Riset: Interpretasi Emoji di Aplikasi Pesan Tergantung Gender-Budaya-Usia

ADVERTISEMENT

Riset: Interpretasi Emoji di Aplikasi Pesan Tergantung Gender-Budaya-Usia

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Jumat, 23 Feb 2024 11:00 WIB
Riset interpretasi emoji
Foto: (Jurnal Plos One)
Jakarta -

Seberapa sering detikers memakai emoji saat mengirimkan pesan di aplikasi perpesanan? Ternyata interpretasi emoji tergantung gender, budaya dan usia lho!

Pemakaian emoji membuat percakapan lebih 'hidup' namun juga bisa menimbulkan ambiguitas. Bisa saja interpretasi si pengirim dan penerima tak sama atas suatu emoji. Untuk memahami hal ini, Yihua Chen, Xingchen Yang, dan rekannya dari Universitas Nottingham, Inggris melakukan penelitian atas interpretasi emoji dalam aplikasi perpesanan.

Metode Penelitian

Chen dkk mengumpulkan 523 responden penelitian melalui Prolific, SurveyCircle, and kelompok survei di Facebook. Demografi responden penelitian sebagai berikut:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

253 Warga Negara China dewasa dan 270 warga negara Inggris dewasa. Dibagi dalam gender, ada 268 perempuan dan 255 laki-laki dengan rentang usia 18 hingga 84 tahun.

Data dikumpulkan selama 25 Juli 2020 hingga 31 Januari 2021. Tim peneliti memilih 24 emoji berbeda untuk mewakili enam keadaan emosi dasar: bahagia, jijik, takut, sedih, terkejut, dan marah. Masing-masing dari enam emoji yang diteliti direpetisi empat kali, menggunakan emoji dari platform Apple, Windows, Android, dan WeChat, yang semuanya sedikit berbeda satu sama lain, demikian dilansir dari Eurekalert, 14 Februari 2024 lalu.

ADVERTISEMENT

Para peneliti menilai seberapa sering interpretasi partisipan terhadap makna emoji cocok dengan label emosi yang diberikan oleh tim peneliti.

Hasil Riset Interpretasi Emoji

Peneliti menemukan bahwa semakin tua peserta, semakin sedikit interpretasi mereka yang cocok dengan label emoji terkejut, takut, sedih, dan marah. Interpretasi perempuan terhadap emoji bahagia, takut, sedih, dan marah lebih cenderung cocok dengan label peneliti dibandingkan laki-laki. Interpretasi peserta di Inggris lebih cenderung cocok dengan label yang diberikan kecuali emoji jijik dibandingkan peserta di China.

Karena hanya enam jenis emoji dasar yang digunakan, mungkin tidak sama persis dengan emosi seperti yang digunakan dalam kehidupan nyata. Misalnya, emoji yang dipilih untuk mewakili 'jijik' dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai 'wajah bingung' di Unicode.org, yang mungkin menjelaskan mengapa ada kesulitan di seluruh peserta dalam mengklasifikasikan wajah ini.

Hasil penelitian ini menggarisbawahi pentingnya konteks ketika menggunakan emoji. Contohnya, kemungkinan bahwa emoji 'senyum' yang dikategorikan sebagai 'bahagia' dalam penelitian ini tidak selalu digunakan untuk menandakan kebahagiaan, terutama bagi partisipan asal China.

Kesimpulannya, hasil penelitian ini mengungkapkan berbagai perbedaan individu dalam cara partisipan mengklasifikasikan emoji yang mewakili ekspresi emosional wajah. Meskipun sejumlah temuan sejalan dengan penelitian sebelumnya mengenai pengenalan emosi wajah 'nyata'. Emosi wajah mungkin tidak 'universal' saat ditransfer ke emoji

Hasil saat ini mempunyai implikasi penting ketika mempertimbangkan penggunaan emoji dalam komunikasi online, misalnya, dengan lawan bicara dari budaya berbeda atau usia berbeda. Mengingat penggunaan emoji yang luas dan meluas di domain lain, temuan perbedaan individu dalam penafsirannya juga memiliki implikasi yang lebih luas-misalnya, dalam meningkatkan akurasi klasifikasi dalam analisis sentimen, dan terkait periklanan digital dalam pemasaran, perusahaan multinasional mungkin perlu menerapkan emoji yang berbeda untuk tujuan pemasaran di negara yang berbeda.

Selain itu, beberapa perbedaan demografis sebagian dimediasi oleh keakraban peserta dengan emoji tertentu; penelitian di masa depan harus memeriksa perbedaan individu dalam interpretasi pilihan emoji yang lebih luas yang sering digunakan baik di dalam maupun di luar konteks. Para peneliti mencatat ambiguitas emoji adalah topik yang perlu diteliti lebih lanjut, terutama ketika berkomunikasi lintas gender, usia, atau budaya.

Riset ini dipublikasikan pada jurnal PLOS ONE pada 14 Februari 2024 lalu dengan judul "Individual differences in emoji comprehension: Gender, age, and culture".

TAG:
penelitian
riset
emoji
emosi
aplikasi pesan




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads