Pakar UGM Sebut Pelaku Kekerasan pada Anak Cenderung Terganggu Mentalnya

ADVERTISEMENT

Pakar UGM Sebut Pelaku Kekerasan pada Anak Cenderung Terganggu Mentalnya

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 05 Apr 2024 08:00 WIB
Ilustrasi Kekerasan pada Anak
Ilustrasi kekerasan. Foto: iStock
Jakarta -

Kekerasan pada anak saat ini kian meningkat. Dari data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) 2023, dilaporkan ada sebanyak 3.547 kasus kekerasan anak di Indonesia.

Lebih parahnya, sebanyak 35% kekerasan anak terjadi di lingkup lingkungan terdekat korban. Sebagian besar kekerasan dilakukan oleh orang tua, pengasuh, hingga guru.

Hal tersebut disampaikan oleh Indria Laksmi Gamayanti, psikolog klinis sekaligus dosen dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kekerasan pada anak bisa dilakukan oleh siapa saja, sayangnya menurut penelitian banyak dilakukan oleh orang-orang dewasa terdekat yang justru seharusnya bisa menjadi pelindung dari anak tersebut," ujar Indria, dikutip dari laman UGM, Kamis (4/4/2024).

Menurutnya, anak-anak yang menjadi pelaku kekerasan atau bullying di sekolah/lingkungan pertemanan cenderung terganggu mentalnya. Biasanya mereka mendapat pola asuh yang buruk dari orang tua.

ADVERTISEMENT

"Secara psikologis, pelaku kekerasan cenderung memiliki gangguan kesehatan mental dalam dirinya sendiri. Faktor pemicu dari tendensi tindakan kekerasan pada pelaku juga bermacam-macam, mulai dari kesiapan mental orang tua, kondisi ekonomi, hingga pengalaman kekerasan serupa di masa kecil," ungkap Indria.

Orang Dewasa Pelaku Kekerasan Tak Matang Emosinya

Di lingkungan sekolah dan pertemanan, kekerasan banyak dilakukan teman sebaya. Sementara di lingkungan keluarga, kekerasan lebih banyak dilakukan orang tua.

Menurut Indria, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua orang dewasa punya kematangan emosi. Mereka bisa saja mempunyai trauma masa lalu yang akhirnya mereka lakukan kepada anaknya lewat kekerasan juga yang bahkan bisa lebih parah.

"Bayangan masa lampau atau trauma masa kecil orang tua memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan kekerasan serupa atau lebih terhadap anaknya," tuturnya.

"Bisa jadi anak tersebut juga menerima kekerasan dari orang tua, atau kurangnya validasi sehingga cenderung mencari validasi pada sesamanya," tambahnya.

Dampak Kekerasan pada Anak di Masa Depan

Indria mengungkap dampak dari kekerasan yang menimpa anak dapat menimbulkan gangguan mental dan perubahan perilaku seiring dia dewasa. Mereka bisa menjadi pribadi yang lebih sensitif, sering menangis, murung, pendiam, atau tercekat.

"Apabila terjadi kekerasan, sebaiknya memberikan penanganan yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak. Kalau di psikologi, metode recovery pada anak itu bermacam-macam, ada asesmen yang harus dilakukan untuk memberikan penanganan terbaik," imbau Indria.

Khususnya bagi orang tua dari korban kekerasan, Indria mengingatkan untuk terus menjalin komunikasi dengan anaknya. Upaya tersebut sangat penting guna pertumbuhan mental dan fisik mereka ke depannya.




(cyu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads