Kipas Angin Tak Bisa Diandalkan Saat Suhu Ekstrem, Begini Penjelasan Peneliti

ADVERTISEMENT

Kipas Angin Tak Bisa Diandalkan Saat Suhu Ekstrem, Begini Penjelasan Peneliti

Nur Wasilatus Sholeha - detikEdu
Senin, 15 Apr 2024 10:00 WIB
Cheerful young mom or nanny have fun with preschool boy at home sitting together in front of big fan dlowing cooling wind in living room. Carefree caring woman of 30 spend time with little son bonding
Menurut peneliti, penggunaan kipas angin tidak seefektif itu ketika suhu ekstrem di atas 33°C sampai 35°C. Mengapa demikian? Foto: Getty Images/iStockphoto/Dima Berlin
Jakarta -

Kenaikan suhu Bumi imbas perubahan iklim memaksa manusia menggunakan alat pendingin seperti kipas angin setiap hari. Biasanya, penggunaan kipas angin dianggap sebagai solusi yang efektif karena mudah dibawa dan murah.

Namun, tahukah detikers penggunaan kipas angin pada orang dewasa di tengah suhu ekstrem tidak efektif? Temuan ini muncul dari studi yang dipimpin peneliti Robert Meade asal University of Ottawa.

Dalam penelitiannya, tim peneliti menunjukkan bahwa kipas angin tidak terlalu membantu seperti yang kebanyakan dipikirkan orang. Mereka menyarankan penggunaan AC ketika suhu ekstrem terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Kipas Angin Tidak Cukup Efektif Saat Suhu Ekstrem?

Meade mengatakan kipas angin tidak dapat diandalkan untuk menurunkan suhu internal tubuh ketika suhu eksternal mencapai di atas 33°- 35°C.

Dikutip dari laman University of Ottawa, ia menjelaskan kipas angin dapat meningkatkan penguapan keringat, tetapi tidak efektif mendinginkan badan bagi orang dewasa dengan kemampuan berkeringat lebih rendah.

ADVERTISEMENT

Dengan kondisi begitu, sebagai gantinya, orang dengan kemampuan berkeringat lebih rendah dapat dapat menggunakan AC.

Meade menjelaskan, hasil penelitian tersebut berangkat dari teknik pemodelan "keseimbangan panas manusia" yang telah dikembangkan pada 2015 lalu. Model ini dapat memprediksi suhu dalam berbagai kondisi dan asumsi pemodelan.

"Hasil dari 116.640 model alternatif yang kami hasilkan dalam analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kipas kemungkinan besar tidak secara signifikan mengurangi suhu inti pada suhu panas tinggi, atau menyamai pendinginan AC. Perbandingan dengan teknik pemodelan yang lebih canggih dan simulasi gelombang panas di laboratorium mendukung kesimpulan ini," kata Meade.

Untuk itu, tim peneliti merekomendasikan agar organisasi kesehatan terus menyarankan masyarakat untuk tidak mengandalkan kipas angin ketika suhu ekstrem. Saran ini khususnya ditujukan bagi orang lanjut usia atau kelompok tertentu yang berisiko tinggi terkena serangan panas.

Tantangan Menggunakan AC

Di sisi lain, mesin AC memiliki biaya yang mahal dan berbahaya bagi lingkungan. Untuk itu, tim peneliti menekankan pentingnya akses pada AC atau pendingin ruangan lain yang memiliki prinsip keberlanjutan (sustainable).

Ketika suhu ruangan sudah tidak ekstrem, maka penggunaan kipas angin dapat kembali dilakukan.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads