Indonesia menjadi salah satu negara dengan korban bencana alam terbesar selama rentang tahun 2000-2018. Ada sebanyak 185.677 korban meninggal akibat bencana alam.
Hal ini disampaikan oleh Peneliti Pusat Riset Kebencian Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa. Menurutnya, dari beragam bencana yang ada, gempa bumi jadi peristiwa yang paling banyak memakan korban jiwa.
Ia mengatakan telah ada 2.000 gempa bumi yang terjadi sepanjang tahun 2023. Adapun gempa yang menimbulkan banyak korban jiwa adalah gempa Palu dan gempa Lombok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bencana geologi ini menyebabkan korban jiwa yang lebih banyak ketimbang bencana-bencana lainnya. Di Indonesia korban terbesar itu diakibatkan oleh gempa bumi," katanya dalam acara 'Talk to Scientist' Pemetaan Sesar Pulau Jawa serta Mitigasi Resiko Bencana Geologi dalam siaran Live Youtube BRIN, dikutip Rabu (3/4/2024).
Nuraini menyebut korban jiwa dominan berasal dari Pulau Jawa. Hal ini selaras dengan jumlah sesar aktif yang banyak tersebar di pulau tersebut.
"Dari hampir 400 sesar aktif yang kami petakan, itu sekitar 75% itu berada di Pulau Jawa. Sedangkan yang sudah diketahui parameternya dengan baik itu baru 30%," tuturnya.
Nuraini mengatakan potensi buruk dari gempa bumi di Indonesia bisa menyasar empat juta penduduk. Pasalnya, sebanyak warga tersebut tinggal di atas patahan atau sesar aktif.
"Sekitar 200 juta penduduk di Indonesia itu bisa mengalami goncangan gempa dengan intensitas 6 ke atas atau sekitar 77% dengan empat juta jiwa yang tinggal di atas patahan," jelasnya.
Pemetaan Sesar di Pulau Jawa Sulit
Dibandingkan dengan pulau lain, Nuraini mengaku pemetaan di Pulau Jawa lebih sulit. Pasalnya, pulau ini telah dipadati penduduk serta bangunan-bangunan yang berdiri di atasnya.
"Ini nggak mudah apalagi Pulau Jawa itu sudah banyak penduduknya. Padahal secara geologis itu perlu menggali-gali, kalau udah banyak rumahnya kan jadi susah," tutur Nuraini.
Meski demikian, ia dan BRIN akan terus melakukan pemetaan sesar aktif di wilayah ini guna upaya mitigasi bisa sampai ke masyarakat lebih cepat.
"50% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, sehingga kita perlu melindungi Pulau Jawa," ujarnya.
Oleh karena itu, kini BRIN menggandeng banyak pihak dalam memetakan sesar di Pulau Jawa. Mulai dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian PUPR hingga peneliti-peneliti dari universitas.
Sejauh ini, beberapa sesar yang telah diteliti antara lain Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Java Back-arc Thrust/Baribis-Kendeng Sesar Opak, Sesar Mataram, Sesar Garsela, Sesar di Karangsambung, dan Sesar Pasuruan.
Adapun beberapa sesar yang sedang dalam proses pengamatan oleh BRIN adalah sesar yang terdapat di Cianjur, Sumedang, dan Bawean. Ketiga sesar tersebut baru diketahui setelah bencana gempa terjadi.
Hasil penelitian terkini mengungkap adanya banyak sesar aktif yang mengapit wilayah baru tersebut, khususnya Kabupaten Sumedang. Di antaranya Sesar Baribis Segmen Tampomas, Sesar Baribis Segmen Ciremai, Sesar Lembang, Sesar Cileunyi Tanjungsari, dan Sesar Garsela.
(cyu/faz)