Mengapa Generasi Y & Z Butuh Lebih Banyak Healing? Begini Kata Pakar UMM

ADVERTISEMENT

Mengapa Generasi Y & Z Butuh Lebih Banyak Healing? Begini Kata Pakar UMM

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 26 Feb 2024 09:00 WIB
Ilustrasi perempuan solo traveling
Foto: iStock/Boyloso/Ilustrasi healing
Jakarta -

Generasi Y dan Z kerap dipandang sebagai generasi yang membutuhkan lebih banyak healing dibanding generasi lainnya. Hal tersebut didukung oleh hasil survei dari Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS).

Survei mengukur kondisi mental remaja usia 10-17 tahun di Indonesia. Hasilnya menunjukkan 1 sari 20 remaja di Indonesia mengalami gangguan mental selama tahun 2022.

Artinya, terdapat sebanyak kurang lebih 2,45 juta remaja yang terganggu mentalnya. Kelompok remaja tersebut didiagnosis mengalami kesulitan menjalankan kegiatan sehari-hari dikarenakan masalah mentalnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, generasi Y (kelahiran 1981-1996) dan generasi Z (1997-2012) banyak yang membutuhkan pemulihan mental (healing). Sebagaimana dijelaskan oleh Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Retno Firdiyanti S Psi M Psi.

Ia mengatakan atas dasar alasan masalah mental tersebut, generasi Y dan Z kini banyak yang menafsirkan healing sebagai sebuah rekreasi. Padahal, menurutnya arti dari healing bukanlah upaya untuk mendapatkan kebahagiaan apalagi hedonisme.

ADVERTISEMENT

"Dalam konteks psikologi, healing itu proses penyembuhan mental yang sakit seperti mental illness dan lainnya. Sedangkan healing yang diartikan oleh generasi Y dan Z lebih ke arah rekreasi," katanya, dikutip dari laman UMM, Sabtu (24/2/2024).

Semua Generasi Punya Coping Stress

Walaupun generasi Y dan Z dipandang memiliki tingkat stres yang tinggi, tetapi Retno mengatakan semua generasi pun memiliki coping stress. Dengan begitu, generasi Y dan Z tak bisa dengan mudah diinterpretasikan sebagai generasi yang paling lemah.

Selain itu, Retno menyebut generasi Y dan Z lahir di tengah teknologi berkembang. Sejak kecil, mereka sudah difasilitasi kemudahan lewat adanya teknologi-teknologi tersebut.

"Karena itu, mereka harus mendapatkan parenting yang mengajarkan bahwa tidak semua bisa serba instan. Kita juga perlu sedikit belajar tentang proses mendapatkan sesuatu dan belajar mengontrol diri dalam memanfaatkan teknologi digital," katanya.

Salah satu cara healing yang mudah menurut Retno adalah dengan bercerita kepada orang yang dipercaya. Jika tidak ada waktu untuk berbicara dengan orang lain, maka obat healing bisa dengan mengevaluasi diri sendiri.

"Jadi, tidak semua penyakit obatnya jalan-jalan. Banyak juga mekanisme yang harus dilihat person to person atau secara individual," ucapnya.




(cyu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads