Bukan Masa Kini, Ternyata Permukaan Air Laut Tertinggi Terjadi pada Zaman Ini

ADVERTISEMENT

Bukan Masa Kini, Ternyata Permukaan Air Laut Tertinggi Terjadi pada Zaman Ini

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Selasa, 02 Apr 2024 05:00 WIB
Paleogeografi dan paleooseanografi Zaman Kapur Akhir, 94 juta tahun lalu. Daratan Bumi terbagi atas superbenua purba Laurasia di Belahan Bumi Utara dan Gondwana di Belahan Bumi Selatan.
Foto: Adaptasi Encyclopaedia Britannica dari CR Scotese asal The University of Texas, Arlington/Paleogeografi dan paleooseanografi Zaman Kapur Akhir, 94 juta tahun lalu.
Jakarta -

Permukaan air laut di beberapa wilayah dilaporkan mengalami kenaikan seiring adanya perubahan iklim. Kenaikan ini dipicu oleh gletser dan lapisan es yang mencair. Namun, ternyata kenaikan air laut pada masa saat ini tidak setinggi masa dulu.

Menurut sebuah studi yang terbit di jurnal Gondwana Research, dalam 500 juta tahun terakhir, permukaan air laut kemungkinan mencapai puncak tertinggi pada 117 juta tahun lalu, yakni pada zaman Aptian.

Zaman tersebut termasuk bagian dari periode Kapur (145 - 66 juta tahun yang lalu), yang memiliki permukaan laut diperkirakan lebih tinggi 200 meter dibandingkan zaman sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama 540 juta tahun terakhir, permukaan air laut tertinggi berada di zaman Kapur, pada saat dinosaurus masih hidup di bumi," Douwe van der Meer, penulis utama studi tersebut dan seorang ahli geosains eksplorasi di industri minyak dan gas dan a peneliti tamu di Universitas Utrecht di Belanda, dikutip dari Live Science.

"Di luar itu, pada dasarnya ini hanya spekulasi," timpal Jun Korenaga, profesor ilmu bumi dan planet di Universitas Yale.

ADVERTISEMENT

Bukti Permukaan Air Laut Lebih Tinggi pada Miliar Tahun Lalu

Penelitian dari Korenaga menunjukkan bahwa permukaan air laut lebih tinggi, jauh lebih awal dalam sejarah Bumi yang berusia sekitar 4,5 miliar tahun.

Menurutnya, periode tersebut ialah saat benua pertama masih terbentuk dan permukaan Bumi hampir seluruhnya adalah lautan air.

Dalam perkiraannya, Korenaga mengatakan kenaikan permukaan air laut terjadi dalam waktu singkat karena dipengaruhi oleh pencairan es, seperti yang terjadi ketika Gletser Thwaites di Antartika mengalami proses pencairan yang signifikan.

Hal ini dapat mengakibatkan kolapsnya seluruh lapisan es Antartika Barat yang kemudian meningkatkan rata-rata permukaan air laut global hingga sekitar 3,4 meter.

Akan tetapi, dalam waktu lama, perubahan dalam posisi benua dan perluasan dasar laut juga berdampak signifikan. Para ilmuwan yakin bahwa volume air di lautan pada masa awal Bumi terbentuk lebih besar daripada saat ini.

Selama periode waktu sejak terbentuknya planet ini, air laut secara perlahan mengalir ke dalam mantel Bumi.

Diketahui, bahwa terakhir kali permukaan laut berada di atas ketinggian permukaan air saat ini adalah sekitar 120.000 tahun yang lalu, yaitu di periode interglasial terakhir (130.000 - 115.000 tahun yang lalu). Pada masa itu, manusia modern masih hidup berdampingan dengan Neanderthal dan Denisovan.

Dampak Perubahan Iklim

Pada 120.000 tahun lalu, iklim telah menjadi lebih hangat hingga menyebabkan mencairnya es di Antartika dan permukaan air laut mencapai puncaknya sekitar 6 meter di atas rata-rata saat ini.

Hal yang sama juga terjadi pada zaman modern saat ini. Suhu rerata global menjadi lebih hangat karena pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia. Akibat dari ini, jumlah karbon dioksida dan gas rumah kaca meningkat dan mengakibatkan pemanasan global di atmosfer.

"Meskipun permukaan air laut berada pada titik tertinggi ketika permukaan es paling rendah, hal tersebut tidak sepenuhnya menjelaskan terjadinya laut lepas pada masa Kapur, ketika 30% lahan kering saat ini berada di bawah air," kata van der Meer.

Ia mengatakan bahwa pada saat itu, lempeng tektonik juga berperan. Kemudian, ia juga memperkirakan bahwa permukaan air laut berada pada titik tertinggi ketika Amerika Selatan menjauh dari Afrika, yaitu sekitar 200 juta hingga 100 juta tahun yang lalu.

Benua-benua tersebut terdorong terpisah seiring terbentuknya Samudera Atlantik Selatan di antara mereka.

"Lautan baru cenderung lebih dangkal dibandingkan lautan yang digantikannya. Di atas lapisan batuan semi-cair panas yang disebut magma terdapat kerak bumi, yang terbagi menjadi lempeng-lempeng besar yang meluncur ke sana kemari," paparnya.

"Magma yang muncul ke permukaan dapat memadat menjadi kerak baru. Jika hal ini terjadi, ia dapat mendorong tepi pelat lama kembali ke bawah untuk memberi ruang," imbuhnya.

Bumi Menampung Air Dua Kali Lebih Banyak pada Zaman Dulu

Sementara itu, dalam sebuah makalah di jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society A, Korenaga dan rekannya memperkirakan bahwa permukaan Bumi pada awalnya menampung air dua kali lebih banyak dibandingkan saat ini.

Seperti lempeng samudera itu sendiri, air dapat masuk dan keluar dari magma di bawah kerak Bumi. Perhitungan Korenaga menunjukkan hilangnya air dari permukaan lautan selama miliaran tahun.

"Jika hal tersebut benar, maka meskipun permukaan laut akan terus naik, hari-hari tertingginya kemungkinan besar sudah berlalu. Lautan awal di Bumi adalah yang tertinggi, karena terdapat lebih banyak air yang bisa dialirkan," tulis Korenaga dalam makalah tersebut.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads