Menurut Penelitian, Kebahagiaan Bisa Dipelajari & Perlu Terus Dilatih

ADVERTISEMENT

Menurut Penelitian, Kebahagiaan Bisa Dipelajari & Perlu Terus Dilatih

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 25 Mar 2024 08:30 WIB
ilustrasi laki-laki bahagia
Ilustrasi bahagia. Foto: Unsplash @kalvisuals
Jakarta -

Kebahagiaan ternyata dapat dipelajari melalui kursus. Seperti halnya yang diselenggarakan di kursus Science of Happiness di Universitas Bristol, Inggris.

Kursus ini mendidik siswanya tentang kebiasaan-kebiasaan berdasarkan bukti ilmiah, untuk meningkatkan kesejahteraan mental. Kursus Science of Happiness di Universitas Bristol diluncurkan pada tahun 2018. Kelas ini menunjukkan program pendidikan berdasarkan penelitian ilmiah, dapat meningkatkan kesejahteraan mental secara signifikan.

Penelitian yang membahas mengenai kursus tersebut juga menunjukkan, peningkatan dalam kesehatan mental memerlukan upaya berkelanjutan dan praktik secara terus-menerus, contohnya bersyukur dan meditasi, gunanya untuk mempertahankan manfaat jangka panjang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebahagiaan Perlu Terus Dilatih

Berdasarkan penelitian tersebut, kita bisa belajar untuk menjadi bahagia, tetapi manfaat jangka panjang hanya bisa didapat jika kita terus berlatih. Penulis senior Prof Bruce Hood mengatakan praktik untuk menjadi bahagia seperti halnya pergi ke gym.

"Kita tidak bisa berharap untuk melakukan satu kelas dan menjadi bugar selamanya. Sama halnya dengan kesehatan fisik, kita harus terus meningkatkan kesehatan mental, jika tidak maka perbaikannya hanya bersifat sementara," jelasnya, dikutip dari Neuroscience News.

ADVERTISEMENT

Kursus di Universitas Bristol itu adalah yang pertama di Inggris. Tidak ada ujian atau kursus di dalamnya.

Siswa yang mengikuti kursus melaporkan peningkatan kesejahteraan mental sebesar 10 hingga 15%. Namun, hanya mereka yang terus menerapkan pembelajaranlah yang mampu mempertahankan peningkatan kesejahteraannya ketika disurvei lagi dua tahun kemudian.

"Sebagian besar dari apa yang kami ajarkan berkisar pada intervensi psikologi positif yang mengalihkan perhatian Anda dari diri sendiri, dengan membantu orang lain, bersama teman, bersyukur atau bermeditasi," ujar Prof Hood.

"Ini adalah kebalikan dari doktrin 'selfcare' saat ini, tetapi penelitian yang tak terhitung jumlahnya telah menunjukkan bahwa keluar dari pikiran kita sendiri membantu menjauhkan kita dari pemikiran negatif yang dapat menjadi dasar dari begitu banyak masalah kesehatan mental," tegasnya.

Hal-hal yang dapat diambil dari kursus tersebut meliputi:

1. Berbicara dengan orang asing membuat kita lebih bahagia, meski sebagian besar dari kita menghindari pertemuan seperti itu.

2. Media sosial tidak buruk bagi semua orang, tetapi bisa berdampak buruk bagi mereka yang fokus pada reputasinya.

3. Kesepian berdampak pada kesehatan kita dengan merusak sistem kekebalan tubuh kita.

4. Optimisme meningkatkan harapan hidup.

5. Memberikan hadiah kepada orang lain mengaktifkan pusat penghargaan di otak kita, sering kali memberikan lebih banyak dorongan kebahagiaan dibandingkan membelanjakan uang untuk diri sendiri.

6. Kurang tidur berdampak pada seberapa baik kita disukai orang lain.

7. Berjalan di alam menonaktifkan bagian otak yang berhubungan dengan perenungan negatif, yang berhubungan dengan depresi.

8. Kebaikan dan kebahagiaan berkorelasi.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads