Mengapa Energi Terbarukan Penting buat Masa Depan Manusia?

ADVERTISEMENT

Mengapa Energi Terbarukan Penting buat Masa Depan Manusia?

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Jumat, 26 Apr 2024 07:20 WIB
Pemerintah Jerman mengupayakan ekspansi cepat produksi energi terbarukan dengan turbin angin dan fotovoltaik. Ini penampakananya.
Krisis energi global saat ini membawa peluang dan tantangan baru bagi energi terbarukan. Seberapa penting energi alternatif buat masa depan manusia? Foto: Getty Images/Sean Gallup
Jakarta -

Energi terbarukan telah berkembang pesat di sektor ketenagalistrikan, khususnya fotovoltaik surya dan tenaga angin. Sumber-sumber energi ini menambah kontribusi signifikan pembangkit listrik tenaga air. Meskipun ada kemajuan, listrik hanya menyumbang seperlima dari konsumsi energi global.

Oleh karena itu, menemukan peran yang lebih besar bagi sumber energi terbarukan dalam transportasi dan pemanasan sangatlah penting untuk memfasilitasi transisi energi. Dikutip dari laman PBB, energi terbarukan, termasuk tenaga surya, angin, tenaga air, biofuel, merupakan inti dari transisi menuju sistem energi yang tidak terlalu intensif karbon dan lebih berkelanjutan.

Kapasitas pembangkitan energi telah mengalami peningkatan pesat dalam beberapa waktu terakhir, terutama karena adanya insentif kebijakan dan pengurangan biaya yang signifikan untuk fotovoltaik surya dan tenaga angin, serta sumber energi terbarukan lainnya. PBB menyatakan, percepatan peralihan menuju energi ramah lingkungan sangat penting untuk menciptakan planet yang berkelanjutan dan layak huni, baik saat ini maupun di masa depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Energi Terbarukan Penting?

Sumber Energi Terbarukan Ada di Sekitar Kita

Sekitar 80 persen populasi global bergantung pada bahan bakar fosil impor dari negara lain. Akibatnya, bahan bakar tidak terbarukan ini rentan terhadap guncangan dan krisis geopolitik. Sebaliknya, sumber energi terbarukan tersedia di semua negara, dan potensinya belum dimanfaatkan sepenuhnya.

Energi terbarukan juga dapat membantu negara-negara untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Ekonomi inklusif, lapangan kerja baru, dan pengentasan kemiskinan pun dapat terjadi dengan percepatan transisi ke energi terbarukan. Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) memperkirakan bahwa 90 persen listrik dunia dapat berasal dari sumber energi terbarukan pada 2050.

ADVERTISEMENT

Energi Terbarukan Lebih Murah

Energi terbarukan sebenarnya merupakan pilihan energi termurah di sebagian besar belahan dunia saat ini. Biaya listrik dari tenaga surya turun sebesar 85 persen pada 2010-2020. Biaya energi angin di darat dan lepas pantai masing-masing turun sebesar 56 persen dan 48 persen.

Listrik murah dari sumber terbarukan dapat menyediakan 65 persen dari total pasokan listrik dunia pada 2030. Penggunaan sumber terbarukan ini dapat mendekarbonisasi 90 persen sektor ketenagalistrikan pada 2050, besar-besaran kurangi emisi karbon dan bantu mitigasi perubahan iklim.

Meskipun biaya tenaga surya dan angin diperkirakan akan tetap lebih tinggi pada 2022 dan 2023, daya saingnya sebenarnya meningkat. PPenyebabnya karena kenaikan harga gas dan batu bara yang lebih tajam, menurut Badan Energi Internasional (IEA).

Energi Terbarukan Lebih Sehat

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan lebih dari 13 juta kematian setiap tahunnya. Polusi ini juga melebihi ambang batas kualitas udara sehingga mengancam kesehatan masyarakat.

Polusi udara akibat bahan bakar fosil juga menyebabkan kerugian kesehatan mengakibatkan biaya kesehatan dan ekonomi sebesar USD 2,9 triliun, atau sekitar USD 8 miliar (Rp 130 triliun) per hari. Beralih ke sumber energi yang ramah lingkungan, seperti angin dan Matahari, tidak hanya membantu mengatasi perubahan iklim, tetapi juga polusi udara dan kesehatan.

Lapangan Kerja Energi Terbarukan

Setiap investasi pada energi terbarukan menciptakan lapangan kerja tiga kali lebih banyak dibandingkan pada industri bahan bakar fosil. IEA memperkirakan bahwa transisi menuju emisi net-zero akan meningkatkan lapangan kerja di sektor energi secara keseluruhan dan menghasilkan perolehan bersih sebesar 9 juta lapangan kerja.

Artinya, total lebih dari 30 juta lapangan kerja dapat diciptakan dalam bidang energi ramah lingkungan, efisiensi, dan teknologi rendah emisi pada 2030. Namun, penting untuk memastikan transisi yang adil, dengan menempatkan kebutuhan dan hak-hak masyarakat sebagai prioritas dalam transisi energi sehingga tidak terjadi kesenjangan.

Energi Terbarukan untuk Ekonomi

Pada 2022, sekitar USD 7 triliun (Rp 113 triliun) dihabiskan untuk mensubsidi industri bahan bakar. Termasuk di dalamnya yakni melalui subsidi eksplisit, keringanan pajak, serta kerusakan kesehatan dan lingkungan.

Untuk mencapai emisi nol pada 2050, butuh investasi sekitar USD 4 triliun (Rp 65 triliun) per tahun pada energi terbarukan hingga 2030. Teknologi terbarukan yang efisien dan andal dapat menciptakan sistem yang tidak terlalu rentan terhadap guncangan pasar, serta meningkatkan ketahanan dan keamanan energi dengan mendiversifikasi pilihan pasokan listrik.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads