Sejarah Emoji, Ikon yang Sering Disamakan dengan Emotikon

ADVERTISEMENT

Sejarah Emoji, Ikon yang Sering Disamakan dengan Emotikon

Zefanya Septiani - detikEdu
Minggu, 23 Jul 2023 09:00 WIB
pizza emoji
Ilustrasi emoji Foto: Getty Images
Jakarta -

Emoji dan emotikon sangat lazim digunakan saat melakukan komunikasi berbasis teks untuk memperjelas makna pesan. Pasalnya, hal ini digunakan untuk mengganti emosi, bahasa tubuh, nada suara.

Saat ini kita telah melihat ragam emoji yang begitu banyak dengan tampilan disesuaikan oleh perangkat yang menunjangnya. Diketahui pada Standar Unicode terdapat lebih dari 3.600 pilihan emoji untuk digunakan.

Namun, kita acap memperdebatkan penggunaan kata emoji dan emotikon. Tahukah kalian, meskipun memiliki fungsi yang sama ternyata emoji dan emotikon merupakan dua hal yang berbeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan Emoji dan Emotikon

Sebelum emoji dikenal khalayak seperti saat ini, kita terlebih dahulu menggunakan emotikon. Perbedaan mendasar di antara keduanya adalah emotikon dibuat dari karakter yang sudah ada pada papan ketik biasa.

Kita dapat membentuk emotikon dengan menghubungkan titik dua, tanda hubung, dan kurung tutup yang membentuk wajah tersenyum. Scott Fahlman, profesor ilmu komputer di Universitas Carnegie Mellon, dianggap sebagai orang pertama yang menggabungkan karakter-karakter ini.

ADVERTISEMENT

Seperti yang diketahui melalui laman Discover Magazine, pada papan buletin online sekolah pada tahun 1982, ia menganjurkan penggunaan emotikon wajah tersenyum dan sedih dalam email untuk menambah konteks emosional dan mencegah miskomunikasi.

Di sisi lain, emoji merupakan piktograf berwarna-warni yang merupakan fitur tambahan dalam papan ketik. Tentunya, kehadiran emoji dapat menambah berbagai ekspresi yang disajikan lebih menyerupai ekspresi kita.

Awal Terciptanya Emoji

Saat kita bertanya pada mesin pencari siapa penemu emoji, maka mereka akan mengonfirmasi bahwa operator telepon Jepang, Docomo, akan diakui sebagai pencipta pertama set emoji yang kita kenal hingga saat ini.

Set emoji pertama dibuat oleh desainer Shigetaka Kurita pada tahun 1999, 176 gambar ini masing-masing terdiri dari kotak 12x12 piksel. Ia memiliki tujuan untuk membuat komunikasi di platform internet seluler baru Docomo menjadi lebih mudah dan bergaya.

Kendati demikian, sebenarnya emoji pertama kali muncul pada operator telepon Jepang yang dikenal sebagai SoftBank (saat itu bernama J-Phone) pada November 1977. Saat itu SoftBank mengeluarkan SkyWalker DP-2211SW yang dilengkapi dengan set emoji pertama.

Set ini menawarkan 90 emoji berbeda, termasuk awal dari emoji tumpukan kotoran yang kemudian dipopulerkan oleh Apple. Sayangnya, set ini tidak pernah mencapai tingkat ketenaran seperti yang dicapai oleh set milik Kurita.

Hal tersebut disebabkan karena set emoji milik SoftBank hanya hadir dalam satu warna, yaitu hitam, namun para pengguna menginginkan lebih banyak variasi yang membuat set emoji milik Kurita lebih dikenal.

Hambatan Perkembangan Emoji

Bertahun-tahun setelahnya, emoji semakin populer di antara perusahaan di luar Jepang. Namun, terdapat satu hambatan besar ketika emoji akan diadopsi oleh berbagai platform berbeda.

Hal itu disebabkan karena komputer berurusan dengan angka maka setiap karakter dalam setiap bahasa juga harus di encode atau diwakili oleh kode angka yang spesifik.

Dulunya terdapat ratusan sistem encoding yang berbeda sehingga menyebabkan banyak masalah terjemahan antara komputer dan server yang berbeda, kendala ini juga terjadi saat perkembangan emoji.

Penyelesaian masalah ini dimulai saat tahun 2007, Google meminta kepada Konsorsium Unicode, sebuah lembaga nirlaba di Silicon Valley yang akan menstandarisasi teks dalam semua perangkat modern, untuk mengakui emoji juga.

Tidak hanya itu, dua tahun kemudian insinyur Apple, Yasuo Kida dan Peter Edberg ikut serta untuk mengajukan proposal mereka sendiri agar Unicode mengadopsi 625 emoji baru ke dalam perpustakaannya.

Proposal tersebut diterima pada tahun 2010 yang membuka jalan bagi perusahaan manapun, termasuk Google, Microsoft, Facebook, hingga Twitter untuk menciptakan versi emoji mereka sendiri tanpa takut tidak dikenali oleh sistem operasi lainnya.

Setelah masalah terpecahkan, emoji secara resmi menjadi populer hingga saat ini. Penggunaan emoji telah melekat untuk menambahkan suasana dan emosi dari teks yang dikirimkan.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads