah yang penting untuk mengidentifikasi keberadaan air dalam jumlah besar di bawah tanah.

Konversi Ps amplitudo positif yang digunakan sebagai instrumen analisisnya, dengan jelas menentukan peningkatan kecepatan mendadak dengan kedalaman 660 kilometer di bawah mantel bumi.

Dalam penelitian Jacobsen, dinyatakan kepadatan lautan air di dekat bagian atas mantel bawah tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat kemungkinan besar terdapat lautan air di bagian atas mantel bawah. Oleh karena itu Jacobsen dan rekan-rekan penelitinya memperkirakan bahwa penurunan kecepatan yang digambarkan di bawah 660.

Lelehan hidro yang menjadi air ini sedikit mengapung lalu meresap ke atas, mengembalikan H2O (air) ke zona transisi. Lelehan air ini stabil secara gravitasi dan tetap atau atau menyebar ke sekitarnya daripada mempertahankan korelasi dengan pola aliran vertikal yang sedang berlangsung. Maka dari itu dapat membentuk lautan yang luas.

Lautan Raksasa Ini Menjadi Alasan Bumi Tetap Sejuk

Jacobsen berpendapat reservoir air ini bisa menjadi alasan mengapa permukaan laut di Bumi relatif stabil selama ribuan tahun meskipun mengalami perubahan geologis. Ini mirip dengan menemukan stok air cadangan di loteng yang tidak pernah disadari, yang menjelaskan mengapa rumah tetap terasa sejuk sekalipun di musim panas.

Lautan tersembunyi ini menjadi jawaban dari siklus air bumi yang kompleks. Kehadiran air jauh di dalam mantel bumi yang secara halus bermigrasi di antara butiran batuan, menunjukkan adanya siklus air internal yang dinamis, yang berlangsung dalam rentang waktu geologis.

Siklus air tersebut dapat mempengaruhi segala hal secara signifikan, mulai dari aktivitas gunung berapi hingga pergerakan lempeng tektonik.

Tim peneliti Northwestern University berencana memperluas penelitian dengan tambahan berupa data seismik dari seluruh dunia.

Penelitian ini bertujuan untuk memastikan apakah fenomena ini terjadi secara terisolasi atau meluas, sehingga berpotensi mengarah pada pemahaman revolusioner tentang bagaimana Bumi mengelola sumber daya airnya.




(nah/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads