Peneliti BRIN: 1 Ramadan Jatuh Pada 12 Maret Berdasarkan Kriteria MABIMS

ADVERTISEMENT

Peneliti BRIN: 1 Ramadan Jatuh Pada 12 Maret Berdasarkan Kriteria MABIMS

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Jumat, 08 Mar 2024 11:20 WIB
Prof Dr Thomas Djamaluddin (kanan) bersama Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kemenag Ismail Fahmi, SAg
Prof Dr Thomas Djamaluddin (kanan) bersama Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kemenag Ismail Fahmi, SAg. Foto: Pasti Liberti/detikcom.
Jakarta -

Awal bulan puasa 1 Ramadan 1445 menurut kriteria baru yang mengacu pada hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) akan jatuh pada tanggal 12 Maret 2024.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Astronomi pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof Thomas Djamaludin mengungkapkan pada akhir bulan Syaban 1445 H atau 10 Maret 2024 tinggi bulan di Indonesia kurang dari 1 derajat.

"Di Jawa seperti Jakarta hanya 0,7 derajat dengan elongasi hanya 1,7 derajat yang mana ini belum memenuhi kriteria MABIMS," ujar Thomas dalam acara diskusi bertajuk Kriteria Baru MABIMS dalam Penentuan Awal Ramadan, di kantor BRIN Jakarta, Jumat (8/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk diketahui, berdasarkan pada hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada tahun 2021 kriteria hilal berubah menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan surat bersama ad referendum pada 2021 terkait penggunaan kriteria baru MABIMS di Indonesia mulai tahun 2022.

ADVERTISEMENT
Peta penampakan bulan untuk Ramadan 1445 H berdasarkan kriteria MABIMS dihitung pada saat matahari terbenam 10 Maret 2024Peta penampakan bulan untuk Ramadan 1445 H berdasarkan kriteria MABIMS dihitung pada saat matahari terbenam 10 Maret 2024 Foto: Pasti Liberti/detikcom

Prof Thomas Djamaluddin melanjutkan untuk garis tanggal yang sifatnya global yang memenuhi kriteria MABIMS pada tanggal 10 Maret 2024 hanya di benua Amerika. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara tidak memenuhi kriteria.

"Beberapa ormas seperti NU, Persis dan kalender standar hijriah Indonesia menggunakan kriteria MABIMS sehingga berdasarkan hisab, 1 Ramadan baru pada tanggal 12 Maret," ujarnya.

Penetapan tanggal 12 Maret 2024 sebagai 1 Ramadan nantinya akan dibuktikan dalam rukyat atau pengamatan pada saat magrib di tanggal 29 Syaban 1445 H atau 10 Maret 2024.

"Karena tingginya masih rendah hampir bisa dipastikan tidak akan ada yang berhasil melihat hilal, kalau pun ada yang melaporkan biasanya pada sidang itsbat akan ditolak. Karena tidak mungkin posisi bulan yang masih sangat rendah bisa terlihat," ujar Prof Thomas Djamaluddin.

Penerapan Rukyat dan Hisab Bisa Dipersatukan

Prof Thomas Djamaludin mengatakan rukyat (pengamatan) dan hisab (perhitungan) secara astronomi dinilai setara dalam penentuan awal bulan Hijriah. Sehingga, tidak ada dikotomi antara rukyat dan hisab.

"Metode rukyat hilal diterapkan pada tanggal 29 Hijriah untuk melaksanakan contoh Rasul (ta'abudi). Agar rukyat akurat, arahnya dibantu dengan hasil hisab. Hisab bisa digunakan untuk membuat kalender sampai waktu yang panjang di masa depan. Agar hisab merujuk juga pada contoh Rasul, maka kriterianya dibuat sesuai dengan hasil rukyat jangka panjang, berupa data visibilitas hilal atau imkan rukyat (kemungkinan bisa dirukyat)," jelas Thomas.

Menurut Thomas, penerapan rukyat dan hisab bisa dipersatukan dengan kriteria visibilitas hilal atau imkan rukyat. Dia berpendapat terjadinya perbedaan awal bulan hijriah seperti Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, bukan karena perbedaaan antara metode hisab dan rukyat, akan tetapi karena perbedaan kriteria hilal.

Thomas menjelaskan bahwa kriteria menjadi dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan dalam prakiraan rukyat. Kriteria juga harus mengupayakan titik temu pengamal rukyat dan pengamal hisab, untuk menjadi kesepakatan bersama, termasuk MABIMS.

Di samping itu, wacana hisab-rukyat dalam dunia Islam telah terjadi shifting paradigm (pergeseran paradigma). Dulu hanya berkutat pada dalil-dalil hisab rukyat beserta interpretasinya, namun kini sudah bergeser ke arah pembahasan unifikasi kalender global.




(nah/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads