Benarkah Persia Jadi Pusat Populasi Manusia Selama 20.000 Tahun? Ini Kata Studi

ADVERTISEMENT

Benarkah Persia Jadi Pusat Populasi Manusia Selama 20.000 Tahun? Ini Kata Studi

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Rabu, 24 Apr 2024 21:00 WIB
Arkeolog berhasil memperkirakan wajah dari manusia yang hidup 30.000 tahun lalu di Mesir. Seperti ini rupanya.
Foto: Moacir Elias Santos dan CΓ­cero Moraes via Live Sciece/Ilustrasi homo sapiens
Jakarta -

Setelah Homo sapiens meninggalkan Afrika, bukti keberadaan mereka menjadi jarang hingga kemunculan kembali di Eurasia 20.000 tahun berikutnya. Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa selama periode ini, mereka diyakini tinggal di dataran tinggi Persia.

Bukti fosil menunjukkan bahwa Homo sapiens telah bermigrasi dari Afrika setidaknya sejak 210.000 tahun yang lalu. Namun, gelombang migrasi besar yang terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu merupakan yang paling sukses dalam menyebarkan gen kepada populasi Homo sapiens di luar Afrika.

Meskipun begitu, kurangnya temuan fosil Homo sapiens di Eurasia antara 60.000 dan 45.000 tahun yang lalu menimbulkan pertanyaan tentang ke mana manusia modern berada pada periode tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini kemudian diselidiki lebih lanjut dan sebuah tim peneliti berhasil menemukan fakta baru. Para peneliti menggunakan model iklim dan data genetik bahwa dataran tinggi Persia adalah lokasi paling cocok untuk tempat tinggal manusia selama ini. Studi ini telah terbit di jurnal Nature Communications.

Banyak yang Tidak Setuju karena Tidak Ada Bukti

Meski penemuan telah dihasilkan, banyak orang masih belum setuju dengan temuan mereka dan mengatakan perlu lebih banyak bukti lagi.

ADVERTISEMENT

Dataran tinggi Persia yang didefinisikan sebagai pusat populasi dalam penelitian sebelumnya, meliputi sebagian besar wilayah Iran serta Teluk Persia dan Mesopotamia. Tim peneliti memperkirakan nenek moyak semua orang non-Afrika saat ini tinggal di sana antara 70.000-45.000 tahun yang lalu.

Sebelumnya, para peneliti telah melihat informasi dari genom paleolitik Eurasia dan menghubungkan data ini dengan bukti arkeologis terkait perubahan teknologi perkakas batu.

Berawal dari sini, para peneliti menemukan bahwa manusia modern kemungkinan besar berkumpul di pusat populasi yang menjadi basis berbagai migrasi di seluruh Eurasia. Namun, untuk menyimpulkan asal usul populasi tersebut membutuhkan model paleoklimat tambahan yang disertakan dalam studi terbaru.

Dataran tinggi Persia menampung situs-situs fosil Neanderthal yang diketahui memiliki tanggal yang sama dengan keberadaan Homo sapiens.

"Penggabungan Homo sapiens dengan Neanderthal terjadi selama jangka waktu ini, jadi ada kemungkinan hal tersebut terjadi dalam Hub," ujar Leonardo Vallini, antropolog molekuler di University of Padua dan penulis utama studi, dikutip dari Live Science.

Dua kelompok ini bisa saja saling menghindari dan interaksinya lebih sporadis.

"Sepanjang periode penting evolusi dan ekspansi manusia, Homo sapiens adalah pemburu-pengumpul," imbuh Vallini.

Para peneliti juga mengungkapkan bahwa dalam area ini, orang-orang kemungkinan besar saling bertukar informasi penting. Pusat populasi mungkin berfungsi sebagai inkubator untuk pengembangan inovasi budaya seperti seni cadas dan senjata proyektil.

Para ahli lainnya mempercayai bahwa diperlukan lebih banyak bukti untuk menemukan kemungkinan pusat populasi.

Apakah Model Paleoekologi Cocok untuk Nenek Moyang?

Antropologi Biologi University of California Riverside, Sang-Hee Lee yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa penelitian terbaru itu memunculkan gambaran tentang pusat dinamis pekerjaan nenek moyang manusia.

Akan tetapi, Lee bertanya-tanya apakah model paleoekologi cocok untuk nenek moyang manusia.

"Data paleoekologi dari 'Hub' bergantung pada satu titik data di Iran," ujar Lee merujuk pada satu-satunya titik data yang dihadirkan oleh penulis penelitian untuk memverifikasi hipotesis bahwa pusat tersebut adalah tempat yang ramah lingkungan.

"Tidak ada bukti bukan berarti tidak tersedia bukti," tambah Lee.

Para peneliti mengaku bahwa perlu lebih banyak fosil hominin dan data iklim untuk memvalidasi hipotesis mereka.

Meski demikian, apabila dataran tinggi Persia memang bukan pusat populasi selama puluhan ribu tahun, wilayah penting ini ideal untuk mendapatkan bukti fosil.

Di dataran tersebut juga ada kesempatan memperoleh data paleoekologi yang dapat mengisi kesenjangan dalam migrasi nenek moyang manusia di seluruh Eurasia.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads