Fenomena gerhana kerap dinanti-nanti kehadirannya di langit. Badan Aeronautika dan Ruang Angkasa AS (NASA) menyatakan, gerhana dari planet-planet lain juga bisa terlihat di langit malam dari Bumi.
Dikutip dari laman NASA, warga Bumi bisa bisa mengamati "gerhana" Merkurius dan Venus. Peristiwa ini terjadi ketika planet-planet tersebut melintas di antara Matahari dan teleskop kita di Bumi.
Pada kejadian langka tersebut, planet-planet tampak sebagai titik-titik kecil bersinar yang melintasi piringan Matahari yang jauh lebih besar. Untuk bisa mengamatinya dengan baik di teleskop, warga Bumi butuh filter pelindung agar mata tidak sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gerhana di Luar Sistem Tata Surya
Para astronom rupanya juga dapat mengamati gerhana di sistem planet lain yang mengorbit bintang induk selain Matahari. Dalam konteks ini, gerhana diartikan sebagai titik cahaya kecil saat sebuah planet, dari sudut pandang kita, melintas di depan bintang induknya Aktivitas tersebut disebut transit.
"Gerhana Matahari adalah transit yang sangat besar," kata Allison Youngblood, wakil ilmuwan proyek Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland.
Keberadaan transit dapat dideteksi oleh sensor cahaya sensitif yang dipasang pada teleskop di Bumi dan di luar angkasa, termasuk Teleskop Luar Angkasa Hubble milik NASA, Teleskop Luar Angkasa James Webb, atau satelit TESS.
Metode pendeteksian dari Bumi tersebut sejauh ini juga telah mendeteksi lebih dari 5.500 exoplanet. Planet ekstrasurya (exoplanet) sendiri adalah planet yang mengorbit bintang induk selain Matahari.
Kenapa Mengamati Gerhana dan Exoplanet Penting?
Pengamatan terhadap gerhana Matahari dan planet ekstrasurya berpotensi menghasilkan penemuan ilmiah yang signifikan. Untuk itu, peneliti aktif mengamati gerhana dan mendeteksi keberadaan planet ekstrasurya terbaru.
Contohnya pada 1919, pengamatan yang dilakukan selama gerhana Matahari membantu memvalidasi teori relativitas umum Einstein. Dengan mengamati pembengkokan cahaya bintang akibat tarikan gravitasi Matahari, terungkap bahwa gravitasi mempengaruhi kelengkungan ruang dan waktu.
Youngblood menyatakan bahwa transit exoplanet sendiri lebih dari sekadar mengidentifikasi planet yang jauh. Dia menjelaskan bahwa ketika planet bergerak di depan bintang, ia menghalangi sejumlah cahaya tertentu. Penurunan cahaya bintang ini memberikan informasi tentang ukuran planet, sehingga memungkinkan kita menghitung radius planet.
Ia menambahkan, mengumpulkan data yang akurat tentang berbagai transit juga dapat mengungkapkan tahun di sebuah planet ekstrasurya. ini juga memberikan pengetahuan tentang pembentukannya dan masa lalunya.
Dengan melakukan pengukuran beberapa transit secara cermat, kita dapat lebih memahami sejarah dan pembentukan exoplanet. Ia menambahkan, jika instrumen spektograf digunakan untuk mengukur cahaya bintang yang menyinari atmosfer sebuah planet ekstrasurya selama transit, instrumen ini dapat mengungkap lebih banyak tentang sifat-sifat planet tersebut.
Spektrum cahaya terbagi menjadi beberapa warna, mirip dengan pelangi. Kesenjangan dalam spektrum dapat mengindikasikan adanya gas di atmosfer planet yang menyerap panjang gelombang tertentu.
"Mengukur planet pada berbagai panjang gelombang memberi tahu kita bahan kimia dan molekul apa yang ada di atmosfer planet tersebut," kata Youngblood.
Merancang Gerhana
Para ilmuwan telah mengembangkan metode untuk mengumpulkan informasi tentang planet-planet jauh dengan merancang gerhananya. Daripada mengandalkan terjadinya gerhana alami, mereka dapat memproduksinya melalui teleskop.
Beberapa teleskop luar angkasa dilengkapi dengan coronagraph, yang awalnya digunakan di Bumi untuk memeriksa corona atau lapisan terluar Matahari. Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman, teleskop luar angkasa andalan NASA yang akan datang, rencananya diluncurkan sebelum Mei 2027.
Teleskop ini akan menampilkan teknologi coronagraph baru yang belum diuji di ruang angkasa. Koronagraf beroperasi melalui serangkaian filter dan topeng yang mengaburkan cahaya dari bintang pusat dan mengekspos cahaya redup dari planet-planet yang mengorbit di sekitarnya.
Di sisi lain, para astronom menghadapi tantangan teknologi yang signifikan ketika mencari transit atau gambar langsung planet-planet ini menggunakan coronagraph ketimbang saat gerhana Matahari alami.
"Transit mirip Bumi di depan bintang setara dengan nyamuk yang berjalan di depan lampu depan. Itulah betapa sedikitnya cahaya yang terhalang," kata David Ciardi, kepala ilmuwan di NASA Exoplanet Science Institute di California Institute of Technology (Caltech).
Bulan-bulan Mars memiliki bentuk yang tidak biasa dan tidak cukup besar untuk menghalangi Matahari sepenuhnya selama transit. Meskipun gerhana tersebut bisa tampak menakjubkan di Jupiter dan beragam bulannya, gerhana tersebut tidak bisa dibandingkan dengan cakupan gerhana Matahari secara keseluruhan.
Menurut NASA, warga Bumi saat ini beruntung dapat hidup pada saat manusia dapat dengan mudah mengamati gerhana Matahari. Bertahun-tahun yang lalu, jarak Bulan lebih dekat ke Bumi, dan saat terjadi gerhana, Bulan akan tampak lebih besar daripada Matahari.
Namun, dalam waktu kurang lebih 700 juta tahun mendatang, jarak Bulan akan terlalu jauh dari Bumi. Akibatnya, gerhana Matahari total tidak lagi terlihat.
(twu/twu)