Banyak penelitian telah mengungkapkan apa saja yang bisa mengatasi krisis iklim, termasuk mendorong gaya hidup yang ramah lingkungan. Namun, studi baru menyebut bahwa ada hal penting lain yang perlu dilakukan untuk mengatasi krisis iklim. Apa maksudnya?
Sebuah studi yang terbit di jurnal Nature Climate Change, mengatakan bahwa mengatasi kesenjangan sangat penting dalam menggerakkan dunia menuju Net-Zero Emissions (emisi karbon nol).
Karena kesenjangan yang ada di masyarakat ini yang bisa membatasi seseorang untuk berperilaku rendah karbon. Singkatnya, untuk mendorong perilaku yang ramah lingkungan di kehidupan sehari-hari, perlu stabil secara fisik, finansial, hingga waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, banyak negara di dunia masih memiliki persoalan kesenjangan dan hal ini belum dipandang sebagai fondasi untuk mengatasi krisis iklim.
Baca juga: Waspada 'Hujan Plastik', Indonesia Tak Luput |
Perubahan Menyeluruh di Masyarakat
Dalam studi tersebut, peneliti mengatakan bahwa perubahan diperlukan di seluruh masyarakat jika ingin melakukan mitigasi perubahan iklim secara efektif. Kesenjangan di masyarakat harus terlebih dahulu dikurangi.
Selama ini, kebijakan dan pendekatan psikologis seringkali terlalu menekankan individu dan mengabaikan bagaimana kesenjangan sosio-ekonomi dapat membatasi akses terhadap alternatif rendah karbon.
"Kami berpendapat bahwa mengatasi kesenjangan ini merupakan hal yang mendesak untuk menghasilkan perubahan perilaku yang adil dan berdampak," kata Dr Charlotte Kukowski, peneliti pascadoktoral di Departemen Psikologi dan Zoologi Universitas Cambridge, dan penulis pertama laporan, dikutip dari laman resmi Universitas Cambridge
Secara fakta, orang-orang kaya memang mempunyai jejak karbon yang sangat besar. Namun, mereka seringkali mempunyai cara untuk mengurangi jejak karbon mereka dengan lebih mudah dibandingkan mereka yang berpendapatan rendah.
"Masyarakat yang berpendapatan rendah mungkin lebih dibatasi dalam hal-hal yang dapat mereka lakukan untuk membantu mengurangi jejak karbon mereka," imbuhnya.
Dia mengatakan bahwa masyarakat yang berpendapatan rendah mungkin lebih dibatasi dalam hal-hal yang dapat mereka lakukan untuk membantu mengurangi jejak karbon.
Para peneliti menemukan bahwa kesenjangan yang mengakar dapat membatasi kapasitas masyarakat untuk beralih ke perilaku rendah karbon dalam banyak hal.
Misalnya, mengonsumsi lebih banyak makanan nabati dibandingkan daging dan produk hewani adalah salah satu perubahan paling efektif yang dapat dilakukan seseorang dalam mengurangi jejak karbonnya.
Selain itu, membeli mobil listrik atau sepeda listrik untuk lebih mengurangi emisi. Namun, kedua hal ini memerlukan biaya awal yang besar.
Kemudian orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap sering kali tidak mendapatkan manfaat dari keringanan pajak atau pembiayaan yang tersedia melalui skema pemberi kerja.
"Jika Anda memiliki lebih banyak uang, kemungkinan besar Anda akan menyebabkan lebih banyak emisi karbon, namun Anda juga akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mengubah hal-hal yang Anda lakukan dan mengurangi emisi tersebut," ujar Dr Emma Garnett, peneliti pascadoktoral di Universitas Oxford dan rekan penulis.
Saran untuk Pemerintah di Berbagai Negara
Para peneliti menyarankan agar pembuat kebijakan memberikan kesempatan yang sama untuk melakukan perilaku rendah karbon di semua kelompok pendapatan masyarakat.
"Semakin diakui bahwa ada kesenjangan dalam hal siapa yang menyebabkan perubahan iklim dan siapa yang menanggung dampaknya, tetapi perhatian terhadap dampak kesenjangan dalam mengubah perilaku untuk mengurangi emisi karbon masih kurang," kata laporan studi.
Menurut peneliti, saat ini kampanye untuk mendorong masyarakat beralih ke perilaku rendah karbon cenderung berfokus pada penyediaan informasi.
Meskipun hal ini penting untuk membantu masyarakat memahami permasalahan yang ada, tapi masih terdapat banyak hambatan dalam melakukan perubahan.
Peneliti pun menyarankan serangkaian intervensi kebijakan, seperti perencanaan kota yang mencakup jalur bus dan sepeda serta rute ramah pejalan kaki, tarif pajak progresif atas kekayaan dan pendapatan, dan pilihan makanan rendah karbon yang disubsidi oleh pemberi kerja.
"Di sini, kami berpendapat bahwa mengatasi kesenjangan, baik di dalam maupun antar negara merupakan prasyarat utama untuk memungkinkan perilaku yang bisa memitigasi perubahan iklim," tulis para peneliti.
(faz/pal)