Mengenal Charlemagne, Penguasa Eropa Barat di Abad Pertengahan

ADVERTISEMENT

Mengenal Charlemagne, Penguasa Eropa Barat di Abad Pertengahan

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 24 Jan 2024 07:00 WIB
Charlemagne, Raja kaum Franka yang punya julukan Bapak Eropa.
Charlemagne, Raja kaum Franka yang punya julukan Bapak Eropa. Foto: dok. Mental Floss
Jakarta -

Pada antara tahun 768 dan 814 Masehi, berbagai wilayah di Eropa Barat seperti Prancis, Jerman, Belgia, dan Belanda dipimpin oleh seorang raja yang berperang tanpa henti selama bertahun-tahun. Ia adalah Charlemagne atau yang dikenal sebagai Karl hingga Charles Agung.

Ia adalah penguasa besar pada abad pertengahan yang berhasil menyatukan berbagai wilayah di Eropa Barat menjadi satu kerajaan. Sosoknya erat sebagai ahli strategi militer sehingga selama pemerintahannya perang terus terjadi.

Meski terbentuk dari pertumpahan darah, wilayah yang dipimpinnya menyebabkan percepatan seni, sastra, dan budaya Kristen yang baru serta distandarisasi. Bagaimana sosoknya? Berikut 7 fakta tentang Charlemagne dikutip melalui Mental Floss.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

7 Fakta Tentang Charlemagne

1. Keluarga Charlemagne

Ayah Charlemagne, Pepin III atau yang biasa disebut dengan Pepin The Short tidak terlahir sebagai seorang raja. Ia adalah wali kota istana atau mengurusi administrator istana.

Setelah kampanye untuk memperebutkan kursi penguasa, Pepin berhasil menjadi raja pada tahun 751 M. Tiga tahun kemudian, ia diurapi secara resmi oleh paus dengan minyak suci sehingga menunjukkan bila status mereka istimewa.

ADVERTISEMENT

Diketahui Pepin III menjabat sampai tahun 768 M dan dilanjutkan oleh kedua putranya yakni Carloman dan Charles yang kemudian menjadi Charlemagne. Setelah ia meninggal, kedua putranya berbagi kekuasaan dan bertindak sebagai raja bersama tetapi tidak berjalan mulus.

Pada tahun 769 M, Carloman seperti melemahkan otoritas Charlemagne dan menolak untuk membantu saudaranya menekan pemberontakan di Aquitaine (wilayah Prancis). Selanjutnya dua tahun kemudian Carloman meninggal dunia secara mendadak dan disebut misterius.

Laporan paling umum menjelaskan bila Carloman meninggal dunia karena mimisan hingga penyakit lambung. Meski begitu, setelah kematian Carloman, Charlemagne memusatkan seluruh tanah dan kekuasaannya menjadi satu dan memerintah kaum Franka.

Kaum Franka kini dikenal sebagai suku Jermanik yang menetap di Belgia, Prancis, Luksemburg, Belanda, dan Jerman Barat.

2. Si Bapak Eropa

Sebagai raja, ia dikenal sebagai seseorang yang ambisius dan rela berdarah untuk memperluas wilayahnya. Setelah kematiannya kerajaan Charlemagne mencakup wilayah yang kini dikenal sebagai Eropa Barat dan sebagian Eropa Tengah.

Diketahui sejak Kekaisaran Romawi, Eropa tidak pernah dikuasai oleh satu penguasa. Namun, karena penyatuan yang dilakukan Charlemagne, ia kerap disebut sebagai Bapak Eropa.

Selama berabad-abad, nama Charlemagne dikaitkan dengan penyatuan Eropa baik melalui inisiatif damai seperti Uni Eropa ataupun perang. Bahkan Napoleon Bonaparte yang bermimpi memiliki kerajaan sempat menyebut nama Charlemagne pada tahun 1806.

3. Musik Religi Berkembang

Charlemagne dikenal sebagai pendukung keras agama Kristen, sehingga ia menyukai musik gereja khususnya musik liturgi Roma. Pada tahun 774 M, ia meminta Paus Hadrian I mengirim biarawan dari Roma ke istana Aachen untuk mengajar paduan suara.

Peristiwa ini memicu penyebaran musik tradisional Gregorian ke seluruh gereja-gereja kaum Franka. pada tahun 789 M, Charlemagne juga mengeluarkan dekrit yang memerintahkan pendeta kekaisarannya untuk mempelajari dan bernyanyi dengan benar nyanyian Romawi.

Pada masa ini juga, sekolah musik didirakan dan para biarawan diberi tugas menyalin musik dan membantu melestarikan nyanyian Gregorian hingga saat ini.

4. Mata Uang Distandarisasi

Ketika Charlemagne menaklukan Eropa Barat, ia menyadari perlunya mata uang yang terstandarisasi. Bukan koin emas, pemerintahannya memiliki mata uang berupa koin perak yang dapat digunakan di seluruh kekaisaran.

Uang ini juga dikenal sebagai mata uang bersama pertama di Eropa sejak era Romawi. Sistemnya membagi satu pon perak murni Carolingian menjadi 240 keping. Bahkan Prancis diketahui mempertahankan versi dasar mata uang ini hingga Revolusi Prancis terjadi.

5. Kekalahan Besarnya Diabadikan dalam Puisi

Dalam proses penaklukan Spanyol, Charlemagne mengalami kekalahan militer yang besar. Kala itu, pasukannya memasuki semenanjung Iberia pada tahun 778 M.

Ia dijanjikan oleh aliansinya yakni Sulaiman Ibn al-Arabi dari Barcelona. Disebutkan kala itu ia menyebarkan agama Kristen ke wilayah Muslim dan mengalami kemajuan pesat ke selatan menuju Zaragoza.

Namun sesampainya di sana, Gubernur Hussain Ibn al-Ansar melawan kaum Frank. Perlawanan itu selesai dengan negosiasi termasuk menawarkan emas sebagai imbalan.

Charlemagne menerima hal tersebut namun menghancurkan tembok pertahanan Pamplona agar tidak dapat digunakan sebagai markas untuk menyerang anak buahnya. Saat bergerak melalui Celah Roncevaux ia disergap oleh kaum Basque (etnik Spanyol).

Mereka dikatakan marah karena runtuhnya Pamplona dan perlakuan buruk tentara Charlemagne. Karena tak terbiasa berperang di hutan dengan pemandangan pegunungan, pasukan Charlemagne kewalahan dan kehilangan banyak orang termasuk prefek Breton bernama Roland.

Kehilangan Roland diabadikan dan dimitologikan dalam puisi epik di abad pertengahan berjudul The Song of Roland. Puisi ini dinilai sebagai contoh sastra Prancis tertua yang masih ada.

6. Propaganda Nazi

Peperangan terkenal Charlemagne lainnya terjadi pada tahun 782 M. Setelah tiga dekade melawan Saxon (suku Jermanik di dataran Jerman Utara) ia disebut memerintahkan untuk mengeksekusi sekitar 4.500 orang Saxon.

Selama pemerintahannya juga disebutkan bila setiap anggota suku Jermanik yang tidak memeluk agama Kristen akan dihukum mati. Pembantaian ini mendapat perhatian dalam sejarah pada abad ke-20.

Saat itu, Nazi membangun sebuah monumen batu pada tahun 1935 sebagai peringatan Sachsenheim. Pada waktu itu pula Charlemagne digambarkan sebagai musuh budaya tradisional Jerman dan contoh kejahatan Gereja Katolik.

Sekitar 4.500 monumen dibangun di lokasi yang diyakini tempat orang Saxon dibunuh. Tetapi hal ini berlangsung singkat lantaran pada tahun 1942, Nazi merayakan 1200 tahun kelahirannya sebagai simbol superioritas Jerman.

Satuan sukarelawan Perancis yang bertugas di Schutzstaffel (SS) Jerman selama Perang Dunia II juga diberi nama Resimen Charlemagne.

7. Kehancuran kerajaan Charlemagne

Charlemagne meninggal dunia pada tahun 814, sejak saat itu kerajaannya tidak bertahan lama. Seluruh kekuatan pemerintahannya mulai memudar.

Tradisi kaum Franka adalah membagi kekuasaan secara merata di antara ahli waris laki-laki. Namun, putra sah Charlemagne yang masih hidup kala itu adalah Louis the Pious.

Ketika ia meninggal pada tahun 840 M, kekaisaran dibagi kepada tiga putra Louis dan kerajaan terus terpecah hingga keturunannya yakni Charles III pada tahun 887 M. Pada saat itu, sebagian besar kekuasaan Charlemagne mulai hilang.

Hingga disebut setelah satu abad setelah kematian Charlemagne, kerajaannya sudah musnah dan tidak ada lagi.




(det/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads