Studi mengungkap tahanan warga negara asing diperlakukan lebih manusiawi di Islandia lewat sistem penjara terbuka. Peneliti menyimpulkan, sistem ini menurunkan kecenderungan tahanan WNA untuk melakukan tindak kriminal lagi.
Lingkungan penjara terbuka adalah sistem penjara yang memungkinkan tahanan merasakan sedikit kebebasan. Untuk menguji efektivitas penjara terbuka di Islandia tersebut ketimbang penjara biasa di Inggris, dosen kriminologi Universitas Portsmouth Francis Pakes mencoba terjun langsung dan hidup bersama tahanan di sana. Seperti apa rasanya?
Penjara di Mata WNA
Francis menjelaskan, tahanan WNA lazimnya terkendala bahasa dan mengalami kesulitan mempraktikkan budaya dan agamanya. Mereka juga kerap tidak mendapat kunjungan kerabat. WNA juga dibayangi ancaman deportasi setelah dibebaskan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakes mencoba memahami pengalaman para tahanan WNA dengan menjadi tahanan selama 1 minggu di penjara terbuka Islandia. Metodologi ini disebutnya adopsi peran kuasi-tahanan.
Di sana, ia menghuni satu kamar, diajak keliling seperti tahanan baru, makan tiga kali sehari, ikut kelas, dan ikut kegiatan penjara. Dia juga melakukan wawancara dan mengobrol informal dengan petugas penjara serta tahanan.
Rehabilitasi di Penjara
Pakes mendapati, tahanan WNA diperlakukan lebih manusiawi di penjara terbuka Islandia dibandingkan di penjara tradisional Inggris. Para napi dapat berkontak dengan kerabat mereka di luar negeri lewat Skype.
Para narapidana WNA juga dapat menjadi koki penjara dan memelihara ternak penjara, pekerjaan penting di sana. Jika mereka dapat berbicara memakai bahasa yang sama dengan napi lain, maka mereka dapat menjadi mentor masak dan ternak.
Upaya di atas menurut peneliti bantu napi merasa memberikan sesuatu kembali (give back) kendati di dalam penjara. Mereka juga jadi cenderung merasa tidak diasingkan dan kecil kemungkinan untuk kembali melakukan tindak pelanggaran.
"Daripada berfokus pada risiko atau masalah yang mereka hadapi, ada lebih banyak ruang untuk mempertimbangkan narapidana sebagai manusia seutuhnya. Penekanannya pada rehabilitasi holistik, keterlibatan masyarakat dan pemeliharaan hubungan keluarga sangat berbeda dengan model penjara konvensional. Inggris akan mendapatkan banyak keuntungan dengan mengadopsi elemen pendekatan Islandia, bergerak menuju sistem penjara yang lebih manusiawi dan efektif," tutur Pakes, dikutip dari laman resmi kampus.
Ia merinci, penjara terbuka di Islandia memprioritaskan memandang narapidana sebagai individu. Memanusiakan napi memungkinkan penjara tersebut jadi lingkungan kondusif untuk rehabilitasi.
Lebih lanjut, pemanfaatan internet untuk berhubungan dengan keluarga di negara asal membuat tahanan WNA dapat mengatasi masalah komunikasi dan dukungan diri, sumber masalah rasa terisolasi yang dihadapi WNA di penjara konvensional Inggris. Kesemuanya mendukung kecenderungan tidak mengulangi tindak pelanggaran.
Studi ini dipublikasikan Pakes di International Journal of Law, Crime and Justice.
(twu/nwk)