Ilmuwan Temukan Tanda-tanda Bencana Besar di Samudera Atlantik

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Temukan Tanda-tanda Bencana Besar di Samudera Atlantik

Fahri Zulfikar - detikEdu
Selasa, 20 Feb 2024 19:30 WIB
Breaking waves and sea spray in winter at Porthleven, Cornwall, England, UK
Foto: Istockphoto/Peter Llewellyn/Ilustrasi laut di samudra atlantik
Jakarta -

Sebuah studi yang terbit di jurnal Science Advances, melaporkan bahwa sistem arus laut di Samudra Atlantik menunjukkan tanda-tanda awal keruntuhan. Ilmuwan memperingatkan bahwa kondisi ini bisa memicu bencana besar yang semakin dekat.

Selama ini, sistem arus laut menjadi pendeteksi dini akan kondisi iklim yang stabil. Namun, studi telah menunjukkan bahwa sistem arus laut yang sangat penting ini mungkin sudah berada di ambang kehancuran.

Menurut peneliti, terdapat implikasi yang mengkhawatirkan terhadap kenaikan permukaan air laut dan cuaca global. Di sisi lain, juga menyebabkan suhu turun drastis di beberapa wilayah dan meningkat di wilayah lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan telah menggunakan sistem komputasi yang sangat kompleks dan mahal untuk mendeteksi sinyal peringatan dini akan runtuhnya arus laut ini. Mereka bisa mengetahui awal keruntuhan arus laut ini dari gambaran masa lalu dengan menggunakan benda-benda seperti inti es dan sedimen laut.

"Studi baru ini memberikan 'terobosan penting'," kata RenΓ© van Westen, peneliti kelautan dan atmosfer di Universitas Utrecht di Belanda dan rekan penulis studi, dikutip dari CNN.

ADVERTISEMENT


Tentang Sistem Arus Laut yang Runtuh

Untuk diketahui bahwa Sirkulasi Pembalikan Meridional Atlantik (AMOC) adalah bagian dari Arus Teluk dan arus kuat. AMOC sendiri terus dipantau sejak tahun 2004.

Sistem AMOC bekerja seperti ban berjalan global raksasa, yang membawa air hangat dari daerah tropis menuju Atlantik Utara, tempat air mendingin, menjadi lebih asin dan tenggelam jauh ke dalam Samudra Atlantik, sebelum menyebar ke selatan.

Arus tersebut membawa panas dan nutrisi ke berbagai wilayah di dunia dan memainkan peran penting dalam menjaga iklim di sebagian besar belahan Bumi Utara tetap sejuk.

Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah memperingatkan akan stabilitas sirkulasi karena perubahan iklim telah menghangatkan lautan dan mencairkan es. Hal ini yang kemudian mengganggu keseimbangan panas dan garam yang menentukan kekuatan arus.

Meskipun banyak ilmuwan percaya bahwa AMOC akan melambat akibat perubahan iklim, dan bahkan bisa terhenti, masih ada ketidakpastian besar mengenai kapan dan seberapa cepat hal ini bisa terjadi.

Kenapa Bencana Alam Besar Bisa Kian Mendekat?

Dengan menggunakan pemodelan, ilmuwan melihat AMOC secara bertahap melemah hingga tiba-tiba runtuh.

"Ini adalah pertama kalinya keruntuhan dapat dideteksi menggunakan model kompleks ini, dan hal ini mewakili berita buruk bagi sistem iklim dan umat manusia," kata laporan tersebut.

Namun, peneliti mencatat bahwa penelitian belum memberikan kerangka waktu untuk potensi keruntuhannya. Mereka mengatakan, perlu lebih banyak penelitian, termasuk model yang juga meniru dampak perubahan iklim, seperti peningkatan tingkat polusi yang menyebabkan pemanasan global, yang tidak dilakukan dalam penelitian ini.

"Tetapi setidaknya kita dapat mengatakan bahwa kita sedang menuju titik kritis perubahan iklim," kata van Westen.

Ilmuwan juga menyebutkan beberapa dampak dari runtuhnya AMOC yang bisa menjadi bencana besar.

Studinya menemukan bahwa beberapa wilayah di Eropa mungkin mengalami penurunan suhu hingga 30 derajat Celcius dalam satu abad, sehingga menyebabkan iklim yang sangat berbeda hanya dalam satu atau dua dekade.

Sebaliknya, negara-negara di Belahan Bumi Selatan akan mengalami peningkatan pemanasan. Sementara musim hujan dan kemarau di Amazon dapat berubah, sehingga menyebabkan gangguan serius terhadap ekosistem.

"Runtuhnya AMOC juga dapat menyebabkan permukaan air laut naik sekitar 1 meter," tutur van Westen.




(faz/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads