Puasa dalam Sejarah Peradaban Manusia

ADVERTISEMENT

Puasa dalam Sejarah Peradaban Manusia

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Selasa, 12 Mar 2024 03:00 WIB
Anak puasa setengah hari
Foto: Getty Images/ibnjaafar
Jakarta -

Hari Selasa (12/3/2024) ini mayoritas kaum muslim di Indonesia mulai berpuasa. Sebenarnya, puasa dalam peradaban manusia sudah ada sejak kapan?

Sejak dahulu kala, puasa telah dianjurkan untuk pengembangan spiritual dan peningkatan kesehatan. Puasa sebagai amalan keagamaan berkembang secara mandiri di kalangan masyarakat dan agama yang berbeda di seluruh dunia.

Tercatat Sejak Masa Yunani Kuno

Puasa tercatat sejak masa peradaban Yunani kuno. Dilansir dari laman National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat (AS) pada masa Yunani kuno, kepercayaan bahwa mengonsumsi makanan berisiko masuknya kekuatan setan rupanya berkontribusi pada popularitas puasa. Puasa tadi diperlukan dalam persiapan untuk banyak ritual hingga
mencari kontak dengan kekuatan supernatural.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditambahkan dari laman Britannica, dalam agama masyarakat dan peradaban kuno, puasa merupakan praktik untuk mempersiapkan seseorang, terutama para pendeta untuk mendekati dewa.

Dalam agama mistik Helenistik (masa setelah penaklukan Alexander Agung pada tahun 323 Sebelum Masehi (SM)-red), para dewa dianggap mengungkapkan ajaran ilahi mereka dalam mimpi dan penglihatan hanya setelah puasa, yang membutuhkan dedikasi total dari para penyembahnya.

ADVERTISEMENT

Di kalangan masyarakat Peru pra-Columbus, puasa sering kali menjadi salah satu persyaratan penebusan dosa setelah seseorang mengakui dosanya di hadapan pendeta. Dalam banyak kebudayaan, praktik ini dianggap sebagai sarana untuk meredakan kemarahan dewa atau membantu membangkitkan dewa yang diyakini telah meninggal (misalnya dewa tumbuh-tumbuhan).

Dalam agama beberapa suku penduduk asli Amerika, puasa dilakukan sebelum dan selama pencarian visi atau ilham dari dewa atau kekuatan yang lebih tinggi. Di antara Suku Evenk di Siberia, dukun (tokoh agama yang dianggap memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan berkomunikasi secara spiritual) sering kali menerima penglihatan/visi awal mereka bukan dengan sebuah pencarian melainkan setelah ada penyakit yang tidak dapat dijelaskan. Namun, setelah menerima penglihatan awal, mereka berpuasa dan melatih diri mereka untuk melihat penglihatan lebih lanjut dan mengendalikan roh. Lalu, secara historis, komunitas pendeta di kalangan Indian Pueblo di Barat Daya Amerika berpuasa selama retret sebelum upacara besar yang berhubungan dengan perubahan musim.

Puasa dalam Agama-agama Besar Dunia

Puasa untuk tujuan khusus atau sebelum atau pada saat-saat suci khusus tetap menjadi ciri khas agama-agama besar dunia. Dalam Jainisme, misalnya, berpuasa sesuai aturan tertentu dan mempraktikkan jenis meditasi tertentu menyebabkan trans yang memungkinkan individu memisahkan diri dari dunia dan mencapai keadaan transenden. Beberapa biksu Buddha dari aliran Theravada berpuasa sebagai bagian dari latihan meditasi mereka. Di India, sadhu (orang suci) Hindu dikagumi karena seringnya mereka berpuasa dengan berbagai alasan.

Agama-agama Abrahamik seperti Yahudi, Kristen, dan Islam menekankan puasa pada periode tertentu. Yudaisme, yang mengembangkan banyak hukum dan adat istiadat mengenai makanan, menjalankan beberapa hari puasa tahunan, terutama pada hari pertobatan (seperti Yom Kippur, Hari Pendamaian) atau hari berkabung.

Dalam agama Kekristenan, khususnya Katolik Roma dan Ortodoksi Timur, masa puasa dijalankan selama 40 hari selama masa Prapaskah, masa pertobatan musim semi sebelum Paskah, dan selama masa Adven, masa pertobatan sebelum Natal. Di kalangan umat Katolik Roma, perayaan ini telah diubah sejak Konsili Vatikan Kedua (1962-65) untuk memberikan pilihan individu yang lebih luas, dengan puasa wajib hanya pada Rabu Abu dan Jumat Agung selama masa Prapaskah. Gereja Protestan umumnya menyerahkan keputusan berpuasa kepada masing-masing anggota gereja.

Bulan Ramadan dalam Islam adalah bulan suci. Pada periode ini, umat Islam berpuasa total dari fajar hingga senja selama sebulan penuh.

Hanya Zoroastrianisme yang melarang puasa karena menyakini bahwa bentuk kezuhudan seperti puasa tidak akan membantu memperkuat umat dalam perjuangan mereka melawan kejahatan.

Selamat sahur dan menjalankan ibadah puasa Ramadan ya, detikers!




(nwk/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads