Hewan Bercahaya di Laut Dalam Sudah Ada sejak 540 Juta Tahun Lalu

ADVERTISEMENT

Hewan Bercahaya di Laut Dalam Sudah Ada sejak 540 Juta Tahun Lalu

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Selasa, 07 Mei 2024 20:00 WIB
Isidella sp.
Isidella sp. Foto: Smithsonian via Live Science
Jakarta -

Pada 540 juta tahun yang lalu terjadi bioluminesensi di kehidupan laut. Hal ini mengejutkan karena ternyata fenomena itu terjadi 300 juta tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Dikutip dari National Geographic, bioluminesensi adalah fenomena pancaran cahaya dari makhluk hidup melalui reaksi kimia di dalam tubuhnya. Bioluminesensi adalah 'cahaya dingin', yang berarti kurang dari 20% cahaya menghasilkan radiasi termal atau panas.

"Kita sering berpikir bahwa laut dalam terbatas akan cahaya, terutama dari sinar matahari. Akan tetapi, banyak organisme laut dalam yang menghasilkan cahaya sendiri melalui reaksi kimia sederhana yang dikenal sebagai bioluminesensi," ungkap Andrea Quattrini, kurator karang di Smithsonian's National Museum of Natural History.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Live Science, bioluminesensi membeludak di kehidupan laut, termasuk ikan, karang, ubur-ubur dan krustasea. Di darat, fenomena ini banyak ditemukan di hewan seperti kumbang, kunang-kunang, alga, jamur, dan sejumlah bakteri.

Bioluminesensi melibatkan protein yang diwariskan, yang disebut luciferase. Fenomena bioluminesensi diperkirakan telah berevolusi sekitar 100 kali lipat.

ADVERTISEMENT

Asal Mula Ditemukannya Bioluminesensi

Para ilmuwan mengungkapkan asal usul bioluminesensi pada kelompok invertebrata laut tertua yang dikenal sebagai octocorallia atau octocorals, melalui studi penelitiannya.

Tim peneliti meletakkan fosil octoral bioluminesensi dengan usia dan karakteristik fisik yang diketahui ke dalam pohon evolusi. Dari situ, mereka mengetahui kapan garis keturunan terbelah.

Kemudian, tim peneliti memetakan cabang-cabang yang menampilkan spesies hidup bioluminesensi dan menggunakan analisis statistik untuk mengetahui apakah nenek moyang mereka cenderung bersinar di kegelapan. Sebelumnya asal mula bioluminesensi telah ditelusuri hingga 267 tahun yang lalu pada krustasea selama periode Permian, yaitu 298,9-251,9 juta tahun lalu.

Penemuan ini membawa kita kembali ke awal periode Kambrium, sekitar 541 hingga 485,4 juta tahun yang lalu, ketika kehidupan di Bumi mengalami perkembangan yang signifikan.

"Temuan tersebut menegaskan ide bahwa bioluminesensi berevolusi dari fungsi awal sebagai mekanisme detoksifikasi oksigen pada bentuk kehidupan primitif menjadi alat komunikasi yang penting di lingkungan laut dalam dengan cahaya redup," ujar Stefan Schramm, profesor kimia organik terapan di the University Applied Sciences Dresden.

Transformasi tersebut berfokus pada nilai adaptif bioluminesensi dalam sejarah evolusi kelautan.

Makhluk laut yang memiliki mata dan fotoreseptor sudah ada saat bioluminesensi muncul pertama kali. Peran fungsionalnya dalam komunikasi pun sangat masuk akal.

Quattrini menjelaskan, "Penelitian kami mengisyaratkan adanya bukti bahwa interaksi yang melibatkan cahaya terjadi antara spesies pada saat hewan yang cepat melakukan diversifikasi dan menempati tempat baru. Hal ini menunjukkan bioluminesensi sebagai salah satu jenis komunikasi paling awal di lautan."

Bioluminesensi pada Hewan

Para ilmuwan meyakini bahwa kehidupan mengembangkan bioluminesensi dapat membantu komunikasi, predasi, percumbuan, dan menjadi sarana kamuflase.

Dilansir dari Ocean, sebagian besar bioluminesensi yang ditemukan di laut adalah cahaya biru kehijauan. Warna-warna tersebut merupakan panjang gelombang cahaya yang lebih pendek dan dapat terlihat di perairan dangkal maupun dalam.

Beberapa hewan telah berevolusi untuk memancarkan dan melihat cahaya merah, salah satunya ikan naga (Malacosteus). Lampu merah yang diciptakannya untuk melihat mangsa berwarna merah dan berkomunikasi, hingga menunjukkan mangsa kepada ikan naga laian.

Bagi hewan lain yang tidak dapat melihat cahaya merah tidak mencurigai warna tersebut sebagai peringatan untuk melarikan diri.

Bioluminesensi berguna untuk hewan sebagai cara menarik pasangan. Misalnya Ostracod Karibia jantan, seekor krustasea kecil, menggunakan sinyal bercahaya di bibir atasnya untuk menarik perhatian betina.

Selain itu, bioluminesensi dapat digunakan untuk membantu kamuflase dengan menggunakan counter illumination. Predator akan kesulitan mencari mangsa ketika fotofor di bagian bawah hewan dapat menyamai redupnya cahaya dari permukaan.




(nah/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads