5 Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara Beserta Tokoh-tokohnya

ADVERTISEMENT

5 Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara Beserta Tokoh-tokohnya

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 18 Jan 2024 07:30 WIB
Ilustrasi Hari Raya Kuningan
Ilustrasi sejarah Hindu-Buddha. Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Proses masuknya agama Hindu-Buddha ke wilayah Nusantara ternyata bisa dilihat melalui dua faktor. Faktor pertama berhubungan dengan sumber sejarah yang menjelaskan tentang awal terjalinnya hubungan bangsa India dan masyarakat lokal Indonesia.

Sedangkan faktor kedua berkaitan dengan teori-teori kedatangan yang disampaikan oleh para ahli mengenai siapa yang membawa kebudayaan dan agama tersebut ke Nusantara. Berbicara tentang teori, ada dua pendapat mengenai hal tersebut.

Pendapat pertama beranggapan bahwa bangsa Indonesia berlaku pasif dalam hadirnya agama Hindu-Buddha. Sehingga para ahli yang mendukung teori ini beranggapan bila telah terjadi kolonisasi dari bangsa India.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan pendapat kedua sebaliknya, bangsa Indonesia dianggap aktif ketika agama Hindu-Buddha hadir di tanah Nusantara. Kedua pendapat tersebut diyakini dan dibagi menjadi lima teori yang berbeda.

Apa saja? Berikut penjelasannya dikutip dari Modul Sejarah Indonesia Kelas X KD 3.5 dan 4.5 yang disusun oleh Mariana M Pd, Rabu (17/1/2024).

ADVERTISEMENT

5 Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara

1. Teori Ksatria

Teori Ksatria berpendapat bila munculnya kerajaan Hindu di Indonesia karena peran kaum ksatria yang merupakan prajurit India. Para prajurit ini diduga mendirikan koloni-koloni di kepulauan Indonesia dan Asia tenggara.

Dikemukakan oleh R.C Majundar, sayangnya teori ini tidak didukung oleh data yang memadai dan tidak adanya bukti arkeologis terkait hal ini. Dijelaskan pula bila para ksatria tidak memahami bahasa sansekerta dan huruf pallawa.

Mereka disebut sebagai kaum yang penuh semangat untuk berpetualang ke seluruh dunia bukan hanya Indonesia maupun Asia tenggara.

2. Teori Waisya

Teori Waisya disampaikan oleh N.J Krom yang menjelaskan bila peranan utama hadirnya Hindu-Buddha di Nusantara karena golongan pedagang (Waisya). Para pedagang yang berasal dari India itu disebut memiliki hubungan dengan penguasa-penguasa Indonesia.

Krom juga mengisyaratkan ada kemungkinan terjadinya perkawinan yang menjadi salah satu saluran untuk menyebarkan pengaruh kebudayaan. Berdasarkan pengamatannya, ia menyimpulkan bila ada peran budaya Indonesia dalam proses pembentukan budaya India di Indonesia.

Hal ini tidak mungkin terjadi jika bangsa Indonesia hidup di bawah tekanan seperti yang digambarkan oleh teori ksatria. Kelebihan dari teori ini yang memungkinkan adalah karena Indonesia memiliki banyak sumber daya alam.

Sehingga para pedagang India datang, menetap, dan menyebarkan agama Hindu-Buddha ketika berdagang di Indonesia.

3. Teori Brahmana

Teori Brahmana menjelaskan bila masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Nusantara dibawa oleh golongan Brahmana. Teori ini dikemukakan oleh orientalis J.C. Van Leur dan membantah teori Ksatria.

Kehadiran golongan Brahmana didukung oleh beberapa prasasti di Indonesia yang menggunakan bahasa Sansekerta. Selanjutnya, bahasa dalam kitab suci Weda dan upacara keagamaan juga menggunakan bahasa yang dikuasai oleh golongan Brahmana.

Sehingga golongan kasta ini dianggap memahami ajaran Hindu secara utuh. Meski membantah teori ksatria, teori Brahmana tidak menepis kontak Indonesia dan India yang terhubung karena perdagangan seperti dijelaskan teori Waisya.

Meskipun tetap ada kelemahan dari teori ini, yakni bila dalam tradisi Hindu-Buddha kaum Brahmana pantang menyebrang lautan. Tetapi kembali lagi, banyak prasasti Hindu-Buddha di Indonesia yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.

Bahasa tersebut pada saat itu hanya dikuasai oleh kaum Brahmana yang juga menjadi bukti kehadiran golongan tersebut.

4. Teori Sudra

Teori Sudra dikemukakan oleh Van Faver yang menjelaskan bila India terlalu banyak perang. Sehingga para tawanan perang tersebut datang ke Indonesia agar mendapat kedudukan dan lebih dihargai yang kemudian menyebarkan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.

Namun, teori ini disebut menimbulkan kontroversi. Kaum Sudra dijelaskan sebuah kelompok dengan derajat terendah sehingga dianggap tidak layak dalam menyebarkan agama.

Mereka juga tidak memahami bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang ada di prasasti. Teori ini juga memiliki kelebihan, para budak dianggap lebih cepat akrab dengan masyarakat sekitar sehingga pembicaraan tentang kebudayaan karena kemudahan berkomunikasi mungkin dilakukan.

5. Teori Arus Balik

Disampaikan oleh F.D.K Bosch, teori arus balik berpendapat bila proses hadirnya budaya dan agama Hindu-Buddha dilakukan oleh kelompok cendekiawan. Ia menggunakan istilah penyuburan dalam proses penyebaran budaya.

Penyuburan agama Budddha menurutnya terjadi lebih dahulu dengan hubungan dagang antara Indonesia dan India. Pada masa ini, biksu-biksu agama menyebar ke penjuru dunia melalui jalur perdagangan.

Di mulai dari pegunungan Himalaya, Tibet, Cina hingga Indonesia. Kedatangan mereka biasanya telah diberitakan terlebih dahulu sehingga bisa bertemu dengan kalangan bangsawan istana.

Melalui biksu ini timbul ikatan dengan india yang kemudian jadi tanah suci agama Buddha. Kedatangan seorang biksu India di berbagai negeri mengundang arus balik dari negeri tersebut.

Mereka yang pulang dan kembali ke sebuah negara akan membawa kita-kitab suci, relik, dan kesan-kesan. Bosch menyebut gejala sejarah ini sebagai gejala arus balik.

Berbeda dengan agama Buddha, para brahmana agama Hindu tidak dibebani kewajiban untuk menyebarkan agama. Agama Hindu pada dasarnya bukanlah agama untuk umum dan pendalamannya hanya mungkin dilakukan oleh golongan Brahama.

Sehingga ada keketatan pelaksanaan prinsip agama bergantung dengan aliran sekte yang bersangkutan. Sekte agama Hindu terbesar yang ada di Jawa dan Bali disebut sekte Siwa-Sidhanta.

Teori ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahannya menjelaskan bila kemungkinan orang Indonesia untuk belajar agama Hindu-Buddha ke India sangatlah sulit. Terlebih pada masa itu masyarakat Indonesia masih bersifat pasif.

Namun kelebihannya bila ada kemungkinan bila bangsawan Indonesia pergi ke India. Mereka belajar agama Hindu-Buddha dan budayanya.

Tujuannya agar para bangsawa bisa membuat sebuah kekauasaan di Indonesia. Caranya dengan mencontoh kebudayaan Hindu-Buddha.

Dalam situs CNN Indonesia dijelaskan teori ini didukung juga oleh prasasti Nalanda yang menyebutkan bahwa Raya Balaputradewa dari Sriwijaya meminta raja India untuk membangun wihara di Nalanda. Alasannya untuk sebagai tempat belajar bagi para tokoh Sriwijaya.

Demikianlah teori-teori masuknya agama Hindu dan Buddha ke Nusantara. Mana teori favoritmu?




(det/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads