Nyepi merupakan hari raya umat Hindu Bali. Perayaan ini membuat seluruh Pulau Bali akan beristirahat selama 24 jam. Ternyata, studi mengungkapkan bahwa Hari Raya Nyepi sangat bermanfaat bagi lingkungan.
Selama perayaan Nyepi, semua aktivitas akan beristirahat dan harus mematuhi empat larangan yang dikenal dengan Catur Brata Penyepian yakni Amati Geni, Amati Lelanguan, Amati Lelungan, dan Amati Karya.
Dengan empat larangan tersebut, Pulau Bali seperti menjadi pulau mati selama 24 jam, tanpa kebisingan dan listrik bahkan pada malam hari. Selain itu, seluruh aktivitas transportasi, termasuk bandara dan pelabuhan, akan berhenti beroperasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian dengan Data Nyepi Selama 5 Tahun
Data menunjukkan bahwa selama Nyepi, terjadi penghematan penggunaan listrik, penurunan emisi gas karbon dioksida, penghematan bahan bakar, dan peningkatan kualitas udara akibat terhentinya seluruh aktivitas transportasi manusia.
Sebuah penelitian telah menganalisis bagaimana Nyepi memberi efek yang mendukung bagi lingkungan. Penelitian dilakukan di Provinsi Bali dengan menganalisis data menggunakan analisis tematik, yaitu kategorisasi data berdasarkan tema-tema kunci.
Penelitian ini juga mengambil data penghematan energi listrik yang dikeluarkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bali mengenai penghematan bahan bakar oleh Pertamina, penurunan emisi oleh Badan Lingkungan Hidup, dan berbagai instansi terkait lainnya.
Data yang diambil dalam penelitian adalah dari perayaan Nyepi lima tahun terakhir yaitu pada 2022, 2021, 2020, 2019, dan 2018.
Dampak Nyepi untuk Lingkungan
Sebagai penjelasan, empat hal yang harus dilakukan selama Nyepi yakni Amati Geni, dilarang menyalakan api/lampu, mengandung arti pengendalian diri.
Kedua, Amati Karya dilarang melakukan aktivitas fisik atau bekerja. Sementara Amati Lelungan, dilarang bepergian ke luar rumah.
Terakhir, ada Amati Lelanguan dilarang melakukan hiburan/rekreasi dan tidak membuat kebisingan. Keempat larangan tersebut bertujuan untuk mendukung aktivitas spiritual umat Hindu.
Studi yang dilakukan Ni Kadek Surpi dalam jurnal IOPScience, menunjukkan bahwa salah satu dampak perayaan Hari Raya Nyepi adalah berkurangnya emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti perkantoran, transportasi, dan aktivitas industri. Bahkan Nyepi bisa mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 33%.
Selain itu, lingkungan juga menjadi bebas dari intervensi antropogenik. Penurunan emisi gas rumah kaca ini menyebabkan peningkatan kualitas udara menjadi lebih sehat.
"Disimpulkan bahwa pada saat Hari Raya Nyepi atau tidak adanya intervensi antropogenik, hubungan antara konsentrasi CO dengan suhu udara cenderung konsisten dalam bentuk hubungan positif, sedangkan pada hari-hari di luar Hari Raya Nyepi, hubungan antara CO dengan suhu udara cenderung tidak konsisten (acak dan tidak jelas)," tulis Surpi.
"Faktor antropogenik berupa berbagai aktivitas manusia seperti transportasi, pariwisata, pertanian, perikanan, perdagangan, dan pendidikan diduga mengganggu hubungan konsentrasi CO dengan suhu udara," tambahnya.
Bukti Berkurangnya Emisi pada Hari Raya Nyepi
Pada Nyepi 2022, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan emisi pengukuran dan membandingkannya dengan keadaan sehari-hari. Pengukuran dilakukan di wilayah perkotaan dan pinggiran kota di Bali.
Hasil pengukuran menunjukkan adanya penurunan signifikan konsentrasi partikulat debu yang bervariasi di setiap lokasi pada Hari Raya Nyepi 2022 dibandingkan hari lainnya.
Hal tersebut membuktikan bahwa Nyepi sebagai ritual keagamaan terbukti mampu memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan kualitas udara.
"Dengan diperolehnya data observasi diharapkan dapat dijadikan bukti bagi masyarakat dan dunia mengenai upaya penurunan emisi di Indonesia untuk perubahan iklim," ucap Dr Danang Eko Nuryanto, Peneliti BMKG Pusat.
Menurut Danang, data menjadi bukti terukur bahwa aktivitas manusia meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca.
Hasil pengukuran awal secara umum menunjukkan adanya penurunan signifikan konsentrasi gas polutan dan partikulat debu yang bervariasi di setiap lokasi pada saat Nyepi 2022 dibandingkan hari-hari biasa. Selain itu, berdasarkan data yang dihimpun, juga terjadi penghematan listrik sekitar 60% selama Nyepi.
Penghentian seluruh aktivitas transportasi juga berdampak pada penghematan bahan bakar sebesar Rp 3 miliar dan peningkatan kualitas udara akibat terhentinya seluruh aktivitas transportasi manusia.
(faz/nwk)