Pemerintah Spanyol akan melakukan pembatasan air yang ketat terhadap 80 persen penduduk di Catalan, termasuk Barcelona. Hal ini merupakan dampak dari darurat kekeringan yang melanda wilayah tersebut.
"Kita sedang memasuki realitas iklim baru. Kemungkinan besar kita akan melihat lebih banyak kekeringan yang lebih intens dan lebih sering terjadi," kata presiden regional Catalonia, Pere Aragonès dalam Euronews, dikutip Selasa (6/2/2024).
Menurut data, ada sekitar enam juta orang di lebih dari 200 kota kecil, desa, dan kota besar di wilayah Catalonia, Spanyol timur laut, yang terkena dampak kekeringan parah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nantinya, aturan akan membatasi konsumsi air di kota-kota hingga 200 liter tiap orang per hari. Pembatasan ini juga berlaku pada penggunaan air untuk keperluan pertanian, industri, dan rekreasi, karena pasokan air untuk wilayah tersebut terus menurun.
Pemerintah Catalan mengatakan bahwa kekeringan yang terjadi saat ini merupakan yang terburuk dalam sejarah, karena telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun.
Apa Penyebab Kekeringan Parah di Catalan?
Dikutip dari CNN, wilayah Eropa akhir-akhir ini telah menghadapi kenyataan baru dengan terjadinya pemanasan dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global.
Para ilmuwan meyakini bahwa pemanasan global yang disebabkan oleh manusia membuat kekeringan dan gelombang panas menjadi lebih umum dan ekstrem sehingga memberikan tekanan besar pada sumber daya air.
Tercatat, pada musim panas lalu, panas ekstrem melanda wilayah Mediterania dan menciptakan "neraka panas". Para ilmuwan mengatakan bahwa kondisi tersebut tidak mungkin terjadi tanpa adanya perubahan iklim.
Menurut data yang diterbitkan oleh Copernicus, badan pemantau iklim dan cuaca Uni Eropa, tahun ini pemanasan global telah mencapai 1,48 derajat Celcius.
Suhu yang mencapai rekor tertinggi ini telah mendorong Bumi hanya seperseratus derajat saja dari ambang batas iklim kritis.
Pihak berwenang di wilayah tersebut sebelumnya telah berupaya mengatasi curah hujan di bawah rata-rata dengan berbagai tindakan, termasuk meningkatkan penggunaan pabrik desalinasi yang mengubah air laut menjadi air tawar. Lebih dari separuh air yang digunakan di rumah-rumah di Catalan kini berasal dari tanaman tersebut, menurut Aragonès.
Daerah lain di Spanyol juga menghadapi kekurangan air, dengan beberapa daerah di wilayah selatan Andalucia mengalami kondisi kekeringan dan pembatasan penggunaan air setelah dua tahun curah hujan rendah dan panas ekstrem.
Curah Hujan yang Rendah Selama 40 Bulan
Pakar mengatakan bahwa Catalonia telah mengalami curah hujan di bawah rata-rata selama 40 bulan berturut-turut.
"Eropa Selatan berpotensi mengalami kondisi kekeringan yang kritis. Wilayah yang paling terkena dampak adalah pantai Mediterania di Spanyol, Italia tengah dan selatan, Yunani, dan kepulauan Mediterania," kata Layanan Manajemen Darurat Copernicus kepada Euronews.
Spesialis pengelolaan air di Barcelona, Annelies Broekman, mengatakan bahwa kekeringan sebenarnya adalah hal yang alami dalam pola iklim Mediterania. Namun, intensitasnya meningkat karena perubahan iklim.
"Yang sangat dramatis adalah proyeksi perubahan iklim. Apa yang kita lihat adalah peningkatan intensitas dan frekuensi kekeringan," ucapnya.
Ia mencatat bahwa peristiwa kekeringan parah juga terjadi pada 2008. Namun, musim kemarau di Spanyol bagian timur laut saat ini, dikatakan luar biasa lebih intens.
"Pada tahun 2008, kadang-kadang hujan turun sedikit di tempat-tempat penting. Jadi kami mempunyai momen-momen kecil di mana seluruh alam bisa, katakanlah, beristirahat," kata Broekman.
"[Kali ini] kita berada di bawah, benar-benar di bawah, pola normal dalam jangka waktu yang terus-menerus. Dan itulah yang paling merugikan, karena kita cukup tahan terhadap periode kekeringan sehingga ada jeda," tuturnya.
(faz/nwy)