Cerita Ridwan, Ilmuwan Muslim Peneliti Cahaya Misterius di Langit Jelang Bulan Ramadan

ADVERTISEMENT

Cerita Ridwan, Ilmuwan Muslim Peneliti Cahaya Misterius di Langit Jelang Bulan Ramadan

Devita Savitri - detikEdu
Jumat, 15 Mar 2024 05:00 WIB
Ledakan Supernova SN 1006
Begini kisah Ridwan, ilmuwan muslim yang saksikan supernova pada tahun 1006 Masehi. Foto: NASA
Jakarta - Alam semesta memang selalu menyimpan misteri dan keindahannya di waktu yang bersamaan. Seperti yang ditemukan seorang ilmuwan muslim bernama Abu 'l Hasan Ali ibn Ridwan Al-Misri atau yang bisa kita sebut Ridwan.

Ridwan merupakan pemuda Mesir berusia 18 tahun yang melihat fenomena unik di langit saat menjelang bulan Ramadan. Kala itu muncul cahaya misterius yang sangat terang di berbagai belahan Bumi termasuk Mesir.

Ketika fenomena itu terjadi, Ridwan baru memulai sekolah kedokteran. Namun, ia disebut sebagai sosok yang juga tertarik dengan dunia astrologi dan astronomi.

Oleh karena itu ia menuliskan pengamatan tentang fenomena yang disebutnya sebagai "bintang baru". Fenomena itu kini disebut dengan nama Supernova 1006 atau SN 1006 sebuah ledakan bintang paling dahsyat yang pernah diketahui.

Penampakan Supernova 1006

Dalam pengamatan Ridwan, SN 1006 tampak di Bumi pada 17 Syaban 396 H (satu bulan menjelang Ramadan) atau 30 April 1006 M. Nama supernova saat ini nampaknya diambil dari tahun fenomena itu terlihat pertama kali.

Tidak sekejap, cahaya SN 1006 terlihat sepanjang musim panas. Namun, sekitar pertengahan Agustus cahaya supernova mulai dekat dengan Matahari sehingga sulit terlihat saat malam.

Pengamatan Ridwan terkait "bintang baru" ditulis dengan sangat detail termasuk posisi dalam derajat dan waktu kemunculan di tiap sektor rasi bintang. Hal ini dituangkan dalam bukunya yang mengomentari Tetrabiblos karya Ptolemy.

"Fenomena ini muncul di area rasi bintang Scorpio, berlawanan dengan Matahari. Pada saat itu, Matahari berada 15 derajat dari Taurus dan fenomena berada 15 derajat dari Scorpio," katanya dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (14/3/2024).

Lebih lanjut, Ridwan bercerita bahwa langit bersinar cerah karena cahaya dari supernova tersebut. Bagaimana tidak, bintang baru ini dijelaskan berbentuk sebuah lingkaran besar sekitar 2,5-3 kali lebih besar dari planet Venus.

"Posisinya tetap kemudian bergerak tiap hari bersama dengan rasi bintangnya hingga Matahari ada di posisi sekstil (60 derajat) dengannya di Virgo. Saat itu fenomena tersebut langsung hilang," imbuhnya.

Setelah ribuan tahun setelah kematiannya, ilmuwan baru menamakan fenomena "bintang baru" yang disaksikan Ridwan sebagai supernova. Berdasarkan tahun berbagai catatan kuno pula supernova dinamakan menjadi SN 1006.

Detailnya catatan Ridwan, juga membantu astronom modern untuk menentukan kapan SN 1006 muncul dan lokasinya di langit. Namun, tidak hanya Ridwan pada masa itu ada pengamat lain di belahan Bumi diketahui melakukan hal serupa.

Seperti Biarawan di Swiss yang menuliskan SN 1006 sebagai fenomena yang tidak selalu terlihat karena kadang mengempis, memudar, dan hilang.

Selanjutnya ditemukan catatan astronomi di China terkait posisi SN 1006, yakni berada di timur konstelasi Lupus dan satu derajat bagian barat Centaurus. Menurut mereka, cahaya yang terlihat setara dengan setengah intensitas pendar Bulan.

Space.com menjelaskan SN 1006 berjarak 6.500 tahun cahaya dari Bumi. Namun saking terangnya, supernova ini tetap terlihat di langit malam dengan mata telanjang.

Penampakan Supernova 1006 di Masa Kini

Dari berbagai catatan yang berasal dari masa lalu, astronom modern menyimpulkan bila SN 1006 terlihat selama 4 bulan. Lalu ia akan menghilang karena terhalang cahaya matahari.

Setelah tahun 1006, fenomena sama terlihat di langit fajar antara 24 November-22 Desember 1107. Terbaru, pada tahun 2023 lalu, Imaging X-ray Polarimetry Explorer (IXPE) milik NASA dan Badan Antariksa Italia berhasil menangkap sisa-sisa SN 1006.

Ping Zhou dari Universitas Nanjing di Jiangsu, Tiongkok yang juga pemimpin penelitian menjelaskan bila medan magnet SN 1006 tengah bergejolak dengan arah yang terorganisir. Memahami urutan dan orientasi medan magnet pada sisa-sisa supernova penting untuk mengetahui asal mula beberapa sinar kosmik.

Sinar kosmik berisi berbagi partikel seperti proton, elektron dan beberapa ion yang dipercepat hingga mendekati kecepatan cahaya oleh medan magnet yang kuat dalam supernova. Sinar kosmik tersebut kemudian melintasi ruang angkasa menembus area matahari dan dikirim oleh angin matahari ke Bumi.

Sesampainya di Bumi, sinar akan bertabrakan dengan molekul di atmosfer yang menyebabkan molekul tersebut pecah dalam pancaran udara muon yang berumur pendek. Muoun bisa cepat membusuk dalam kilatan cahaya yang kemudian ditangkap oleh detektor sinar kosmik hingga bisa menampilkan gema bintang-bintang yang mati berabad-abad lalu.


(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads